Waktu Baca: 4 menit

Mungkin beberapa dari kita nggak asing dengan film yang dibintangi oleh Jim Carrey ini ya. Wajar saja bila ada orang yang tidak tahu film apa sih ini, menilik dari tahun rilis film ini –– tahun 2003 –– yang sudah cukup lama. Bahkan jauh lebih lama dari film-film The Avengers. Bruce Almighty adalah film komedi yang pada masanya cukup menggebrak meski kini ya terasa tidak kontroversial amat.

Beberapa saat lalu aku mencoba untuk rewatch film garapan Tom Shadyac ini. Awalnya –– ketika aku masih anak-anak –– aku hanya mengira Bruce Almighty adalah sebuah film komedi yang sekedar lucu aja, tapi semua pemikiran ku berubah setelahnya, bahkan aku sendiri merasa tersindir oleh alur cerita film ini karena aku tertawa atas segala kesalahan dan ketololan serta bobroknya pria yang kebetulan aku juga lakukan. Ya, film ini bukan hanya sekedar komedi, namun juga cerminan hidup untuk para pria, termasuk aku, dalam menjalani dan memaknai hidup. Lalu bagaimana sih sebenarnya film ini?

Plot Cerita

            Bruce Almighty menceritakan kehidupan seorang reporter di kota Buffalo, New York bernama Bruce Nolan (Jim Carrey) dan kekasihnya, Grace Connelly (Jennifer Aniston). Selayaknya pria pada umumnya, Bruce adalah seseorang yang mencoba untuk mengembangkan karirnya. Sayang ia sering mengalami kejadian-kejadian sial. Beberapa kesialan yang ia alami adalah seringnya berita yang ia liput kurang berharga hingga rival di kantornya, Evan Baxter (Steve Carell) malah karirnya terus melejit dan mendapatkan pujian dari berbagai pihak.

Bruce, sebagai pria ambisius, hanya memikirkan hal-hal mengenai ambisinya untuk memiliki karir yang tinggi. Mendapatkan puja-puji dari masyarakat. Hal ini sangat kontras dengan Grace yang ingin hidup sederhana dan bahagia bersama Bruce tanpa memikirkan seberapa tinggi karir Bruce.

Grace berharap Bruce menikmati segala yang dia dapatkan selama ini dan berproses perlahan selagi berserah dan berdoa kepada Tuhan. Tapi harapan itu sia-sia. Bruce bahkan mengutuk Tuhan yang tidak sudi mengurus hidupnya sehingga orang lain mendapatkan keuntungan sedangkan Bruce selalu sial.

Tuhan Datang Beneran

Protes Bruce terhadap Tuhan akhirnya mendapatkan jawaban. Sang Tuhan (Morgan Freeman) menelpon Bruce melalui pager –– sebuah alat komunikasi tahun 90-an –– yang tak pernah Bruce terima sebelumnya. Bahkan Bruce menganggap telepon tersebut adalah sebuah gangguan dan memilih untuk menghancurkan pagernya. Ajaibnya, meskipun pagernya hancur berkeping-keping, telepon dari 555-123, yang mana adalah nomor Tuhan, tetap tersambung. Melihat keanehan itu Bruce mengangkat pagernya dan mendapatkan pesan suara bahwa dia harus menuju sebuah gedung.

Pada akhirnya Bruce mendatangi bangunan tersebut, yang nampaknya seperti bangunan mangkrak, namun di dalamnya sangat rapi dan minimalis bernuansa serba putih, seperti sebuah gedung yang sudah selesai dibangun. Di sinilah Bruce akhirnya bertemu dengan Tuhan. Tuhan yang mengetahui apa saja umpatan Bruce kepada dirinya dan, plot twistnya, memberikan tugasnya sebagai Tuhan kepada Bruce dan memilih berlibur.

Bruce yang mendapatkan kekuatan Tuhan, menyebut dirinya Almighty (yang maha kuasa) akhirnya mengerjai beberapa preman dengan mengeluarkan sebuah monyet dari pantat preman-preman itu, dan tentu saja, menggunakannya untuk mempermulus karirnya.

Tapi sangat disayangkan Bruce yang diingatkan oleh Tuhan mengenai kehendak bebas justru lalai dan terus memikirkan karirnya. Bahkan melupakan kebahagiaan untuk Grace yang berharap ingin hidup sederhana dengan Bruce, tapi malah memergoki Bruce bersama perempuan lain. Pada akhirnya Grace memilih meninggalkan Bruce tapi sayangnya, Bruce tidak dapat mengubah keputusan Grace bahkan dengan kekuatan Tuhannya.

Makin Kacau

Bruce yang diberkahi kekuatan Tuhan bukan cuma mengacaukan hidupnya. Tapi karena dia mengabulkan semua doa manusia akhirnya justru membuat dunia semakin kacau. Kerusuhan terjadi di mana-mana karena kehendak bebas manusia yang semuanya terwujud. Kekacauan dunia dan hidupnya membawa kesadaran kepada Bruce untuk menyerahkan sepenuh hidupnya ke tangan Tuhan, dan Tuhan mengiyakan penyesalan Bruce.

Sebuah Perwakilan Pria dan Perempuan

Karakter Bruce dan Grace adalah cerminan bagaimana perbedaan kedua gender ini. Kita, para pria, yang selalu menginkinkan pujian karir dan segalanya. Kita pria yang menginginkan kehidupan yang serba wah sangat berbeda dengan perempuan yang diwakilkan oleh Grace. Bahkan pada seuatu titik Grace memprotes Bruce dengan sarkas bahwa memang dia perempuan yang membutuhkan kapal pesiar rumah mewah bukan kehidupan sederhana yang bahagia bersama dengan pasangan yang saling memahami.

Grace, sebagai perempuan, adalah pribadi yang dewasa serta berhati sangat lembut. Bahkan gambaran ini semakin kuat saat kita melihat sisi religius Grace yang selalu mengingatkan Bruce bahwa ia harus mempercayai kehadiran Tuhan dalam hidup. Bukan hanya itu karakter lembut Grace sebagai perempuan dapat kita lihat dari pekerjaannya sebagai pengajar di taman kanak-kanak di kota Buffalo. Sebeneranya kita bisa juga bercermin bahwa perempuan memang lebih bisa dekat dengan anak-anak daripada pria dengan anak-anak, meskipun tidak bisa kita pukul rata seperti itu.

Bruce Adalah Cermin Kebobrokan Pria

Bruce, yang mewakili kita para pria, memiliki keinginan karir yang tinggi sehingga melupakan kehidupan yang sudah ia dapatkan. Sebuah kehidupan sederhana dengan pasangan atau orang yang kita cintai. Semua tentang karir, karir, pangkat, pangkat dan nama. Memang secara psikologis kita sebagai pria ingin diakui, berbeda dengan perempuan yang lebih ingin disayangi.

Bahkan suatu waktu Bruce tidak mau melakukan hal-hal sederhana bersama Grace seperti menyusun foto kebersamaan mereka di sebuah album. Semua Grace lakukan sendirian. Bruce gagal memahami kesederhanaan hidup, layaknya kita para pria. Reporter ini memikirkan apa yang menjadi sarkas Grace kepadanya. Tapi, dasar bodoh, ia lebih memilih untuk mengajak Grace makan di restoran mahal dan berada di pesta yang mewah bukan hidup yang bahagia karena saling memahami dan menyayangi hal-hal kecil yang mereka miliki bersama.

Bruce adalah cerminan para pria yang sering sangat duniawi. Karir adalah duniawi. Nama baik adalah duniawi. Kemewahan adalah duniawi. Kemudian melupakan bahwa Tuhan juga hadir dalam hidupnya. Kesialan Bruce adalah cara Tuhan membentuk mental Bruce yang cenderung emosional terutama jika menyangkut mengenai karir dan hartanya. Bruce lebih suka memprotes Tuhan daripada bersabar dan menjalani hidup sederhana. Bruce ingin nama, karir, dan sebagainya.

Mungkin kita, sebagai pria –– atau malah semua manusia tanpa memandang gender –– adalah Bruce. Sangat sering aku temui teman-temanku yang memikirkan nama, ingin cepat menjadi inspriasi, kaya, dan memiliki pangkat yang baik dalam pekerjaannya. Dalam suatu waktu aku adalah Bruce, meskipun sampai saat ini sepertinya aku tetap seorang Bruce. Tapi film ini membuka mata kita bagaimana seharusnya kita, terkhususnya para pria, memaknai hidup bahwa hidup adalah kebahagiaan, kesederhaan dan kasih sayang. Pada akhirnya, Bruce Almighty adalah film komedi yang menghentak sekaligus menyadarkan kita pada realita yang harus kita syukuri.

Baca juga :
Brooklyin Nine Nine Adalah Obat Duka

Piye Kabar e Kowe? Dan Sebuah Pertanyaan Renungan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini