Waktu Baca: 2 menit

GeNose C19 telah banyak digunakan  untuk melacak paparan Covid-19 di berbagai fasilitas publik di tanah air. Terdapat sejumlah persyaratan yang harus dipatuhi sebelum melakukan tes Covid-19 dengan alat ini, termasuk saat menjalani ibadah puasa di bulan ramadhan. Lalu bagaimanakah syarat tes GeNose saat bulan suci seperti saat ini?

Peneliti GeNose C19, dr. Dian Kesumapramudya, Sp.A., M.Sc., Ph.D., menjelaskan GeNose C19 masih dapat digunakan untuk skrining Covid-19 saat puasa ramadaan. Namun begitu, ada beberapa hal syarat tes GeNose yang perlu diperhatikan agar pembacaan hasil genose bisa akurat. “Diupayakan pemeriksaan GeNose dilakukan saat pagi hari, ” kata Dian saat menemui kedatangan PAKBOB.ID.

Syarat Tes Genose di Bulan Ramadan

Dian menjelaskan pemeriksaan GeNose dianjurkan saat pagi hari maksimal 6 jam setelah sahur. Sebab jika tes dilakukan lebih dari 6 jam usai sahur dikhawatirkan ada peningkatan asam lambung. Kondisi itu dapat memengaruhi hasil pembacaan GeNose. “Terkait peningkatan asam lambung ini sebenarnya bisa diakali dengan berkumur, tetapi tetap lebih baik jangan lebih dari 6 jam sesudah sahur pemeriksaan GeNose-nya” terangnya.

Mohamad Saifuddin Hakim, M.Sc., Ph.D., anggota peneliti GeNose C19 lainnya menambahkan waktu yang dianjurkan untuk pemeriksaan GeNose adalah setelah berbuka puasa. Syarat tes GeNose ini juga perlu menjadi perhatian bagi para penggunanya. “Selain pagi, tes GeNose sebaiknya dilakukan 1 jam setelah berbuka puasa,” imbuhnya.

Pada hari-hari biasa, untuk skrining adanya infeksi virus SARS Cov-2 lewat embusan napas ini pengguna diminta untuk puasa atau tidak makan/minum  yang berbau khas. Selain itu juga tidak merokok sekitar 30 menit  hingga 60 menit sebelum pemeriksaan. Dengan begitu meminimalisir terjadinya positif palsu hasil pembacaan GeNose C19.

Proses Validasi Eksternal GeNose

Dian menyampaikan saat ini GeNose C19 tengah berproses validasi eksternal sebelum bisa masuk digunakan dalam penanganan Covid-19 secara nasional. Validasi eksternal  merupakan uji diagnostik yang dilakukan secara independen oleh tim peneliti lain. Beberapa peneliti yang terlibat dalam validasi eksternal ini antara lain dari UI, Universitas Airlangga, dan Universitas Andalas.

“Nantinya kalau dari validasi eksternal ini hasil akurasi konsisten kemungkinan besar GeNose direkomendasikan Kemenkes untuk perluasan pemakaiannya termasuk di puskesmas-puskesmas,” jelasnya. Hal ini dikarenakan syarat tes GeNose yang mudah dilakukan dan harga bersahabat.

Saat ini GeNose C-19 telah diterapkan sebagai syarat skrining bagi pelaku perjalanan penumpang kereta api dan peswat terbang. Sebanyak 44 stasiun di tana air telah menggunakan GeNose untuk skrining Covid-19. Menyusul empat bandara yaitu di Medan, Yogyakarta, Bandung, dan Surabaya.

Cara Kerja GeNose

GeNose memiliki keunikan dibandingkan dengan alat deteksi dini Covid-19. Selain GeNose merupakan produk anak bangsa. GeNose juga menggunakan embusan napas sebagai penentuan apakah seseorang terkena virus Covid-19 ataukah tidak.

Setelah seseorang meniupkan embusan napasnya maka yang akan bekerja selanjutnya adalah sistem kecerdasan buatan atau yang lebih familiar disebut dengan artificial intelligence. Hanya dalam 80 detik, hasil analisis GeNose sudah dapat mengetahui apakah seseorang tersebut terpapar Covid-19.

Oleh karena itu, pola embusan napaslah yang dilacak oleh sistem kecerdasan buatan. Ia mampu mendeteksi melalui pola embusan yang muncul.  Apabila ada virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh seseorang akan menghasilkan volatile organic compounds atau senyawa organik mudah menguap yang berbeda pada umumnya. Senyawa organik mudah menguap itu juga terdapat dalam embusan napas seseorang.

Selain itu, keunggulan GeNose adalah adanya beberapa sensor yang bisa membentuk pola tertentu saat mendeteksi senyawa organik mudah menguap dari embusan napas seseorang. Pola yang terbentuk nantinya akan bisa membedakan kondisi kesehatan seseorang. Sehingga, pola yang terbentuk dari embusan napas seorang yang terinfeksi Covid-19 akan berbeda dengan pola embusan napas orang normal (sehat). Pola yang dihasilkan sensor tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan sistem kecerdasan buatan. Hasilnya adalah mengetahui apakah orang tersebut terpapar Covid-19 ataukah tidak.(*)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini