Waktu Baca: 3 menit

Sebentar lagi Sirkuit Mandalika akan dapat kita gunakan. Akhirnya, masyarakat Indonesia bisa menyaksikan gelaran balapan motor yang berkualitas tanpa harus menyebrang ke negeri jiran. Ya, memang aneh kalau kita ingat ingat. Indonesia adalah konsumen sepeda motor terbesar ketiga di dunia, melebihi Malaysia. Namun, kita harus menunggu 21 tahun hanya untuk punya lintasan motor kelas dunia setelah Sepang dibuka pada tanggal 7 Maret 1999. Nah, sebelum adanya sirkuit Mandalika, dimana masyarakat menyaksikan gelaran balap motor yang seru? Ya, betul, di jalan tepatnya. Tentu tidak resmi, balapan ini ilegal dan sering kita kenal sebagai balap liar. Nah, lalu apa hubungannya dengan Bakmi Pak Bagong Muntilan? Ah ini saya tidak neka neka menyambung-nyambungkannya. Ada hubungan yang sangat erat.

Tentang Negara Yang Mengasingkan Orang Miskin

Kalau anda orang berpunya, tentu menyaksikan perhelatan Moto GP di televisi atau Sepang tidaklah sulit. Namun, bagaimana jika anda adalah orang yang sebenarnya pas-pasan saja tapi punya hasrat untuk mencintai olahraga mahal bernama balap motor? Tentu sedih karena kesempatan anda sangat terbatas.

Sayangnya, negara ini tidak mempedulikan passion anda. Toh, pemerintah tidak tertarik membangun arena balap motor yang ekonomis dimana semua orang boleh menonton dan bermimpi. Negara hanya sibuk melarang tapi tidak memberikan solusi. Solusi justru datang dari masyarakat kecil yang kemudian mengadakan balap liar.

Salah nggak? Ya salah. Tapi sebenarnya balap liar kalau diatur pemerintah ya bisa saja toh. Jalan jalan antar provinsi dijaga polisi. Batas batas dibuat dan balapan memang dilaksanakan malam hari. Sebenarnya bisa saja ini dilakukan kalau saja negara menghargai rakyat miskin. Namun, ya begini, masyarakat dituntut mandiri mewujudkan mimpinya sendiri.

Dari sinilah tercipta balap liar.

Balap Liar Muntilan
Bakmi Pak Bagong
Tugu bambu runcing yang dipakai untuk start balap liar

Salah satu balap liar yang terkenal adalah balap liar di Muntilan. Startnya adalah Tugu Bambu Runcing yang merupakan monument terkenal kota. Rutenya ya melalui jalur jalur jalan provinsi. Pesertanya dari berbagai macam kalangan. Inilah balap liar paling demokratis di dunia. Semua boleh ikut, gak harus punya sponsor, gak harus ada deposito bermilyar Rupiah. Bagi mereka yang bermimpi jadi pembalap tapi tidak menemukan jalannya, inilah tempat melipur lara mereka.

Seringkali mereka harus hati hati karena polisi terus mengintai. Namun nyatanya balapan ini masih terus berjalan hingga lama lama menghilang entah kenapa. Tak hanya peserta yang semangat, penontonnyapun bersemangat. Nah, para penonton biasa menonton di sepanjang Jalan Pemuda yang biasa menjadi rute balapan.

Sambil nonton, tentu harus ada hidangan agar tidak bosan. Salah satu hidangan yang menjadi favorit adalah bakmi godog/ bakmi goreng. Nah, siapa lagi sosok yang dekat dengan bakmi godog dan bakmi goreng ini kalau bukan Pak Bagong.

Kenangan Akan Bakmi Pak Bagong

Dahulu nasi goreng dan bakmi goreng termasuk makanan yang cukup mahal. Namun Pak Bagong berani menjual dengan harga yang sangat murah. Bahkan di tahun 2000an saja bakmi Pak Bagong harganya hanya tiga ribu Rupiah. Murah sekali. Padahal ayamnya, ayam kampung. Pak Bagong dan Bu Bagong, istrinya, menjadi pelarian bagi orang orang yang mencari makanan mahal tapi terjangkau. Memang, porsinya lebih kecil, namun soal rasa ya tak kalah dengan bakmi bakmi Jawa lainnya.

Pak Bagong seolah menjadi makanan tema yang tepat untuk para penonton balap liar Muntilan. Orang orang tak berpunya yang ingin merasakan keseruan hiburan orang berada. Eh, itupun masih dengan perasaan takut takut karena hukum biasanya keras pada yang kecil kecil. Namun bodo amat, begitu pikir mereka, yang penting kenikmatan itu bisa terasa daripada enggak sama sekali.

Hari ini

Hari ini Pak Bagong tak lagi berjualan. Meninggal katanya. Bu Bagong juga demikian. Balap Liar juga tak lagi ada. Namun, kenang kenangan akan cerita ‘perjuangan’ kaum papa dalam keinginan merasakan hidup layaknya orang berada tak pernah hilang dan menjadi cerita dari satu generasi ke generasi lainnya.

baca juga :
Muntilan FC : Laskar Bambu Runcing Yang Siap Menjadi Professional

Sate Kambing Pak Rebo Muntilan Adalah Kenikmatan Yang Hakiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini