Waktu Baca: 5 menit

Berbicara soal Bitcoin ramah lingkungan gak lengkap kalau gak membahas yang lagi viral akhir-akhir ini. Beberapa hari lalu, kembali heboh kalau harga Bitcoin naik lagi. Lha kok bisa? Lagi-lagi karena ucapan Elon Musk yang bikin harganya naik, setelah pertengahan bulan Mei lalu harga Bitcoin sempat anjlok, yang penyebab utamanya sih juga karena Elon Musk. Keren ya? Kalau seandainya setiap ucapan kita bisa membuat naik-turun harga pasar suatu produk hahaha… Sebelum masuk lebih dalam, kita perlu tahu mekanisme Bitcoin yang ramah lingkungan itu seperti apa.

Apa itu Bitcoin
www.pixabay.com

Apa itu Bitcoin dan Cryptocurrency?

Cryptocurrency merupakan sistem mata uang digital yang menggunakan sistem terdesentralisasi untuk memvalidasi transaksi pada sebuah jaringan yang disebut blockchain. Contohnya seperti Bitcoin, Dogecoin, Ethereum, Litecoin, dsb. Sistem seperti ini sih mulai jadi favorit untuk digunakan sebagai metode pembayaran karena sifatnya yang rahasia, aman, terpercaya, tidak terpusat pada 1 pihak saja, banyak benefit-lah. Misal, kamu mau beli pisang goreng di online shop, tanpa harus memberitahukan identitas kamu, apa yang kamu beli atau pesan, selain dengan orang yang benar-benar menjual pisang goreng tersebut. Begitu juga sebaliknya dari sisi penjual, kamu perlu orang lain untuk memverifikasi bahwa itu memang dirimu dan bukan orang lain, semua transaksi terenkripsi agar aman. Simple-nya begitu.

Cryptocurrency menghasilkan emisi CO2

Lah terus, kalau emang sebagus itu, kok diprotes? apa hubungan Bitcoin, Elon Musk dan lingkungan? Nah karena proses yang rumit tadi, Bitcoin sendiri menghabiskan banyak energi listrik / emisi ketika melakukan proses penambangan. Seperti yang sudah saya singgung diatas, semua cryptocurrency yang menggunakan sistem terdesentralisasi membutuhkan resource yang besar untuk memverifikasi setiap transaksi yang ada. Pembelian, penjualan, trades, Bitcoin baru, semua aktivitas tersimpan di Blockchain. Sekali transaksi aja sudah besar, apalagi kalau jutaan??? Hal ini juga yang membuat Elon Musk pada pertengahan Mei lalu menghentikan sementara pembelian produk Tesla dengan Bitcoin karena alasan emisi CO2 dan menyebabkan lingkungan yang tidak sehat, yang setelah itu membuat harga Bitcoin juga anjlok ahahaha… saya jadi ingat karena ulah CR7 kemarin yang menggeser botol coca-cola dengan air putih sebelum pertandingan, saham coca-cola juga anjlok drastis.

Baca juga: Jangan Beli Rumah, Beli yang Lain. Saham Misalnya

Kalau semua jenis Cryptocurrency menghasilkan emisi, kenapa cuman Bitcoin saja yang diprotes?

Jadi dibanding mata uang crypto lain, Bitcoin menghasilkan emisi paling gede. Kalau menurut analisa dari University of Cambridge, jika dibandingkan sebagai sebuah negara, Bitcoin bahkan masuk kedalam top 30 negara yang mengonsumsi energi terbesar di dunia, dengan Tiongkok berada di peringkat 1.  Ironisnya, sebagian besar penambangan Bitcoin berada di negara Tiongkok. Bisa dibayangin gak tuh, penggunaan energi pada Bitcoin setingkat negara Peru wahahaha.

Saya juga pernah bertanya pada teman saya yang juga menambang Bitcoin di rumahnya. Dia menghabiskan banyak energi listrik untuk mendinginkan kamarnya baik itu menggunakan AC maupun pendingin lain agar VGA yang ia gunakan untuk menambang Bitcoin tidak overheat. Belum lagi listrik yang dihabiskan untuk menyalakan 8 buah VGA yang ia punya. Negara seperti Islandia, Finlandia atau negara lain yang iklim geo-nya dingin, lebih bisa menggunakan less-energy, karena memang faktor alamnya sudah dingin. Beruntung banget!

Elon Musk tentang Bitcoin tidak ramah lingkungan
www.pixabay.com

Harga Bitcoin naik lagi berkat Elon Musk

Setelah membuat pernyataan yang membuat harga Bitcoin anjlok, kemarin Minggu Musk mengatakan akan kembali menerima pembayaran Bitcoin asalkan ada konfirmasi penggunaan energi bersih yang wajar sebesar 50% oleh para penambang, yang membuat nilai Bitcoin naik. Wuihh mantap gak tuh… Musk mendorong para penambang Bitcoin agar lebih memperdulikan lingkungan, dan menciptakan tren yang lebih positif di masa depan. Pertanyaannya adalah, memang bisa Bitcoin menjadi ramah lingkungan?

crypto-tidak-cocok-dengan-lingkungan
www.unsplash.com

Mekanisme transaksi yang memang tidak cocok dengan lingkungan

Yahh walaupun gak semua crypto, walau bagaimanapun, harus ada mekanisme untuk memverifikasi transaksi pada sistem seperti ini. Bitcoin menggunakan yang namanya proof-of-work. Proof-of-work sendiri merupakan skema “security model” yang memang harus ada. Skema ini mencegah siapapun untuk dapat memanipulasi sistem. Tanpa hal tersebut, maka bakal sama saja seperti metode pembayaran biasa yang rentan dimana seseorang lebih mungkin untuk meretas blockchain. Emisi karbon karena memakai resource yang besar adalah harga yang harus dibayarkan pada sistem ini mau tidak mau.

Bitcoin tidak ramah lingkungan
www.pixabay.com

Mitos lain terkait Bitcoin tentang energi terbarukan

Selain masalah emisi, masalah nyata yang lain adalah soal bahan dari hardware-nya itu sendiri. Saya tidak ingin membahasnya secara dalam, tapi dari yang pernah saya baca, bahan-bahan yang digunakan pada VGA dan hardware lainnya untuk mining menggunakan bahan yang juga sulit didaur ulang. Seperti plastik, chip semi-konduktor untuk mesin, dsb. Ada pengakuan bahwa rata-rata penambang sudah menggunakan energi terbarukan sebesar 35%, lahh 65% nya?

Solusi yang ditawarkan

Satu-satunya cara untuk memperbaiki aspek CO2 yang ada pada Bitcoin adalah dengan mengubah cara kerja penambangannya, dengan tidak menggunakan metode proof-of-work tadi sama sekali, yang mana itu tidak mungkin. Alternatif kedua, Bitcoin mengimplementasi cara lain untuk memvalidasi transaksi, seperti yang dimiliki cryptocurrency lainnya. Hal ini saya rasa juga  sangat sulit, karena perlu mengubah jutaan baris kode back-end yang ada pada sistem Bitcoin. Lagipula, para penambang mungkin sudah nyaman dengan sistem saat ini yang bisa menghasilkan lebih banyak uang, ketimbang harus beradaptasi dengan sistem baru yang beresiko lebih tinggi dan tidak ada jaminan hasilnya akan sebagus sistem yang sudah ada.

Alternatif ketiga, para peneliti di bidang IT harapannya bisa menemukan suatu cara optimal agar dapat mengurangi resource yang digunakan Bitcoin hingga 50%, tanpa mengurangi keuntungan yang dihasilkan terlalu jauh, seperti yang Musk katakan. Alternantif terakhir, para penambang bisa untuk meninggalkan Bitcoin dan menggunakan cryptocurrency lainnya yang lebih ramah lingkungan. Misalnya saja seperti Dogecoin, yang juga dikampanyekan oleh Elon Musk beberapa waktu lalu. Dogecoin hanya mengonsumsi energi sebesar 0.12 KWh, sedangkan Bitcoin sebesar 707 KWh setiap sekali pembayaran.

Teknologi ramah lingkungan
www.unsplash.com

Teknologi, Alam, & Lingkungan

Walaupun masih banyak jenis crypto yang resource-nya jauh lebih rendah, Dogecoin dirasa bisa bersaing dengan Bitcoin saat ini, karena penggemarnya yang sudah cukup banyak, energi lebih sedikit, dan berpotensi akan sebesar Bitcoin di masa depan. Walaupun dari segi profit 1 Dogecoin baru senilai sekitar Rp4.433.000, sedangkan 1 Bitcoin senilai Rp555.562.374 per-tanggal 17 Mei.

Teknologi cryptocurrency memang sangat menggiurkan, tetapi kita sendiri tidak bisa melupakan aspek lingkungan yang dibuatnya. Yaa lagian, percuma saja kita menambang banyak uang tetapi gak ada lagi energi terbarukan yang tersisa di masa depan, untuk anak-anak kita. Hal ini lah yang sedang dikampanyekan Elon Musk dan tokoh besar teknologi lainnya. Melindungi planet kita ini agar tetap hijau, juga menjadi etika dan poin penting dari inovasi teknologi yang lebih maju di masa depan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini