Musim ini Manchester United mendatangkan sejumlah pemain bintang, Jadon Sancho, Raphael Varane, bahkan legenda MU dan salah satu pemain terbaik di dunia, Cristiano Ronaldo. Awal musim MU digadang – gadang sebagi salah satu juara Liga Inggris. Namun apa yang terjadi? Setelah kekalahan dari Leicester 4 – 2, yang terakhir adalah pertandingan kekalahan telak dari rival abadi mereka, Liverpool dengan skor 0 – 5. Setelah itu tagar #OleOut langsung trending di twitter. Lalu apa memang mang Ole harus disalahkan? Sebenarnya ada apa dengan MU?
Tidak bisa memaksimalkan pemain
Padahal squad pemain MU itu sangat mewah. Dari pemain belakang sampai pemain depan mereka mempunyai pemain bintang dan memiliki pengalaman. Sebut saja Cristiano Ronaldo, Pogba, Maguire, Cavani, De Gea, dan Rashford. Namun jika sebuah tim memiliki materi pemain sehebat apapun namun tidak memiliki taktik yang jelas, maka akan percuma. Terbukti dengan klasemen sementara Manchester United berada di urutan ketujuh yang harusnya, MU minimal berada di urutan empat besar. Membuktikan bahwa Ole tidak bisa memaksimalkan para pemain mereka.
Kepercayaan para pemain MU
Jika kamu lihat gol – gol dari Liverpool, Semua gol berada dari sayap kiri. Ketika Maguire dan Luke Shaw menjadi titik lemah di pertandingan melawan Liverpool. Luke Shaw sendiri selalu masuk ke tengah dan posisi sayap kiri selalu terbuka saat Liverpool menyerang. Luke Shaw seolah – olah tidak mempercayai kaptennya sendiri. Seperti tidak memiliki chemistry antara Maguire dan Luke Shaw padahal mereka sesama pemain Inggris dan bermain di timnas Inggris. Hal tersebut selalu dimanfaatkan oleh Salah. Terbukti dengan Salah yang mencetak hattrick dan satu assist dan menjadi pahlawan bagi Liverpool. MU bukan hanya tentang kerjasama mereka yang bermasalah. Chemistry dan kepercayaan para pemainlah yang paling penting karena sebagus apapun pemain, jika mereka bermain seenak mereka sendiri maka hal tersebut akan menjadi kelemahan yang bisa dimanfaatkan oleh tim lawan. Dan hal tersebut tidak terlihat oleh para pemain MU sekarang.
Moral para pemain MU
Cristiano Ronaldo seperti mengamuk menendang Curtis Jones saat terjatuh dengan keras. Terlihat rasa frustasi dia yang notabene sebagai Legenda MU dan leader di Lapangan. Lebih parah lagi, pada saat babak kedua berjalan Pogba menggantikan Rashford dan dikartu merah pada menit 60. Jika Leader tim memperlihatkan rasa frustasi, tentu akan mempengaruhi seluruh tim. Total, semua pemain MU mengantongi enam kartu kuning dan satu kartu merah pada pertandingan melawan Liverpool. Tentu hal tersebut akan mempengaruhi pertandingan – pertandingan selanjutnya jika Ole tidak mengatasi moral yang terjadi kepada para pemain. Dulu ketika era Sir Alex Ferguson pelatih legenda MU, ada yang namanya “hairdryer treatment”. Ketika para pemain MU tidak bermain dengan baik, Sir Alex tidak segan akan memarahi, membentak bahkan mencaci maki para pemain. Namun apakah Ole bisa seperti itu? Saya tidak yakin.
Manchester United adalah tim yang besar, salah satu tim sepakbola paling terkenal di dunia. Jika Manchester United terus bermain seperti ini, bukan hal mustahil jika mereka akan menjadi tim yang tidak memiliki kans lagi menjadi juara Liga Inggris. Manchester United dan Ole yang selaku menjadi pelatih harus bisa mengatasi itu semua. Fans MU sudah Lelah dan malu dengan keadaan tim mereka sekarang. Dengan permainan tidak jelas dan sejumlah hasil yang memalukan membuat posisi lama – lama bisa Ole terancam. Hal tersebut pasti membuat fans lawan menjadi sedikit was – was. bagi saya sendiri semoga Ole tetap bertahan. Bagi kami yang bukan fans MU, pasti “terhibur” dengan permainan yang disajikan oleh MU. Saya sendiri sangat berterimakasih dengan Ole. Disaat pandemi ini, Ole selalu menyajikan permainan yang membuat fans lawan seperti saya merasa bahagia haha… #OleStay!!