Waktu Baca: 3 menit

Ketika saya melangkah maju menjadi entrepreneurs pertama kali, saya berpikir bahwa saya harus terlihat seperti seorang pengusaha. Saya harus berpakaian yang rapi, kemana mana mengendarai mobil, bekerja dalam lingkup strategi saja dan menjalankan apa apa yang sesuai imej sebagai entrepreneurs. Mungkin saya ingin kelihatan kaya di alam bawah sadar saya. Ya, mungkin saya salah mendapat mentor juga. Saya ingat, seorang teman saya, seorang pegiat MLM mengendarai Nissan Juke (ketika mobil itu masih dianggap mewah) tapi memiliki rumah yang literally seperti gubuk. Jadi tak masalah kamu tinggal di gubuk karena tak ada yang melihatnya, sementara kamu harus naik mobil mewah agar mereka percaya kamu sukses dan mau mengorbankan uang mereka untuk kamu.

Ia mengatakan bahwa kelihatan kaya penting untuk mendapatkan kepercayaan orang. Saya secara tidak sadar mengikuti apa yang ia katakan tanpa aware itu adalah sebuah cara pikir yang tidak seratus persen benar. Nah, ketika saya secara tidak sadar ingin membuat diri saya kelihatan kaya, banyak efek negatif yang saya dapatkan.

Kelihatan Kaya itu Gak Enak

Kelihatan kaya membuatmu berpatokan pada lifestyle, bukan pada bagaimana cara kamu melakukan manajemen uang dengan baik. Tiba tiba saja kamu merasa butuh Macbook dan laptop Lenovo tidak cukup. Tiba tiba handphonemu harus Samsung terbaru sementara Oppo atau Vivo sudah cukup. Keinginan untuk kelihatan kaya membuat saya tidak efisien dalam keuangan. Itu adalah sikap yang bodoh.

Kedua, saya berusaha kelihatan kaya tanpa memilih teman teman yang pantas. Ini akan membunuhmu dalam jangka panjang. Seketika saja ada banyak orang datang ke kamu meminjam uang. Jika itu sahabat sahabat dekatmu dan kamu bisa meminjamkan uang pada mereka karena mereka benar benar butuh, mungkin tidak apa apa ya. Tapi bagaimana kalau tiba tiba banyak orang asing yang gak kamu kenal meminjam dan meminta uang dari kamu? Tinggal ditolak bukan. Kelihatannya mudah heh?

Tapi sadarilah, tiap kali kamu menolak mereka, kamu menghabiskan energimu untuk menyusun kata dan menjelaskan agar mereka tidak tersinggung. Ini adalah sebuah proses yang menghabis habiskan waktu dan energi yang bisa kamu pakai untuk mengembangkan bisnismu.

Ketiga, menjaga imej kelihatan kaya membuatmu lupa bahwa tujuanmu bukan untuk terlihat sebagai pengusaha/ entrepreneurs tapi menjadi entrepreneurs beneran. Menjadi entrepreneurs bukan terlihat sukses atau pintar, menjadi entrepreneurs berarti kamu siap membuat sistem yang kuat dan siap menjadi lelah serta mengotori tanganmu agar sistemmu yang mungkin belum berhasil, bisa bekerja dengan maksimal. Sangat bodoh jika kamu ingin orang berpikir kamu menjadi pengusaha. Apa yang orang pikirkan tidak penting. Apa yang kamu dapatkan dari usahamu jauh lebih penting.

Saya Bodoh Dan Saya Belajar

Saya lalu melihat sahabat saya, Kevin Tan. Saudara semarga saya ini masih mengendarai sepeda motor kemana mana meskipun ia memiliki salah satu perusahaan digital marketing yang progresif. Ia juga sangat ketat dengan budjet yang ada meski ia punya cukup uang untuk mendapat pelayanan kelas A. Bagi saya, Kevin memberi saya pengajaran penting bahwa perlu sekali bagi kita untuk menjadi efektif dan efisien dalam pengeluaran.

Mengumpulkan uang bisa menjadi sangat mudah ketika kamu menemukan ‘mojo’ kamu, tapi mengelolanya? Kamu perlu kecerdasan dan sayangnya kecerdasan ini tidak serta merta otomatis kamu akan dapatkan.

Saya bodoh dalam mengatur keuangan dan saya mencoba belajar. Demikian, saya lalu belajar bahwa ingin kelihatan kaya adalah bodoh. Saya harus menjadi seorang yang berintegritas, efisien dan efektif alih alih kelihatan kaya. Bob Sadino selalu mengenakan celana pendek dan tidak peduli orang menganggapnya bodoh atau pintar atau kaya atau miskin, ia hanya menunjukkan hasil kerjanya dan dia berhasil. Daripada mencoba kelihatan kaya, lebih baik mencoba bergaul dengan orang orang sukses dan ‘tertular’ oleh kesuksesan mereka. Itu jelas lebih penting daripada memuaskan orang yang kamu gak suka dan gak kamu kenal.

sumber gambar : The Lazy Artist Gallery

Baca juga :
Nurul Atik Bapak Kooperasi Modern

Kisah Antique Coffee, Guru Mendadak Barista

Mau Buka Usaha Tapi Takut Nggak Laku? Baca Ini Dulu

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini