Kuliner bakso selalu menjadi idaman para penikmatnya. Makanan yang berasal dari negeri tirai bambu ini memang sudah membuktikan eksistensinya di bumi nusantara ini. Ngebahas soal bakso, ada salah satu bakso yang tak melulu tentang makanan tapi juga kenangan. Kok bisa? Ya bisa, bakso ini menjadi kuliner “wajib” teman-teman yang berkuliah di Sanata Dharma kampus Mrican. Bakso Dab Supri.
Bakso Dab Supri memiliki hubungan erat dengan anak-anak Sanata Dharma karena dulunya berjualan di dekat lapangan Realino. Saat masih berjualan di dalam Sanata Dharma, biasanya bakso dab supri menjadi tempat nongki-nongki anak Sanata Dharma. Ya ada yang diskusi serius sampai serius mendekati gebetannya. Hingga akhirnya bakso tersebut pindah dari asal mulanya.
Lokasi berjualannya pindah. Tapi tidak jauh-jauh dari Sanata Dharma kok. Hanya di sebelah utara lapangan sepak bola Realino. Satu deret dengan siomay shinchan. Pasti tau kan ya? Karena saya penasaran dengan cerita teman-teman yang pernah menikmatinya, saya memutuskan untuk ke sana. Mencoba bakso nan legendaris itu.

Gerobak bakso dengan banyaknya stiker yang menempal adalah pertanda saya berada di tempat yang tepat. Bergegas saya memasuki lapak Dab Supri yang baru pindah beberapa bulan. Karena sebelumnya sempat buka di dekat STM Pembangunan. Nantinya jika situasi kedua gerainya akan dibuka semua, begitu katanya.
Yuk dibaca : Siomay Jogja Enak, Siomay Shinchan Dong!
Satu bakso komplit saya pesan sebagai pengganjal perut di waktu makan siang. Tidak dibutuhkan waktu lama, semangkuk bakso komplit siap ditaklukan. Sesendok kuah yang masih murni dan belum bercampur dengan sambal, saya cicip dengan perlahan-lahan. Gerrr tenan kuahnya, gurihnya pas bangetlah. Saatnya menambahkan sambalnya. Setelah kuahnya bercampur dengan sambal, warnanya berubah menjadi merah dan tampak berminyak. Persis seperti kuah gulai. Semakin melambai-lambai untuk dinikmati. Duh…duh…pedesnya juga seger puool.
Semangkuk bakso Dab Supri berisikan bakso goreng, mi kuning, mi putih, tahu, bakso urat, irisan daging sapi, dan yang spesial adalah ketupat. Kaget kan ada ketupat di dalam racikan bakso? Justru inilah yang menjadi keunikannya. Jadi sangat tepat untuk dijadikan “pengganjal” perut alias mbikin wareg. Bahkan saya juga diberikan bonus gajih (lemak) sapi. Siapa yang sanggup menahan godaan ini? Kalau saya sih gak bisa. Hehehe…

Bakso gorengnya yang kering di luar, empuk di dalam. Sehingga semakin menambah nikmat saat menyantap bakso. Ketupatnya pun juga tidak mengurangi rasa enak dari bakso. Justru menambah nikmat. Apalagi ketupat tersebut direndam sempurna oleh kuah bakso. Jadi saat dimakan, kuahnya akan meresap di ketupat. Sensasinya seperti menikmati lontong sayur.
Yuk dibaca : Sop Buntut Pak Sugeng, Rasanya Sungguh Gayeng
Teman-teman yang bisa saja meminta untuk memodifikasi pesanan yang dipesan. Mau tanpa ketupat ya boleh, ditambahi gajih juga boleh, tanpa micin boleh juga, yang jelas jangan request tanpa mangkuk ya. Kecuali kalian mau take away. Tenang saja bagi kaum mager, bakso ini juga ada di aplikasi daring. Bagi yang mau mencoba menu lainnya, ada juga kok. Dab Supri menyediakan menu mi ayam hingga tahu walik.

Kalau gak mau kehabisan bakso ini, ada baiknya datang pagi. Sekitaran pukul 9 pagi, biasanya sudah siap untuk melayani penggemar bakso. Masalah harga ya wajar kok, tidak nuthuk. Rp 12.000 saja sudah bisa merasakan nikmatnya bakso tersebut. Pas dengan dompet kan ya? Mungkin ada baiknya berterima kasih kepada Dab Supri yang telah membantu kalian-kalian dalam merawat memori selama di Sanata Dharma. Semangat dan sehat selalu Dab! (*)