Bingung tidak bagaimana mungkin seorang seniman hebat tanpa aliran? Tapi itulah sosok Harry Jaran. Pria yang kini tinggal di Kaliurang itu adalah sosok unik tersebut.
Artjog selalu menjadi kawah candradimuka seniman hebat. Banyak orang datang ke Artjog untuk memamerkan karyanya. Hal itu juga berlaku untuk Harry Jaran. Ia memilih memamerkan karyanya di Artjog. Tapi akhirnya dia berhenti.
Bukan berarti karyanya kalah dengan seniman hebat lainnya. Menurut pengakuan Harry, panitia Artjog mengusulkan Harry membuat pameran tunggal. Sebab, menurut mereka karya Harry unik dan memiliki daya tarik tersendiri. Panitia Artjog bahkan meminta Harry membuat pameran sendiri.
Dari Kecil Sudah Hebat

Harry kecil mengaku tidak belajar dari siapapun untuk menjadi seniman hebat. Ia hanya merasa inspirasi itu datang tiba tiba. Sejak SD dia sudah bisa mengutak atik mesin motor. Ia juga sudah berhasil membuat satu radio pemancar waktu kelas 5 SD. Tak berhenti di situ, di SMP ia sempat membuat rancangan resistor yang mengejutkan gurunya.
“Wah kamu keluar saja, karya kamu ini sudah bukan level anak SD,” ujar guru SDnya.
Harry geli sendiri mengingat kejadian itu. Ia juga tidak paham darimana bakat luar biasa untuk menjadi seniman hebat itu datang. Tapi toh akhirnya dia cuma bisa bersyukur dan akhirnya hal ini memicu dirinya untuk mencari jati diri.
Prabu Hayam Wuruk

Harry sejak remaja penasaran dengan asal usulnya yang berbakat. Ia lalu berkeliling ke berbagai tempat untuk mencari sumber kekuatannya menjadi seniman hebat. Setelah cerita yang tidak pendek, ia membuktikan bahwa dirinya adalah keturunan Prabu Hayam Wuruk.
“Ini surat kekancingan saya,” kata Harry Jaran menunjukkan sebuah surat dengan bahasa Sansekerta.
Surat kekancingan adalah bukti bahwa seseorang merupakan benar benar keturunan keraton.
Untuk meyakinkan saya, ia juga menunjukkan sebuah gambar meriam buatannya. Menurutnya tak semua seniman hebat bisa membuat meriam itu. Jelasnya, meriam ini memiliki kemampuan untuk menghipnotis. Harry bercerita bahwa meriam ini hanya bisa dibuat oleh keturunan Majapahit saja.
“Saya memamerkan meriam ini di Artjog 2015. Ini meriam penghancur otak, tidak semua orang bisa menghadapinya. Saat dipamerkan, orang berulang kali jatuh dan pingsan karena keberadaan meriam ini di dekat mereka. Meriam ini memiliki kekuatan menghipnotis. Ada kekuatan di meriam ini sehingga tidak sembarang orang bisa menjaganya,” kata Harry.
Pameran Tunggal

Di 2017 akhirnya ia memberanikan diri untuk membuat pameran tunggal. Ia menyebut bahwa motivasi karena dibilang ‘sudah tidak di kelas Artjog’ membuat dirinya tergerak. Ia bangga akan hal tersebut. Jika di Artjog ada 67 karya dan ia cuma salah satu seniman dari banyak seniman hebat lainnya, di pamerannya ia berbeda. Pamerannya memuat 40 karya dan semua miliknya.
“Saya senang tidak perlu mengangkut karya saya kemana mana agar dilihat orang,” kata Harry. “Orang datang sendiri untuk melihat karya saya.”
Yang membuatnya merasa tersanjung, orang ISI kebingungan dengan karyanya. Menurut dirinya, orang ISI (Institut Seni Indonesia) tidak tahu harus menyebut karya Harry Jaran sebagai apa. Jadilah Harry seniman hebat tanpa aliran.
“Saya bukan pelukis, bukan pematung, tapi saya mengkreasi karya dari mesin berat seperti truk, sepeda motor dan lainnya,” kata Harry.
Sahabat Merapi
Selain seniman hebat, ia juga seorang sahabat Merapi. Ia tinggal di Kaliurang dan memiliki sebuah café bernama Wisanggeni Coffe. Jujur saja, pergi ke Wisanggeni Coffe bukan perkara mudah buat saya. Tapi Harry meyakini bahwa lokasi Wisanggeni tepat karena sesuai dengan arah aliran energi dari Merapi. Lagi lagi, sebagai seniman hebat, ia membangun bangunan dan bahkan meja dan tempat duduknya seorang diri.
Ia mengaku kenal dengan seluk beluk Merapi. Pada tahun 2010, ia diminta untuk mengantarkan berbagai media nasional dan internasional ke atas gunung Merapi.
“Ya, saya mau melakukannya karena bayarannya juga gede,” kata Harry sembari tertawa terkekeh.
Harry mengatakan banyak orang heran dengan kemampuannya. Ia bisa menebak kapan Merapi akan memuntahkan lava pijarnya. Ia tahu betul bagaimana gunung ini beraktivitas. Menurutnya ia bisa memiliki kemampuan itu karena ‘berteman’ dengan Merapi dan memahami gunung ini sungguh sungguh.
Visi Indonesia Bersatu

Harry punya satu karya di café yang menggambarkan keprihatinannya. Ia memiliki sebuah sepeda yang belum dirakit. Ia mengatakan, sepeda yang belum dirakit itu ia taruh di atas bar di cafénya. Suatu hari, ia ingin merakit sepeda itu jika Indonesia sudah bersatu. Menurut pemikirannya, Indonesia terpecah belah justru karena pemikiran dan ideologi impor. Ia yakin jika rakyat Indonesia fokus pada kebijaksanaaan leluhur, maka kemajuan Indonesia juga bisa tercapai.
Selain seniman hebat, Harry ternyata juga visioner. Ia percaya bahwa Indonesia bisa maju asal bersatu.
Bertemu Harry Jaran
Jika anda penasaran dan ingin bertemu dengan sosok satu ini, anda bisa berkunjung ke Wisanggeni Coffe di Kaliurang. Anda bisa klik link ini dan jika beruntung bisa melihat sosok Harry Jaran langsung.