Aku pun tergugah untuk menuliskan hal ini ketika membaca artikel berjudul Bergulat Dengan Quarter Life Crisis yang juga bisa kalian baca di Pakbob.id. Apakah kalian juga mengalami benturan passion dan karir dengan orangtua?
Beberapa hari yang lalu sebelum aku hunting fotografi jalanan atau yang lebih dikenal dengan street photography aku menyempatkan diri nongkrong dengan 2 temanku di sebuah burjo di area pinggiran salah satu kampus di Yogyakarta. Tak jarang dari mereka curhat tentang masalah hidupnya, terutama karena memang kami sudah dekat.
Kami mengingat beberapa teman yang sebelum COVID-19 melanda kami sering berkumpul bersama dan mendengarkan curhatan mereka yang pilihan karirnya ditolak oleh orang tuanya dan terpaksa melakukan apa yang orang tua mereka inginkan meskipun hati mereka sebenarnya ingin menolak, meskipun akhirnya beberapa dari mereka bisa hidup sesuai pilihannya walaupun harus mengalami “bentrok” dengan orang tua mereka.
Mungkin beberapa dari kita pernah merasakan seperti itu. Biasanya terjadi di keluarga yang anaknya memilih menjadi seorang seniman sedangkan orang tuanya sejak dahulu bekerja tetap sebagai pegawai. Ya, biasanya di lingkunganku seperti itu bisa saja berbeda dengan yang lain.
Meskipun, jujur saja, seperti menyebalkan. Tapi kita coba pahami kenapa hal ini terjadi.
Maksud Orang Tua Sebenarnya Baik
Mungkin bukan orang tua tidak bermaksud buruk kepada kita soal passion dan karir. Orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya bukan? Tentu saja terbaik menurut mereka saat itu. Mereka ingin kita, sebagai anaknya, hidup “enak” di masa yang mendatang. Terutama “enak” dalam artian memiliki penghasilan dan (mungkin) pangkat serta pandangan masyarakat. Mereka ingin anaknya hidup baik-baik saja di masa yang mendatang, dan entah sial atau tidaknya referensi mereka hanya berasal dari jamannya bukan dari jaman di mana kita hidup.
Orang tua tidak memahami apa itu freelancer desain, fotografi, content creator bahkan gamer. Orang tua kita “hanya” memahami hidup sebagai pegawai, terutama di daerahku dan pedesaan lainnya adalah PNS, dan semua yang ia pahami menghasilkan uang. Pada akhirnya bukan orang tua yang melarang kita, tapi hanya orang tua yang belum memahami dunia kita. Mereka mendidik kita dengan pengalaman dan zamannya. Sulit untuk mereka memahami hal yang benar-benar baru dan nampak meragukan untuk mereka. Lalu bagaimana caranya ketika hal ini terjadi?
Coba Ajak Orang Tua Berdiskusi
Mungkin beberapa orang sudah melakukan hal ini. Namun, berdasarkan pengalamanku, hanya sedikit yang berani melakukannya. Kalau kalian ingin mencoba untuk berdiskusi dengan orang tua kalian, ada beberapa hal yang bisa kalian diskusikan agar dapat meyakinkan orang tua kalian. Sebisa mungkin kalian rencanakan planning kalian matang-matang, mempertimbangkan baik dan buruknya, terpenting adalah potensi dari karir yang kalian pilih. Kalau ternyata memiliki prospek yang baik, mungkin saja bahwa kalian akan mulai diberikan kelonggaran untuk sedikit demi sedikit memulai apa yang sudah kalian pilih. Hal ini menuntut kematangan dalam pembuatan rencana dan visi karir kalian.
Proses ini memang tidak mudah dan mungkin bisa saja gagal. Terus bagaimana kalau gagal?
Diam-Diam Lakukan Apa yang Memang Kalian Mau!
Hal ini terkesan durhaka, tapi bisa menjadi solusi terakhir jika diskusi sudah tidak bisa berjalan lagi. Kita memang akan menghabiskan tenaga yang lebih bila ingin mewujudkan apa yang kita mau dengan cara ini. Terutama untuk kalian yang sedang berkuliah. Dalam hal ini pula bisa saja kalian kuliah di program studi pilihan orang tua. Tapi menurut pengalaman terutama teman-teman yang juga sudah berhasil meyakinkan orang tua mereka, mereka menggunakan cara ini. Diam-diam melakukan juga menuntut kalian untuk mendapatkan penghasilan. Kita bisa saja mengabari orang tua kalian mendapatkan penghasilan yang sudah mencukupi kehidupan kita atau setidaknya uang bensin atau uang makan dalam jangka waktu tertentu.
Pada akhirnya memang memperjuangkan passion dan karir kita bukanlah hal yang mudah. Kuakui itu sangat menyulitkan. Benar-benar menyulitkan. Ada saudarku yang baru diakui passion fotografinya ketika sudah mendapatkan penghargaan nasional tapi ada juga yang sekadar orang tuanya tahu anaknya bisa menghasilkan uang.
Mental sangat dibutuhkan. Tenaga. Pikiran. Semua akan terasa habis. Bahkan ada temanku yang harus bertengkar dengan ayahnya selama bertahun-tahun tapi setelah melihat hasilnya, ayahnya luluh hatinya. Percayalah, ketika semuanya benar-benar kita maksimalkan, tenaga yang kalian keluarkan, rencana yang sudah kalian pusingkan akan membuat kalian akan bergabung denganku dan teman-temanku yang akhirnya bisa mengubah pola pikir orang tua kita.