Premier League 2021 bisa dibilang adalah drama yang menyedihkan. Bagaimana tidak? Di awal musim kita melihat tim tim kuda hitam melaju dengan gagah. Di akhir musim sayangnya, mereka terbukti hanya berhasil menjadi penggembira.
Salah satu yang tampil menyedihkan adalah Everton. Sempat ada harapan Everton akan menjadi pahlawan. Si biru dari Merseyside sempat tampil kesetanan dan menguasai tampuk Premier League. Di pekan terakhir, Everton berakhir di peringkat sepuluh. Bahkan, ketika Everton melawan sang juara bertahan yang sudah tanpa kepentingan, mereka malah kalah.
Begitu juga dengan Tottenham. Tottenham sempat membantai si setan merah. Nampaknya, Jose Mourinho telah menemukan lagi sentuhan midasnya. Apa lacur, Jose Mourinho akhirnya harus mengucapkan selamat tinggal setelah mengalami kekalahan berkali kali di penghujung 2021.
Ada apa sebenarnya? Mengapa tim tim kuda hitam belum bisa unjuk gigi di Premier League 2021. Pelajaran apa yang bisa kita ambil?
Premier League Adalah Pertandingan Marathon Sejati

Liga sejatinya adalah pertandingan marathon. Siapa yang kuat bertahan untuk terus berlari, maka ia akan menang. Tidak peduli berapakah kecepatan anda, yang penting adalah konsistensi.
Premier League 2021 adalah contoh sempurna dari pertandingan marathon ini. Tim yang awalnya mempunyai performa hebat di awal musim, malah gagal bersaing karena tidak mampu konsisten.
Sementara itu, tim seperti Manchester City yang secara mental sudah kuat mampu menjaga keseimbangan dan konsistensi. Mereka kadang menuai hasil buruk, tapi mereka tidak panik. Perlahan tapi pasti, Manchester City akhirnya bisa menjadi juara.
Premier League 2021 bisa dikatakan benar benar marathon sempurna. Konsistensi sangat dibutuhkan karena tim tim yang ada memiliki kekuatan seimbang. Mereka bisa saling mengalahkan. Bahkan, tim papan bawah memiliki cukup amunisi untuk merepotkan.
Berbeda dengan liga lain dimana anda bisa ‘menabung’ hasil di awal dan agak santai setelah beberapa pertandingan, Premier League tidak memberikan kesempatan bernapas. Inilah yang akhirnya membuat tim kuda hitam kewalahan. Mereka menampilkan performa bagus di awal, Good. Tapi setelah itu, kelengahan mereka menghabisi mereka. Everton bisa meraup banyak poin di awal, namun kemudian mereka ‘hancur lebur’ memasuki tahun 2021.
Pemain Bintang Bukan Skill Tapi Mental

Di Premier League 2021, pemain bintang bukan sekedar skill. Ah kalau skill, tim sekelas Wolverhampton maupun Everton juga memiliki bintang dengan bakat gila seperti James Rodriguez atau Adama Traore.
Masalahnya, seperti yang saya katakan tadi, Premier League sangat melelahkan dan dibutuhkan konsistensi tinggi. Pemain harus punya mental yang baik agar bisa tetap menjaga performanya. Kadang ini bukan masalah kemampuan, ini masalah mental.
Satu dua kekalahan telak bisa memukul mentalitas anda. Karena itulah, pemain bintang harus segera bangkit dan melupakan kekalahan itu. Tapi ya itu tadi. Membicarakan mental bukan sesuatu yang mudah dibangun dalam semalam.
Pelatih Yang ‘Paham’
Tidak semua pelatih memahami berbagai dimensi dalam Premier League. Arteta adalah pelatih yang sangat bagus. Ia menjuarai piala FA di musim pertamanya. Namun, ia tidak mengerti dimensi dari Premier League. Ia tidak tahu kapan harus menekan pemain, memberi semangat bagi pemain atau mengganti pemain. Hal itu semata mata terjadi karena ia memang belum memiliki pengalaman.
Pelatih yang ‘paham’ juga mengerti lubang sekecil apapun untuk menang. Pep Guardiola adalah contoh yang baik. Dengan skuadnya, ia tahu kapan harus memainkan Aguero atau Gabriel Jesus misalnya. Ia mengerti, kapan ia harus mengganti susunan beknya. Ini agak terlalu mendetail, tapi dengan banyaknya bakat hebat di Premier League, perlu pelatih yang paham akan kelemahan terkecil lawan untuk menang.
Carlo Ancelotti misalnya adalah pelatih yang banyak memberi kebebasan bagi pemain. Ia juga mampu menjaga mood tim. Tapi, terkadang ia lupa bahwa di Premier League hari ini, detail terkecil begitu berharga. Memang, ia tidak dianugerahi skuad sekuat Manchester City. Meskipun demikian, mau bagaimana lagi? Tuntutan dari Premier League 2021 adalah mampu membaca detail sekecil kecilnya dan mengeksploitasinya.
Kegagalan Para Kuda Hitam
Kuda hitam gagal total di putaran terakhir Premier League 2021. Tottenham yang terlihat perkasa juga tidak mampu berbuat apa apa. Semua ini terjadi karena tim kuda hitam telah menghabiskan bensinnya di awal kompetisi. Mereka juga tidak mampu menjaga mentalitas untuk bertahan dalam lomba bertekanan tinggi. Ndilalah, pelatih mereka juga kurang jeli dalam bersikap dan mengambil keputusan saat menanggapi detail terkecil.
Salah siapa? Tidak ada! Meskipun Premier League harus diakui sebagai kompetisi paling ketat, tidak bisa dilupakan bahwa mereka juga memiliki tim tim raksasa dengan perputaran uang luar biasa. Tim raksasa ini bisa membangun manajemen tangguh, tim pelatih yang biasa juara dan skuad mahal lagi berbakat. Mereka sudah didesain juara dari awalnya.
Tim kuda hitam mungkin hanya bisa memikirkan bagaimana caranya bertahan selama mungkin. Jika kadang mereka mengejutkan, itu dianggap sebagai hal yang patut disyukuri saja. Pada kenyataannya, tetaplah sulit untuk merangsek ke deretan elit.
Tapi pada kenyataannya toh tim kuda hitam sudah cukup menghibur. Ya, masih sulit untuk melihat keajaiban Leicester City. Entah kapan kita bisa melihat ada tim yang bisa mengganggu kenyamanan kaum elit lagi.