Mao tiba tiba mendapat ‘tiket’ untuk sertifikasi juru masak kerajaan. Jelas Mao senang karena ia sebenarnya masih anak bau kencur dan belum lama berkecimpung di dunia masak. Namun, restoran tempat ia belajar percaya Mao punya kemampuan untuk menjadi chef kerajaan. Maka, berangkatlah Mao untuk mengikuti tes menjadi juru masak kerajaan. Saat tiba di sana, ia kaget karena ujiannya gampang gampang susah. Ya, ujiannya ternyata hanya membuat mie. Tapi, mie yang diminta adalah mie tak terkalahkan. Mao bingung, ia mencari mie tak terkalahkan. Namun, dasar ia juga gak sekolah, ia gak ngerti apa itu mie tak terkalahkan.
Merenung Di Tepi Sungai
Mao akhirnya banyak murung di tepi sungai yang ada di belakang restoran tempat ia bekerja. Sembari merenung, ia memikirkan bagaimana cara mencari mie tak terkalahkan. Gurunya yang menyadari kegundahan Mao lalu menyamperi dia sambil membawa tuak. Cuman, setelah tuak ia siapkan, ia baru ingat kalau Mao masih di bawah umur. Maka dari itu, tuaknya ia minum sendiri. Sambil agak tipsy, ia memberi nasihat pada Mao.
Ia berkata pada Mao untuk tidak terlalu pusing mencari mie tak terkalahkan. Katanya, daripada pusing pusing dan takut takut mencari jawaban yang benar karena takut salah, guru Mao meminta Mao untuk mengambil kesimpulan menurut hati nuraninya sendiri. Mao yang terinspirasi gurunya lalu memutuskan bahwa ia akan membawa mienya sendiri alih alih mencari mie tak terkalahkan.
Mao Sudah Gila
Ketika tiba di hadapan juri. Ternyata, Mao membawa mie tanpa bumbu, cuma digodog aja. Sontak gurunya kaget. Nie orang udah gila apa gimana? Namun, saat juri mencicipi mie tanpa apa apa itu, ia malah kagum. Ia bertanya pada Mao. “Eh anak kecil, apa mie tak terkalahkan itu?”
Jawab Mao, “Mie tak terkalahkan itu ya mie polos yang bisa enak tanpa harus dikasih bumbu yang aneh aneh.”
Sontak si juri kagum dan langsung meluluskan Mao. Konon, Mao mencari ke berbagai penjuru cara membuat mie polos yang enak tanpa bumbu. Dari kreativitasnya, lahirlah mie yang benar benar enak dimakan polosan.
Perenungan
Saya juga pernah makan mie polos tapi enak sekali di Surabaya. Bagi saya, inilah mie tak terkalahkan itu. Ini mie benar benar enak dan tidak perlu ada bumbunya. Kalau mau pesan tambahan lauk ya bisa, tapi mienya sendiri sudah sangat enak.
Dari cerita ini ada beberapa hal yang saya pelajari. Pertama, jangan mencoba menutupi diri sendiri dengan pernak pernik duniawi. Jangan coba mencari pakaian mewah, mobil mewah atau perawatan kulit terbaik untuk menutupi dirimu sendiri. Jadi dirimu sendiri dan tonjolkan kelebihan asli yang kamu punyai. Tidak perlu mencari cari apa yang gak kamu punya. Ingat juga bahwa menjadi diri sendiri itu bukan berarti mengekspose sifat jelek dan kelemahanmu ke orang lain. Itu sih namanya egois. Yang saya maksud adalah jadi dirimu sendiri dan versi terbaik dari dirimu.
Kedua, jangan suka mencari cari jawaban benar atau salah. Kamu kadang gak usah takut salah. Dalam hidup gak ada jawaban benar salah. Semua jawaban benar pada waktu dan porsi yang seharusnya. Misal kamu kuliah, kamu jadi sarjana karena belajar sungguh sungguh dan kemudian kerja di tempat yang bonafide, it is great. Tapi, kalau kamu gak kuliah, terus kamu dagang dan sukses atau mungkin kamu jadi selebgram dan ngetop, itu juga gak salah. Artinya, gak ada yang benar dan salah toh. Yang penting berani mengambil keputusan dan gak takut dengan kegagalan.
Selamat malam!
Baca juga :
Mie Ayam Kobar Jaya : Mangkuknya Bisa Dimakan!
Menemukan Mie Ayam Lumo 85 Kayak Cari Harta Karun