Kerap kali kita dihadapkan pada situasi ketidaksepakatan dengan pendapat orang lain. Celakanya, karena terbawa emosi, langkah kita untuk melawan pendapat tersebut justru menyeret kita masuk dalam tindakan rasis. Baru-baru ini seorang politikus berinisial AN dilaporkan kepada kepolisian, oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia Papua Barat, atas kasus ujaran rasisme terhadap Natalius Pigai.
Dalam tangkapan layar yang beredar di media sosial, diduga pada tanggal 12 Januari 2021, AN mengunggah foto Natalius Pigai dan menyandingkannya dengan foto gorila. Di unggahan lainnya, dia mengomentari pemberitaan yang berisi pernyataan Natalius bahwa rakyat berhak menolak vaksinasi Covid-19.
“Mohon maaf yg sebesar-besar nya. Vaksin sinovac itu dibuat utk MANUSIA bukan utk GORILLA apalagi KADAL GURUN. Karena menurut UU Gorilla dan kadal gurun tidak perlu di vaksin. Faham?” Begitu teks yang tertulis dalam postingan tersebut.
Dalam dunia retorika, tindakan AN ini disebut sebagai ad hominem.
Sederhananya, ad hominem itu terjadi ketika kita menyinggung identitas personal lawan bicara pada saat diskusi, adu gagasan, atau bahkan perdebatan. Sementara itu identitas yang dibahas tidak relevan dengan pokok bahan diskusi. Identitas yang dapat disinggung antara lain kesukuan, agama, warna kulit, bentuk fisik tubuh, latar belakang ekonomi, latar belakang keluarga, identitas orangtua, latar belakang pendidikan, gaya bicara, dsb. Misalnya, diskusi tentang kualitas vaksin, tetapi yang diserang adalah bentuk fisik lawan bicara.
Sebuah diskusi menjadi tidak sehat ketika salah satu pihak mulai melakukan ad hominem. Selain tidak sehat, perilaku ad hominem juga dapat berujung kepada tindakan pidana penghinaan dan ujaran kebencian.
Barangkali selama ini diantara kita tidak menyadari bahwa biasa melakukan ad hominem dalam proses diskusi. Apabila demikian, maka segeralah menghentikan kebiasaan tersebut. Mungkin tidak mudah, karena ad hominem umumnya berangkat dari suasana hati emosional. Tetapi dalam proses adu gagasan, akal sehat dan kepala dingin sungguh diperlukan untuk menjaga kualitas perdebatan.
Inilah tips untuk menghindari tindakan ad hominem dalam proses diskusi
- Pahami esensi pendapat yang dikemukakan orang lain
- Cari kelemahan nalar dari pendapat tersebut, dan buat narasi yang berkualitas untuk melawannya
- kemukakan pendapat dengan rumusan sebab-akibat / kausalitas.
- bila lawan bicara mulai melakukan ad hominem, diamkan atau tinggalkan proses diskusi.
semoga kita semua dijauhkan dari kebiasaan rasisme dan ad hominem dalam diskusi.