Waktu Baca: 3 menit

Mungkin banyak dari kita baru saja mendengar istilah wisata halal. Sayang, kita mendengar istilah itu gara gara berita buruk. Ya, baru baru ini seekor anjing yang tidak bersalah dan jinak bernama Canon harus meregang nyawa karena tindakan oknum Satpol PP. Nah, si satpol PP ini menggunakan dalih bahwa tindakan pada Canon si anjing ini untuk menegakkan wisata halal di Aceh. Bagi saya, si oknum Satpol PP ini memiliki tiga kesalahan: Yang pertama menyiksa hewan. Yang kedua ia telah membuat orang salah paham dengan konsep wisata halal. Yang ketiga, bisa jadi ia sedang menyulut perseteruan dan perdebatan antar agama hanya karena sikap bodohnya itu. Kepengennya saya ya jangan ada kesalahan kesalahan begini yang menjadi dendam dalam hati.

Mari kita luruskan perdebatan untuk memperbaiki kesalahan si oknum Satpol PP ini.

Konsep Wisata Halal

Sebenarnya konsep wisata halal itu gak ada. Secara resminya gak ada sampai sekarang satu kesepakatan mengenai tourism jenis ini. Hanya saja, istilah ini muncul karena fenomena dimana makin banyak Muslim yang hijrah. Hijrah dalam hal ini berarti benar benar menjalankan gaya hidup yang Islami. Tentu para Muslim atau mualaf yang jumlahnya besar ini berarti juga adanya kemungkinan potensi ekonomi yang luar biasa termasuk di dunia pariwisata.

Menurut data dari Crescent Rating, pertumbuhan traveller Islam luar biasa. Pada tahun 2013 jumlahnya mencapai 108 juta, namun sebelum pandemi atau tahun 2019, jumlahnya di angka 160 juta orang per tahun. Soal perputaran uang juga tidak main main. Kira kira, ada 220 Milyar Dollar yang bisa dicapai di 2020 jika tidak ada pandemi!

Nah, untuk menarik hati para traveller Muslim ini, banyak strategi dilancarkan. Salah satunya adalah wisata halal. Kenapa kok model ini? Ya karena mereka punya lifestyle tertentu dan saat travelling, mereka ingin bisa hidup senyamannya. Nah, strategi strategi inilah yang namanya wisata halal atau halal tourism.

Kok Adanya Wisata Halal? Kok Gak Ada Wisata Kristen apa Wisata Katolik Gitu?

Nah, percayalah, banyak yang diam diam merasa agak gak nyaman dengan konsep ini. Ya karena mereka gak ngerti soalnya. Misalnya ada kecurigaan gini: kok adanya wisata halal aja? Kenapa enggak ada wisata Kristen, wisata Katolik gitu juga kan? Masa Muslim doang?

Bukan begitu Bambang. Wisata halal di sini dalam konteks lifestyle, bukan hanya agama saja. Ya, Muslim memiliki sederet ajaran dalam Al Quran yang mana mereka terapkan dalam hidup sebagai lifestyle mereka. Beda nih ama orang Katolik dan Kristen yang di Alkitabnya gak terlalu banyak aturan gaya hidup yang harus diikuti. Jadi gak ada urgensi untuk bikin wisata Katolik begitu.

Balik lagi ya, Karena jumlah Muslim banyak, bahkan di tahun 2030 saja jumlahnya mencapai 6 Milyar orang, tidak heran banyak negara ingin supaya Muslim nyaman berkunjung. Supaya apa? Ya supaya negara itu menikmati kenaikan nilai komersial pariwisata yang tinggi. Ini logis banget.

Makanya, yang getol mengembangkan wisata halal itu ya termasuk negara negara non mayoritas Muslim seperti di Jepang, Thailand dan Inggris. Bahkan Inggris ini jumlah turis Muslimnya mengalahkan Spanyol. Padahal, Spanyol punya warisan kebudayaan Islam di Sevilla.

Standarnya Gimana Sih?

Gini..Gini..sebenarnya standar wisata halal yang disepakati semua negara gak ada. Karena apa? Pemahaman mengenai wisata halal di tiap negara itu berbeda. Ada negara yang pengen negaranya Islam banget secara keseluruhan sehingga wisatanya pasti halal dong gimana gimana juga. Ada negara yang menyediakan banyak kemudahan untuk Muslim agar tetap bisa menjalankan gaya hidup mereka namun bagi non-Muslim ya mereka bebaskan mau ngapain selama gak kriminal ya.

Tapi gaes, ada yang namanya Crescent Rating. Situs ini menciptakan ukuran standarisasi halal untuk negara negara yang pengen wisata mereka beneran halal. Salah satu pendiri Crescent Rating adalah Fazal Bahardeen. Fazal dan timnya ini cukup fair dalam menetapkan standar wisata halal sehingga banyak negara yang pake standar ini. Fazal juga menyediakan jasa konsultasi bagi yang pengen konsul sama dia.

Sejauh ini untuk kenyamanan, Indonesia berada di lima besar terbaik dalam menyiapkan wisata halal di dunia. Tapi..gak berarti Indonesia bisa mendapatkan turis Muslim dengan mudah. Soalnya korona masih ganas di sini bung!

Anjing Termasuk Dalam Standar Crescent Rating Gak?

Nah, ini yang pasti ditunggu tunggu banyak orang. Jadi, keberadaan anjing itu ngaruh gak di Crescent Rating? Jawabannya, sejauh yang saya baca dan telusuri, enggak ada bro. Sumpah. Jadi saya coba cek ke hukum Islam langsung. Menurut sumber yang saya baca, meski banyak mazhab yang berbeda beda, tapi enggak ada perintah buat membunuh anjing yang hidup di lingkungan sekitar kita. Malah kita mendapat saran untuk menyayangi semua mahluk hidup.

Di Mazhab Hanafi misalnya menganggap anjing itu punya kegunaan penting untuk berburu dan menjaga rumah. Selain itu yang dianggap haram ternyata feses dan liur anjing. Yang mana itu juga bisa kita hilangkan haramnya dengan cara cara yang Al Quran ajarkan.

Jadi, apakah untuk mencapai ekosistem wisata halal kita perlu menyingkirkan dan membunuh anjing? Mari baca artikel ini dengan mengkliknya. Biar orang lain yang menjelaskan supaya saya gak dikira subyektif.

Dewasalah!

Ya, saya meminta banyak orang bersikap dewasa. Udahlah jangan sok melakukan perbuatan negatif pake atas nama agama. Apalagi kalau kamu belum yakin ama aturannya. Efeknya buruk bos. Kapan ademnya negara kita?

sumber gambar : Orakatul Jannat

Baca juga :
Kandang Baterai Mengerikan (?) Ini Faktanya!

Bahaya Daging Anjing, Mari Kita Pikirkan Sebelum Makan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini