Waktu Baca: 4 menit

Di antara kita pasti sudah pernah dengar nama Michelin. Kalau mendengar Michelin, kamu tahunya apa coba. Mungkin kamu membayangkan Michelin itu produsen Ban karet. Namun, beberapa dari kamu juga tahunya Michelin itu kayak tim rating restoran dan hotel. Jadi mana yang benar? Tenang kalian bener semua kok……. Hah kok bisa bener semua? Sini aku jelasin. Hari ini kita akan belajar Marketing S3 ala Michelin.

Mulai dari ban

Jadi Michelin si produsen ban dan Michelin sebagai organisasi yang memberikan rating untuk restoran dan hotel, berasal dari perusahaan yang sama guys….. Ha kok bisa sih? mari kita intip sejarahnya dan kita pelajari bagaimana sebuah perusahaan ban seperti Michelin melakukan strategi marketing S3 dan menggoncang dunia kuliner.

Jadi, Michelin ini perusahaan yang cukup tua. Mereka berdiri pada tahun 1889 di kota Clermont-Ferrand Prancis. Pendirinya adalah dua orang bersaudara, Edouard dan Andre Michelin. Mereka awalnya hanya memproduksi ban untuk sepeda. Suatu ketika ada seorang pesepeda yang bannya butuh mereka perbaiki. Oh ya aku mau cerita sedikit, jaman itu sepeda menggunakan ban yang dilem ke pelek. Jadi untuk memperbaikinya, ban harus dilepas dulu dari pelek, lalu ban diperbaiki, dan ban dipasang lagi ke pelek, butuh waktu semalaman untuk menunggu lem kering, wah lama bangettttt, kalau ban bocor keburu tua di jalan.

Karena hal itu Michelin bersaudara tertantang untuk memecahkan masalah itu. Pada tahun 1891 Michelin berhasil mematenkan teknologi ban mereka. Ban pertama yang tidak perlu mereka lem ke pelek adalah paten mereka. Ban istimewa ini pertama kali berfungsi pada balap sepeda jarak jauh pertama di dunia bernama Paris-Brest-Paris. Namun, mereka tidak mau berhenti di ban sepeda saja. Mereka terus berinovasi sampai membuat ban kereta! Dan tentu saja, ban mobil.

Visi Michelin Menguasai Roda Empat

Pebisnis hebat pasti memiliki insting untuk melihat jauh kedepan. Ternyata hal ini dimiliki oleh Michelin bersaudara. Mereka ingin menguasai pasar kendaraan roda empat. Namun, mereka terhambat jumlah mobil yang terbatas dan jarangnya mobil itu ganti ban. Mobilnya udah mulai bertambah nih, tapi mereka jarang ganti ban. Jadi ini pasar potensial tapi lambat perkembangannya.

Karena itulah, Michelin kepengen bikin para pengendara roda empat cepat cepat ganti ban. Kalau di Indonesia biasanya dengan cara nyebar paku payung di jalan yah? Tapi kan Michelin bukan kriminal, makanya mereka putar otak untuk membuat orang sering ganti ban.

Coba tebak strategi apa yang akhirnya mereka keluarkan, untuk membuat orang berkendara lebih jauh? Nah di sinilah Michelin menunjukkan kemampuan Marketing S3.

Lahirnya Marketing S3 Michelin

Marketing S3 Michelin

Michelin pada tahun 1900 akhirnya meluncurkan buletin pertama mereka. Maksud dari buletin ini adalah memberi informasi orang tentang tempat jalan jalan yang asyk. Nah, tujuannya apa? Ya supaya orang jalan jalan dan membuat ban mereka cepat aus. Akal bulus juga sih. wkwk

Sebagai informasi, buletin ini berisi peta jalan raya, katalog tempat layak kunjung, pompa bensin, serta bengkel, dengan titik berat pada menu dan servis di restoran serta hotel yang berada di sepanjang jalan yang tercantum di peta tersebut. Tak kurang dari 35 ribu eksemplar buletin edisi perdana dicetak dan dibagikan secara gratis, baik untuk pembeli produk ban ataupun awam.

Awalnya buletin ini tidak dihargai oleh orang – orang karena gratis. Suatu ketika Michelin bersaudara menemui bahwa buletin mereka malah jadi ganjal kaki meja makan, duh sia sia marketing S3 mereka. Akhirnya pada tahun 1920 mereka melakukan terobosan dengan menerbitkan Michelin Guides. Di dalamnya terdapat daftar hotel di Paris, daftar restoran serta kolom iklan berbayar.

Di Michelin Guides ini, setiap restoran mendapat ulasan dan rating yang lengkap. Mereka masing masing mendapatkan bintang. Di sinilah Michelin malah mendapatkan pamor sebagai pengulas makanan berkelas. Di saat bersamaan, orang mulai tuh sering bepergian dan ban mereka cepat aus sehingga lakulah ban Michelin. Ngakak juga ya teman teman. Berhasil lho taktik mereka.

Pelajaran dari Marketing S3 Michelin 

Awalnya Michelin bersaudara meluncurkan Michelin Guides hanya untuk menyokong penjualan produk utama mereka, yaitu ban kendaraan. Tapi tanpa disadari, penyokong ini malah bisa mandiri dan tidak kalah hebat dari produk bannya. Strategi mereka dalam membuat orang berkendara lebih jauh nyatanya berhasil dengan Michelin Guides. Hal ini dibarengi kualitas ban yang baik, dan teknologi ban mereka yang selalu berkembang.

Pelajaran Apa Yang Kita Bisa Ambil?

Marketing S3 Michelin

Rahasianya adalah konsisten dan eksklusif. Dalam menilai sebuah layanan restoran dan hotel, Michelin membuat sebuah tim misterius. Tim ini bertugas menilai dan menginspeksi secara diam – diam berbagai restoran dan hotel.

Pihak manajemen tidak tahu kapan para penilai Michelin datang. Hal ini membuat penilaian Michelin menjadi autentik dan tidak bisa direkayasa. Penilaian semacam ini sudah mereka lakukan sejak tahun 1920 an hingga sekarang. Tahun 1926 Michelin Guides memulai pemeringkatan pada restoran dan hotel, awalnya hanya dengan “bintang satu” untuk tempat yang menjadi rekomendasi. Lima tahun kemudaian level pemeringkatan menjadi “nol, satu, dua, dan tiga bintang”.

Selama abad ke 20, berkat keseriusan dan keunikan penilaian ini, Michelin Guides menjadi best seller. Memberi peringkat pada lebih dari 40.000 perusahaan di 24 negara pada seluruh benua. Lebih dari 30 juta Michelin Guides terjual habis di seluruh dunia. Strategi yang awalnya hanya menjadi penyokong, penjualan produk utama, yaitu ban kendaraan, malah menjadi besar dan mandiri. Michelin bersaudara layak dilabeli pembisnis dengan pandangan jauh ke depan dan cerdas.

Pelajaran penting yang bisa diambil dari pemikiran Michelin bersaudara sebagai pembisnis ulung adalah kita harus haus akan tantangan. Karena tantangan, Michelin bisa mengembangan teknologi di bidang ban, dan membuatnya menjadi perusahaan ban terkemuka di dunia. Selain haus tantangan, kita juga jangan terlena dengan keadaan. Walau Michelin saat itu sudah sukses dengan bisnis ban, mereka sadar akan adanya tantangan di kemudian hari. Mereka tidak terlena dan segera membuat strategi yang membuat usaha mereka bisa bertahan di jangka panjang.

Sebisa mungkin carilah peluang bisnis sampingan, yang ada sangkut pautnya dengan bisnis utama kita. Hal itu sudah dicontohkan oleh Michelin. Dengan membuat Michelin Guides, mereka pada akhirnya juga meningkatkan penjualan ban mereka. seperti pepatah, “sekali mendayung, dua tiga pulai terlampaui”

Baca juga :
Nurul Atik Bapak Kooperasi Modern Indonesia

Mau Buka Usaha, Tapi Takut Nggak Laku?

 

 

 

 

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini