Anak mama, label yang tidak mengenakkan kalau kita dapatkan saat kita masih duduk di bangku SD. Biasanya sih anak mama dipakai untuk menyebut laki-laki yang manja. Tapi sebetulnya untuk perempuan juga boleh-boleh saja. Toh yang ibu melahirkan tak hanya anak laki-laki, tetapi juga perempuan. Kalau pun nanti ada perkara Electra Complex, itu hal lain. Kali ini saya mau menghidupkan kenangan sebagai anak mami. Ini suatu kenangan yang barangkali terselip dalam hiruk pikuk hidup kita. Dulu kita bodo amat dengan mama yang cerewet, tetapi saat kita sudah dewasa, mama yang banyak diam akan membuat pikiran kira berkecamuk. Mama baik-baik saja kan, ya? Nah untuk memupuk rasa kangen tentang masa kecil, berikut saya ulas 4 omelan hits dari mama yang bikin kamu mewek.
Katanya sakit, kok malah main hape?
Ini satu omelan yang tergolong ajaib ketika kita sedang terbaring sakit. Kenapa ajaib? karena yang jadi objek kemarahan Mama tidak ada hubungannya dengan sakit fisik yang sedang kita jalani. Misalnya kita tepar karena diare, atau perut mules-mules nggak karuan. Terpaksalah kita absen sekolah dan tergeletak di tempat tidur. Tidur berjam-jam itu tetap membosankan. Kalo ada hape, pasti kita buka untuk sekadar scrolling media sosial atau nonton youtube. Nah, marahlah mama. Padahal kalo kita boleh protes, mungkin kita akan bilang, “Mah, kan yang sakit perutku, bukan tangan dan mataku.” Cuma, demi keselamatan kita, jangan ngeyel. Lebih baik diam, letakkan hape sejenak, dan pura-pura tidur.
Nah, Es terus !
Saat kita tiba-tiba terbatuk-batuk di rumah dan kedengaran oleh Mama, komentar apa yang muncul? “Es terus !” Dua kata bijak nan adiluhung itu mungkin khas beredar di masyarakat kita. Tanpa peduli kita barusan benar-benar minum es atau tidak, komentar itu tetap muncul seakan jadi fitur auto reply. Ya mungkin kita butuh respon model masyarakat Inggris misalnya “Kamu nggak papa kan, nak? Kalo perlu minum obat batuk dulu gih.” Kita tidak sedang minum es aja (eh ngomong-ngomong es itu dimakan atau diminum, sih?) kita bakal kena omelan Mama. Apalagi kalau kita kepergok sedang membawa sebungkus es dan terbatuk-batuk. Kelar idup lo.
Baca juga : Orangtua dan dalih ‘kalau yang lain bisa kenapa kamu enggak?’
Hiruk pikuk di malam hari
Pernah nggak sih kamu ngrepotin Mama saat jam 19.00, ketika tayangan sinetron sedang prime time? “Mama, besok pelajaran prakarya aku disuruh bawa penggaris segitiga, cat air, sama kertas asturo.” Sementara itu jarak rumahmu dengan toko alat tulis butuh waktu 15-20 menit perjalanan, dan toko tutup jam 21.00. Ini adegan paling klasik dalam ritme hidup anak SD dan SMP. Reaksi mama pun bisa ketebak. Tahap pertama marah plus ngomel karena kita nggak kasih tahu dari siang hari. Tahap kedua memaksa kita segera ganti baju, pakai jaket untuk ikut ke toko alat tulis. Ini bisa naik mobil atau naik motor. Tapi kalo diboncengkan mama naik motor dalam keadaan terpaksa dan penuh emosi di malam hari gitu tampaknya lebih klasik. Tahap ketiga belanja di toko. Tahap keempat nasihat supaya besok-besok tidak diulangi.
Kalo mama lagi kesal, paling juga minta tolong papa untuk antar kita ke toko alat tulis. Tentu saja kalo dengan papa itu bakalan minim omelan, mungkin juga minim pembicaraan. Pokoknya to the point aja, beli apa yang dibutuhkan, bayar, pulang.
Google Berjalan
Sosok mama di rumah itu udah ibarat kayak google berjalan. Ada barang yang hilang, terselip, atau lupa meletakkan, kita akan tanya mama. Bukan anak saja yang tanya itu, papanya pun sama saja ternyata. Butuh cari barang dan bingung di mana menyimpannya, tanya mama. Ya tentu saja dengan omelan, “Makanya kalo meletakkan barang yang ajeg, biar nggak bingung nyarinya !” Lebih konyol lagi ketika papa ikut-ikutan ngomel ketika kita tampak kebingungan mencari barang yang hilang. “Salahnya sendiri meletakkan barang sembarangan.” Lah, papa juga punya kebiasaan gitu kok ikutan ngomel?
Nah itulah tadi 4 omelan hits dari mama yang bisa bikin kamu mewek. Yah, itu jadi memori menarik bagi kita masing-masing tentang sosok Mama. Coba saja kamu share pengalaman pada temanmu secara random, maka kamu akan menyadari bahwa orang lain juga punya pengalaman yang mirip. Kenapa bisa begitu? Entahlah. Mungkin ini soal budaya. Tapi budaya yang menggelikan bagi saya tetaplah soal “Katanya Sakit, Kok Main HP?” Itu omelan ajaib dari mama.