Literasi Media dalam Transaksi COD. Kemarin beredar video dua orang perempuan yang adu argumen dengan seorang kurir paket. Pihak perempuan tidak mau membayar karena barang yang dikirimkan berbeda dengan yang ia pesan. Sementara pihak kurir paket menolak bila paket dibuka konsumen sebelum pihak konsumen membayar, sebab itu akan merugikan kurir. Ini bukan kejadian pertama, namun menjadi heboh karena pihak konsumen marah-marah dengan kata-kata yang menyakitkan kepada kurir.
Kesalahan pihak konsumen adalah ketika menganggap kurir sebagai satu kesatuan pihak dengan penjual, serta menganggap bahwa kurir dengan mudah bisa mengembalikan barang tersebut ke penjual. Padahal dalam perdagangan online abad ini, antara penjual dan kurir adalah dua entitas yang terpisah, yang tidak saling berkomunikasi secara intensif.
Rasa-rasanya kita sangat butuh literasi tentang transaksi elektronik. Gawatnya orang-orang kita, asal belanja online tanpa teliti memilih toko, cara pembayaran, dan cara pengiriman barang. Orang latah menyebut COD, tetapi jangan-jangan tidak tahu pasti apa itu COD.
Tentang COD
Cash on Delivery (COD) adalah salah satu jenis transaksi, dimana pembeli pembayar item barang yang ia beli pada saat barang sampai di tangannya. Syarat dan ketentuan pembayaran sangat bervariasi tergantung kesepakatan pembelian. Oleh karena itu jelas bahwa COD itu perkara transaksi pembayaran, bukan perkara teknis pengiriman barang.
Tentang hal ini, setidaknya ada dua pihak yang berbeda pendapat tentang barang apa yang harus dibayar. Dari segi konsumen, pembayaran baru bisa dilakukan ketika barang yang diterima memang sesuai dengan yang dipesan / dibeli. Untuk memastikannya, mau tidak mau konsumen harus membuka bungkus paket. Ini masuk akal. Dalam transaksi konvensional pun demikian. Konsumen harus memastikan bahwa barang yang ia dapatkan memang sesuai dengan yang ia pesan. Kalau tidak sesuai, bisa dikembalikan pada penjual. Tentu saja soal pengembalian ini ada kesepakatan-kesepakatan tertentu, misalnya kalau ada kerusakan yang terjadi pada barang, bukan karena tindakan konsumen. Lagipula, siapa juga konsumen yang mau membayar sesuatu yang tidak ia pesan?
Baca Juga : Decoy Effect dan Permainan Harga Serupa
Ada kalanya memang konsumen kita ini tidak teliti mencermati sebelum memesan barang. Misalnya soal ukuran, warna, bahan pembuatan. Bisa jadi penjual sudah mencantumkan, tetapi pembeli tidak membacanya. Bisa juga pembeli tidak mencermati profil pelapak dan rekam jejak penjualannya. Kalau pelapak sudah punya rekam jejak buruk, kenapa juga pembeli nekat memesan barang di situ ?
Perspektif Jasa Ekspedisi
Dari segi penyedia jasa ekspedisi, tugas pokok kurir adalah mengantarkan barang dari penjual kepada pembeli. Sejauh bukan barang-barang yang berbahaya dan dilarang pemerintah, kurir tidak akan berurusan dengan isi dalam paket tersebut. Kurir juga tidak berurusan dengan spesifikasi pesanan dari pembeli, dan tidak berurusan pula dengan rekam jejak penjual. Dalam transaksi COD, tugas tambahan kurir adalah menerima uang dari pembeli dan meneruskannya kepada penjual.
Kalau ternyata spesifikasi barang yang dikirim kepada pembeli tidak sesuai dengan yang dipesan pembeli, (alamat penjual benar dan alamat pembeli benar) maka itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab penjual. Bagi pihak jasa ekspedisi, sebetulnya bisa saja pembeli mengembalikan / retur barang kepada pelapak, terutama ketika dalam transaksi memang sudah disepakati biaya layanan retur. Itu pun dengan catatan bahwa proses unboxing / bongkar bungkus paket juga direkam sebagai bukti kepada penjual, bahwa barang yang sampai pada konsumen memang tidak sesuai dengan spesifikasi pesanan.
Tetapi kalau paket sudah terlanjur di unboxing, aitem barang tidak sesuai dengan spesifikasi pemesanan, dan pembeli menolak membayar, maka itu menjadi suatu kerugian bagi pihak jasa. Bagaimanapun kurir harus meneruskan pembayaran kepada pelapak ketika barang teridentifikasi sudah diterima oleh pembeli.
Oleh karena itu betapa pentingnya literasi media transaksi COD bagi netizen yang berbelanja online, agar teliti dalam bertransaksi online.
Tips Bertransaksi Online
Pertama, cermati detail spesifikasi barang yang mau dibeli. Bila perlu cari perbandingan / komparasi barang yang sama pada pelapak yang lain. Siapa tahu ada pelapak lain yang menjual barang yang sama, dengan harga yang beda tipis, dan review yang lebih baik.
Kedua, cermati profil pelapak. Perhatikan review yang diberikan konsumen. Kalau ada ulasan kekecewaan konsumen dan terjadi beberapa kali, maka berhati-hatilah.
Ketiga, cermati pilihan transaksi dan setiap risikonya. Cermati juga pilihan cara pengiriman barang, durasi, dan biaya jasanya. Kalau isi barang yang sampai ke rumah ternyata berbeda dengan spesifikasi pembelian, jangan lontarkan kesalahan kepada kurir. Segera hubungi pelapak untuk meminta klarifikasi, sembari persiapan memberi tombol bintang satu.