Bulan Desember merupakan bulan yang menggembirakan. Hujan secara konsisten sudah mulai turun dan membasahi bumi, sayangnya kedatangannya tidak mampu melunturkan ingatanku akan dirinya. Begitulah adanya. Kembali ke masalah bulan Desember. Konon menurut kebudayaan Jawa Desember memiliki makna gede-gedene sumber (besar-besarnya sumber).
Berdasarkan hal tersebut makanya bulan Desember identik dengan banyaknya sumber yang ada di masyarakat. Gampangnya, masyarakat sedang mengalami surplus alias kenaikan. Mulai dari air yang melimpah ruah, bonus akhir tahun, dan mungkin juga sumber kenangan yang bertambah. Tetapi terlepas dari itu semua, bulan di penghujung tahun ini juga penuh berkah. Kok bisa?
Jadi gini, bagi yang udah hobi bikin tagar #gantistatus maka bulan Desember menjadi bulan yang sangat dinantikan. Mereka tentu akan segera menikah dan menyambut tahun baru dengan sudah memiliki suami ataupun istri. Kan asyik itu, berpesta tahun baru dengan pasangan yang kamu miliki dan tentu saja sudah sah buat ngapain aja. Ups…
Saya yang belum berencana ganti status pun akhirnya hanya bisa memberikan doa, harapan terbaik dan tentunya sumbangan (amplop) bagi mereka yang melangsungkan pernikahan. Bahkan undangan yang sampai di rumah saya mirip kayak air bah. Sebenarnya saya ingin menghadiri semuanya namun apa daya , saya bukanlah Naruto yang memiliki ajian seribu bayangan. Lagipula saya pun lebih selektif untuk mendatangi resepsi pernikahan. Daripada nanti pas pulang hanya berakhir dengan gibah, rasan-rasan atau apapun padanan namanya.
Pernah gak sih kalian melakukan gibah setelah mendatangi resepsi pernikahan atau jagong manten? Kalau saya sih pernah diajak gibah bab mantenan gitu dan hanya bisa senyum-senyum saja. Lha wong niat saya datang ke resepsi buat menjalin silaturahmi dan makan kok. Ndak ada yang lain! Tetapi berhubung ini juga sudah mau tutup tahun 2019, saya pun memiliki inisiatif untuk memberikan rangkuman gibah setelah jagong manten. Baik yang beredar di media sosial maupun dunia nyata. Apakah tahun depan masih memiliki topik gibah yang sama? Mari kita simak.
- Makanan yang disajikan
Hal pertama yang akan saya ulas adalah makanan. Makanan adalah hal penting sekali dalam sebuah acara pernikahan. Banyak sekali yang memiliki konsep bahwa harus “balik modal” . Sumbangan yang diberikan harus berbanding lurus jumlah makanan yang masuk ke dalam perut. Tetapi lucunya, setelah makan pun tetap ada gibah. Komentar yang muncul biasanya adalah makanan yang dingin, makanan yang habis di tengah pesta berlangsung, menu makanan yang itu-itu aja (kurang variasi), bahkan jika perlu sekalian aja kateringnya dinyinyirin.
- Make up dan baju pengantin
Selanjutnya yang akan dengan mudahnya menjadi sasaran tembak para netizen adalah make up dan baju pengantin yang digunakan. Jika pengantin dirias dengan terlalu menor maka siap-siap saja menjadi bulan-bulanan netizen. Riasan yang dipakai terlalu minimalis akan dibilang mosok pengantinnya dandannya biasa aja. Bayangkan saja bila riasan yang dipakai terlalu menor dan baju yang dipakai warnanya tidak selaras. Bukan tidak mungkin wajah kalian malah akan jadi bahan meme di dunia maya. Ingatlah ki sanak, media sosial itu kejam!
- Tempat acara berlangsung
Biasanya yang terjadi adalah ketika tempat berlangsungnya acara berada di gedung atau tempat yang mewah maka para tamu juga akan lebih bersemangat mendatanginya. Eitss…tapi tunggu dulu walaupun tempat mewah tetap ada celah untuk dijadikan bahan gibah. Misalkan saja gedungnya mewah tapi cari parkirnya susah dan bayar lagi maka bersiaplah menghadapi rasan-rasan. Belum lagi misanya mengusung tema outdoor, hujan pula. Habislah sudah!
Sebenarnya masih banyak hal lain yang berpotensi menjadi ancaman dijadikan bahan gibah setelah usainya acara pernikahan. Bahkan sisik melik keluarganya pun kalau perlu menjadi bahan omongan. Tetapi biarlah tiga hal saja di atas yang saya tuliskan. Tak ada maksud untuk menghalangi niat tulus teman-teman semua untuk menyatukan hati.
Hanya saja walaupun teman-teman sudah memberikan yang terbaik untuk para tamu tetap akan ada celah untuk dijadikah gibah. Toh ya gimana lagi kita kita sedang berada masyarakat memiliki kebudayaan nyinyir lebih dominan dibandingkan mikir. Pokoknya kalau mau nikah ya nikah aja, ndak usah mikirin kelakukan netizen. Bagi yang belum nikah, kurangi gibah, perbanyak beribadah, semoga tahun depan kalian bisa segera sah. Saran saya, kalau masih ada yang gibah, segera kapyuk saja dengan kuah!(*)
Tamu ya dibahas mas, sopo ngerti terselip mantan (mantan). wkwkwk
Mantan kayak ketela mas, enak tur nyereti