Waktu Baca: 3 menit

Aku tak ingat terakhir kali aku minum kopi di sebuah kafe. Sependek yang aku ingat, pesanan terakhirku adalah Kopi Arabica, di satu kafe di kawasan Klaten. Sembari ngopi, aku scrolling di media sosial berlogo burung biru. Wow, aku dapatkan informasi mengejutkan. Tampaknya sebagai penikmat kopi, kita perlu waspadai kepunahan kopi.

Baca juga : Susahnya jadi Penikmat Kopi Tanpa Gula

Arabika dan Kopi Dunia yang Diujung Tanduk

Segala cerita tentang kopi arabica yang nasibnya sedang diujung tanduk ini adalah pemanasan global serta perubahan iklim di bumi kita tercinta. Ada sebuah laporan yang bisa kita baca secara rinci di Mbah Gugel yang memprediksi kalau produksi kopi dunia dalam segala jenis, terutama Kopi Arabika akan berkurang setengahnya di tahun 2050! Bukan Hanya itu, ternyata perubahan iklim dan pemanasan global ini juga mempengaruhi jumlah lahan yang biasa ditanami atau berpotensi untuk tempat kopi berkembang biak juga menyusut 50 persennya! Hal ini tentu saja memungkinkan akan terjadi lonjakan harga biji kopi yang membuat kita, para penikmat kopi dan tentu saja kafe-kafe harus merogoh kantong yang lebih dalam lagi.

Arabica Adalah yang Paling Rapuh

Dari semua keluarga besar kopi, spesies Arabica adalah yang paling terancam daripada anggota keluarga kopi lainnya. Kopi Arabica sendiri memang kopi yang paling sensitif dan rentan terserang penyakit tanaman. Untuk mengembangbiakan si Arab ini setidaknya diperlukan suhu yang stabil di angka 15-23,8 derajat celsius sepanjang tahunnya serta musim kemarau dan hujan yang juga harus stabil.

Ternyata perubahan kecil saja bisa mempengaruhi pertumbuhan si arab kecil ini. Saat suhu turun di bawah standar biji kopinya bisa membeku sehingga tidak dapat berkembang dengan maksimal. Sejalan dengan itu, kalau suhu naik sedikit saja, kualitas biji kopinya akan turun sehingga hasil per pohonnya akan turun juga. Hmmm….

Sebagai penikmat kopi, kita perlu waspadai kepunahan kopi. Pernyataan bahwa kopi arabica terancam punah juga dapat dilihat dari “pengalaman hidup” kopi-kopi yang lain. Pada faktanya ternyata perbandingan tingkat kepunahan kopi lebih besar dari tanaman lainnya. Si mungil coklat ini tingkat kepunahannya mencapai 60 persen! Jauh di atas tanaman lainnya yang hanya 20 persen. Bahkan jauh lebih sangat tinggi. Mungkin kita tak tahu bahwa ada spesies-spesies kopi lainnya yang dalam riset sudah tidak terlihat di alam bebas selama 100 tahun! Bahkan ada kemungkinan besar spesies-spesies itu sudah punah. Si arab mungil ini bisa jadi akan menyusul kerabat-kerabatnya itu di kemudian hari.

Emangnya Separah Itu? Atau Cuma Cocoklogi Aja?

Kalo kita pikir-pikir, ya bisa saja itu cuma kekhawatiran dari cocoklogi para peneliti. Tapi coba deh kita lihat faktanya. Ada yang dari Indonesia dan ada juga yang dari luar negeri. Mungkin kita mulai dari yang luar negeri dahulu.

Di benua nun jauh di sana, tepatnya di Afrika dan Amerika Selatan, para petani kopi sudah beberapa kali mengakali untuk memindahkan perkebunan kopi di daerah yang lebih tinggi dan tentu saja lebih dingin. Namun bagaimana hasilnya? Nyatanya sia-sia seperti perjuanganmu mendapatkan orang yang kamu dambakan. Ini karena di daerah tersebut sudah lebih dari 60 persen lahan yang sudah tidak produktif, terutama hingga akhir abad besok.

Bukan hanya di benua sebelah, di negara kita tercinta, Indonesia, petani kopi arabika gayo justru sudah mendapatkan warning di sebuah seminar internasional yang membahas mengenai kopi. Ini warning untuk para petani kopi di Aceh. Ini juga peringatan untuk kita para penikmat maupun pejuang bisnis kopi. Produksi Kopi Arabika Gayo sudah menurun 50 persen sejak 5 tahun yang lalu bahkan menurut prediksi, hanya akan bertahan hingga 2030 besok. Itu waktu yang singkat!

Baca juga : Antioksidan Kopi, Pencegah Paparan Virus Corona

Apa yang Harus Kita Lakukan?

Dari para peneliti dan ilmuwan sudah memikirkan untuk membuat rekayasa suhu, cuaca bahkan iklim agar industri kopi tidak gugur secepat itu. Sebagai penikmat kopi, kita tak cukup hanya waspadai kepunahan kopi. Lantas apakah kita mau repot-repot merekayasa suhu, cuaca maupun iklim yang kita sendiri masih meraba-raba efek sampingnya? Tentu saja pasti mumet kalau kita terlibat di isu tersebut.

Aku bukanlah orang yang mempelajari mengenai dunia biologi secara mendalam. Mungkin bisa kita diskusikan bersama, bukan untuk membahas pencegahan kepunahan, namun coba kita buat kesadaran bersama dengan hal-hal kecil di kehidupan kita. Contoh kecil misalnya memuat konten edukasi kopi di Instagram kafe kita. Bisa juga dengan kita saling bekerja sama dengan kafe yang lain untuk melaksanakan penghijauan di sekitar kafe. Atau kita bisa mencoba memuat desain yang cangkir yang memuat secuil info tentang ekologi. Banyak hal-hal kecil yang bisa kita usahakan sebagai para pejuang bisnis dan penikmat kopi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini