Pernah membayangkan dunia kiamat karena kebodohan manusia? Tentu ada berbagai macam versi. Nah,film Mortal Engines adalah salah satu yang mencoba menunjukkan replika kebodohan manusia seandainya kiamat terjadi karena keserakahan dan egoisme manusia.
Dari Novel
Film garapan Universal Studio ini merupakan adaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama. Film ini bercerita tentang Post-Apocalyptic atau masa setelah kiamat. Dalam film ini kiamat tidak terjadi karena sebuah virus, atau bencana alam. Semua murni karena kebodohan manusia.
Ya, film yang menjadi replika kebodohan manusia ini menunjukkan dimana kiamat terjadi justru saat manusia sudah menemukan senjata pemusnah masal terkuat. Mereka lalu menggunakan senjata itu dan menyerang satu sama lain. Dalam waktu enam puluh menit, hancurlah kehidupan manusia beserta isinya. Edan, Guobl*k banget kan. Inilah awal mula kisah paska kiamat di Mortal Engines.
Paska Kiamat
Akibat dari kiamat ini, manusia di masa depan terbelah menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama adalah kelompok yang menganut filosofi “Darwinian” dan kelompok kedua adalah kelompok “Static” atau kelompok tradisional. Mau tau siapa yang lebih bodoh diantara kedua kelompok ini?. Kelompok Darwinianlah yang lebih bodoh dari kedua kelompok ini, kok bisa?
Kelompok Darwinian
Kalian pasti pernah dengar soal Darwin dan teori evolusinya kan? Darwin pernah berkata, “makhluk hidup terbaik dalam beradaptasi dengan lingkungannya adalah mereka yang paling berhasil bertahan hidup”. Gampangnya, siapa yang terkuat dialah yang menang, ya begini ini kehidupan di dalam kelompok Darwinian. Sistem kasta sangat kental di sana, siapa yang berasal dari keluarga terpandang, maka akan mendapatkan akses mudah ke segala hal, hmmmm kaya gak asing dengan sistem ini.
Kelompok Darwin ini juga membuat kota mereka bisa berjalan, gila gak tuh, beneran bisa jalan guys, ada rodanyaaaa. Kota Darwinian ini bernama “Traction City” dengan julukan “London”. Karena menganut filosofi Darwinian, London juga suka memakan kota – kota lain, kota – kota kecil selalu dia makan, untuk mendapatkan sumber daya alam dan manusia, memang gila kota ini.
London ini bak mahluk hidup yang bebas kemana mana dan menjajah sesukanya. Kok saya jadi gak heran ya namanya London? Wkwk
Kelompok Static / Shan Guo
Shan Guo sebenarnya adalah China di masa depan. Kelompok ini cinta damai dan kesederhanaan, kelompok ini menetap di kota Shan Guo. Keadaan kota Shan Guo digambarkan seperti berada di tahun 1500 an, orang membawa barang masih dipikul, orangnya ramah – ramah. Kota ini juga dilindungi oleh tameng dinding (seperti tembok China sekarang), dan diceritakan belum pernah ada yang bisa menerobos kota ini. Kelompok ini lebih mengutamakan keharmonisan antar umat manusia.
Dari kelompok ini kita belajar, hidup di dunia tidak melulu menjadi siapa paling pintar, paling berkuasa, paling hebat, kalau kita tidak bisa mempertahankan keberadaan manusia sendiri.
Kontras Dua Kelompok
Berbeda dari Shan Guo, kelompok Darwinian selalu serakah, egois, dan mau paling berkuasa. Hal itu terbukti dari kelakuan mereka yang gak habis pikir. Sudah tau bahwa sejarah menyebutkan, manusia jaman dahulu membuat sebuah senjata pemusnah masal yang menghancurkan dunia, eh kelompok Darwinian ini malah membuat senjata itu lagi, dengan tujuan untuk menghancurkan Shan Guo dan merebut sumber daya mereka.
Dasar kelompok ini tidak belajar dari kesalahan, layak kita cap sebagai manusia Bodoh, kita tidak boleh mencontoh mereka. Harusnya kan ya mereka belajar dari kesalahan. Tapi enggak tuh. Anyway, meski kesannya mereka bodoh sekali, nyatanya di dunia nyata kita menemui banyak kebodohan seperti itu. Orang orang berbuat kesalahan, merusak bumi dan merasakan akibatnya tapi ya masih meneruskan keserakahan mereka. Edan ya? Benar benar replika kebodohan.
Belajar dari Static / Shan Guo
Sementara kelompok Shan Guo mau belajar bagaimana cara menjalani hidup yang sustainable dan memberi kesempatan bagi semua orang. Kelompok ini mau mawas diri gitu lhoh. Luar biasa. Tapi sudah cinta damaipun Shan Guo akhirnya mendapat serangan dari kelompok London. Sudah ancur ancuran, eh ternyata masih gak puas juga ya gaes. Ya inilah yang saya sebut sebagai penjajahan di atas dunia (sulit) dihapuskan. Namun hebatnya Gubernur Shan Guo malah meminta rakyatnya gak balas dendam. Ya kenapa? Karena menurutnya balas dendam gak ada gunanya.
Pelajaran Pribadi
Buat saya film ini adalah tamparan keras. Film ini lebih dari sekedar cerita fantasi. Hei, film ini bisa terjadi. Misalnya saja dalam skala kecil bisa kita lihat di Timur Tengah. Dapat kita perhatikan bahwa konflik bersenjata di sana terus menerus terjadi dan aksi saling klaim wilayah dengan ancaman nuklir benar benar in the bring of edge. Serem sih.
Ya semoga jangan sampai terjadilah perang nuklir. Mungkin kalau ada perang nuklir, selesai sudah peradaban antar manusia. Tahu sendiri kan, daerah yang mengalami bencana nuklir susah untuk didiami kembali. Jangan sampai itu terjadi. Amit amit.
Baca juga :
Squid Game Serem, Tapi Gak Akan Terjadi di Indonesia Bos!
Affliction Aman Tapi Tidak Buruk