Aroma Italia, Surganya Penggemar Kuliner Italia di Jogja

Waktu Baca: 3 menit

Bicara tentang masakan khas Italia, dua hal yang mudah tercetus di benak kita : Pasta dan Pizza. Kita mungkin sudah lekat dengan restoran cepat saji yang menyediakan sajian khas Italia, misalnya Pizza Hut dan Domino. Dua resto waralaba itu sudah cukup lama di Indonesia, dan sudah jadi top of mind. Tetapi satu hal yang memecah top of mind itu adalah kemunculan restoran masakan khas Italia yang hadir di Jalan Kaliurang Jogja. Namanya adalah Aroma Italia, bisa dikatakan ini surganya penggemar kuliner Italia di Jogja.

Baca Juga : Marisini Coffee, Melepaskan Penat, Mendatangkan Nikmat

Resto kecil ini tersembul diantara deretan pertokoan dan restoran lainnya sepanjang Jalan Kaliurang.  Ketika kita menginjakkan kaki di Aroma Italia, kita akan langsung disuguhkan suasana Italia, mulai dari pilihan warna, mebel, dekorasi, pencahayaan, dan musik. Bagi saya, si pemilik ini benar-benar totalitas menghadirkan suasana makan di Italia.

Menu makan

Begitu saya disajikan buku menu makanan, saya segera melakukan screening varian makanan, minuman, dan tak lupa juga kalkulasi harga. Maklum, dengan kantong mahasiswa maka pilihan makanan harus selektif. Belum selesai memilih makanan, tiba-tiba pramusaji mengantarkan sepiring Tortilla lengkap dengan mayonnaise, meskipun saya tidak memesannya. Jangan kaget, ini memang standar pelayanan di Italia, dan Tortilla nya gratis.

Saya jadi sulit memilih karena pilihan menunya banyak sekali, lebih dari 100 macam, dengan harga yang relatif murah. Dengan merogoh kocek 40ribu, kita bisa mendapatkan Pizza ukuran regular, yang bagi ukuran orang Indonesia cukup untuk berdua. Selain Pizza, ada pula beragam pasta, Bruschetta, Risotto, Tiramisu, Burger, dan bahkan Nasi Goreng. Satu hal yang menjadi ciri pembeda otentisitas resto Italia adalah kehadiran Risotto. Tidak semua resto masakan Italia mau menyediakan menu ini.

Citarasa selera Italia

Supaya tidak semakin lapar, saya memesan satu pizza regular dengan varian  Seafood dan sepiring spaghetti bolognese. Proses penyajian cukup cepat, sekitar 10 menit. Pizza yang disajikan pada saya menunjukkan ada area-area yang kematangannya berbeda. Ada yang sedikit gosong. Ini justru menjadi tanda bahwa cara mereka memasak adalah dengan oven tradisional; sesuatu yang tidak akan kita temukan di resto waralaba. Pada gigitan pertama, saya bisa merasakan roti yang memiliki aroma khas. Uniknya, mereka menyajikan topping dengan rasa agak masam. Mungkin bagi lidah orang Jawa, jadi tidak enak, karena sudah terbiasa makanan manis. Tetapi justru inilah rasa asli dari kuliner khas Italia.

Sajian Keju Parmesan

Ada keunikan lagi, yaitu sajian keju parmesan. Ini adalah jenis keju khas Parma yang strukturnya cenderung padat. Ketika pesanan pasta kita disajikan, pramusaji akan bertanya, “apakah mau keju parmesan?” bila kita mau, maka pramusaji akan menuangkan topping keju ke atas pasta kita. Pada situasi aslinya di Italia, pertanyaan yang sama akan muncul, namun keju Parmesan disajikan dengan pramusaji yang secara langsung memarut keju di atas hidangan kita. Berapa banyak keju yang kita inginkan? Terserah. Pokoknya begitu kita bilang stop, maka pramusaji baru akan berhenti memarut. Tetapi ini untuk konteks aslinya di Italia. Sementara di Aroma Italia, sajian ini tetap ada meskipun tidak sebanyak seperti di Italia.

Berjumpa dengan Pemilik

Satu kesempatan istimewa, karena menjelang saya selesai makan, pemilik resto mendekati meja saya dan meminta masukan-masukan untuk citarasa masakan. Chef Alberto, demikian nama panggilan sang pemilik resto. Ia adalah ekspatriat asal Italia yang sudah lama mengelola sebuah restoran kuliner Italia di Bali, namun terpaksa banting setir membuka resto di Jogja akibat dampak pandemi ekonomi. Resto ini belum lama, baru buka pada September 2020.

Perjumpaan saya dengan Chef Alberto lantas memvalidasi hal-hal yang saya temukan tadi : soal rasa, desain interior resto, etika penyajian, varian rasa, dan harga. Ia membuka Aroma Italia di Jogja karena tahu bahwa di Jogja rata-rata sajian pasta dan pizza citarasanya manis mengikuti lidah orang Jogja. Belum ada yang menyajikan dengan citarasa mendekati aslinya selera orang Italia. Istimewanya lagi, untuk bahan-bahan baku tertentu, ia bahkan harus mengimpor langsung dari Italia.

Soal Harga

Soal harga, Chef Alberto juga menyesuaikan dengan kantong pelanggan yang rata-rata kaum milenial. Dengan uang 100 ribu, kita dapat menikmati dua menu makanan dan satu minuman. Penilaian saya, makan di Aroma Italia adalah sesuatu yang worthed. Justru jadi pengalaman unik karena bisa benar-benar merasakan suasana Italia. Maka dari itu Aroma Italia boleh dikata menjadi surganya penggemar kuliner  Italia di Jogja.

Aroma Italia buka setiap hari jam 11.00 -22.00 dengan lokasi di Jalan Kaliurang KM 5.5. Kamu juga bisa cek instagramnya @aromaitaliayogyakarta. Aroma Italia juga melayani delivery order.

Selamat menikmati, guys !

Similar Articles

Comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Advertisment

TERKINI