Minum kopi itu ada seni nya. Sebetulnya kopi yang sehat malah seduhannya tanpa gula, alias pahit. Kalo ada orang yang minum kopi lantas asam lambung meningkat, itu sebetulnya karena dia menambahkan gula di kopinya. Ya, saya tahu itu. Makanya saya suka minum kopi tanpa gula. Tapi masalahnya, penikmat kopi tanpa gula macam saya ini malah merasakan susahnya jadi bagian dari minoritas di antara masyarakat penggemar kopi.
Apa nggak pahit, mas?
Itu sebetulnya pertanyaan retorika yang nggak perlu. Orang juga tahu bahwa kopi itu aslinya memang rasanya pahit. Lah, kalo memang aslinya sudah pahit, lantas kenapa musti jadi omongan kalo saya minum kopi apa adanya? Bukankah itu hal yang wajar? Saya malah geli kalo tahu ada orang menyeduh kopi dengan rasio kopi : gula 1:2. Maksudnya, satu sendok bubuk kopi plus dua sendok gula pasir. Pikir saya, itu sebetulnya minum kopi atau minum gula? Citarasa kopinya akan kalah dari manisnya gula.
Padahal kalo kita minum kopi tubruk apa adanya, di aftertaste nya nanti akan ada rasa manis yang tertinggal. Mungkin karena kodratnya kopi sebagai buah, ya?
Berdamai dengan Kopi Susu?
Sebagai penganut minoritas kopi tanpa gula, saya malah lebih sering berhadapan dengan tawaran varian kopi ini. Kalo ada teman menawarkan traktiran minuman kopi, ternyata pilihannya lebih banyak kopi susu dengan berbagai variasinya. Apalagi ketika jajan di warung, deretan kopi instan lebih banyak yang genre kopi susu ketimbang kopi hitam. Kalo saya mau pesan kopi tanpa gula pun kadang penjualnya menampilkan tampang keraguan. “Beneran mas, kopi nggak pake gula?”
Takaran yang pas
Kalo kamu nggak mau kopi yang terlalu pahit, kamu bisa pakai takaran perbandingan kopi – gula jadi satu banding satu. Satu sendok kopi plus satu sendok gula. Tidak terlalu manis, tidak terlalu pahit, tapi juga tidak hambar. Nanti di aftertaste baru ketahuan citarasanya. Kalo versi saya, satu sendok kopi plus setengah sendok gula. Kalo ingin menikmati kopi sampai tuntas tanpa ampas, saring saja dengan saringan paling halus.
Manfaat kopi pahit
Bicara soal manfaat, kopi pahit itu punya banyak manfaat. Yang paling kentara adalah untuk mengurangi risiko diabetes. Kalo kamu mau tambah risiko diabetes, rajin-rajin saja minum kopi instan. Kopi hitam juga dapat membantu kita berkonsentrasi dan fokus dalam pekerjaan. Kalo kamu ingat ajaran bahwa minum kopi nggak bikin ngantuk, ya syaratnya sih kopi hitam tanpa gula. Kalo ada kadar gulanya ya sama saja. Tetap akan ngantuk.
Baca juga : Antioksidan Kopi, potensial cegah paparan COVID 19
Kopi hitam tanpa gula juga bisa membantu kita untuk menurunkan berat badan. Apalagi kalo kita selesai makan lantas minum kopi. Nah sari-sari makanan akan diikat oleh kopi dalam proses di pencernaan. Yaa, bagaimana kita mau gendut kalo sari-sari makanan aja udah disita duluan oleh si kopi, sebelum akhirnya sampai ke usus halus?
Kopi Jagung, emang ada?
Kopi hitam itu sebetulnya banyak manfaatnya. Apalagi kalo yang kita konsumsi adalah kopi bubuk asli yang kita tahu asal muasal biji kopinya. Jelas biji kopinya, kita pun bisa memastikan bahwa kopi bubuk yang kita konsumsi itu murni kopi. Tapi kalo kita minum kopi hitam dari sachetan yang harganya nggak sampai tiga ribu rupiah per sachet, kualitas macam apa sih yang bisa kita harapkan dari kopi macam itu? Kata teman saya yang pernah kerja di perusahaan kopi instan terbesar di Indonesia, “Itu bukan kopi yang asli biji kopi, mas. Itu kopi jagung. Makanya murah.”
Nah, itulah susahnya jadi penikmat kopi tanpa gula, apalagi yang aliran kaffah. Pilih kopi bubuk yang memang asli dari biji kopi. Tidak menghadirkan gula dalam secangkir kopi. Mau konsisten dengan cara minum kopi begini aja udah cepet dapet komentar dari orang lain, “Apa nggak pahit itu, mas?“