Waktu Baca: 3 menit

Bicara sepakbola Indonesia adalah hal yang miris. Olahraga ini adalah olahraga terpopuler di Indonesia. Gaungnya mengalahkan olahraga yang lebih produktif melahirkan prestasi seperti angkat besi misalnya. Namun, popularitas dan kecintaan masyarakat Indonesia pada sepakbola sering hanya melahirkan luka dan kekecewaan. Bertahun tahun harapan semakin dikurangi. Kalau dulu berharap ke Piala Dunia, kini ke Piala Asia saja sudah senang. Itupun ya sering masih mengecewakan. Akhirnya ya harapan kembali turun. Cukuplah kini menjuarai Piala AFF. Kalau ini saja masih terlalu tinggi, lebih baik Indonesia membuat kejuaraan sendiri saja. Piala Apalah-itu-namanya yang nanti di final sukur sukur musuhnya kalah WO jadi pecinta Indonesia agak bisa tersenyum dengan air mata menetes di sisi kiri. Kalau buat saya, please lah, Indonesia harus juara piala AFF! Tolonglah isu isu yang mau saya bahas ini segera ditemukan penyelesaiannya.

Polemik Naturalisasi

Bagi saya polemik naturalisasi adalah polemik paling bodoh sejauh ini. Memangnya kenapa kalau orang keturunan Indonesia membela timnas. Lagipula Indonesia menganut asas Ius Sanguinis, siapapun yang berdarah Indonesia otomatis adalah orang Indonesia. Ya gak pa pa tho kalau mereka membantu Indonesia juara piala AFF doang?

Alasan alasan yang mengemuka katanya kasihan dengan pemain lokal yang tidak mendapat kesempatan membela timnas Indonesia. Logika semacam ini menempatkan Indonesia bak wahana permainan di Dufan. Siapapun boleh naik biar bisa ngrasake senengnya berbaju timnas. Heh bung! Ini soal kebanggaan negara, harga diri bangsa. Prajurit terbaiklah yang harusnya bermain. Bukan urusan timnas memberi pemain lokal jam bermain, itu urusan klub dan elemen pembinaan PSSI lainya. Kalau mereka memang mainnya bagus ya gak perlu takut dengan pemain setengah bule/ setengah warga negara asing lainnya. Pasti mereka otomatis kepilih. Tenang aja!

Selama yang terbaik adalah orang Indonesia, sah ia bermain di timnas. Lihat saja Perancis dan Belgia yang pemain pemainnya kesemuaannya adalah keturunan asing. Toh mereka berprestasi bukan? Itu yang paling penting.

Dua Pemain Dari Satu Klub
Indonesia Harus Juara Piala AFF
Mumet Pak!

Ini adalah bentuk pengkhianatan yang luar biasa. Ketika Presiden menggaung gaungkan semangat persatuan, mengurangi kepentingan kelompok dan kedaerahan, malah muncul aturan satu klub hanya boleh diambil dua pemain saja dari timnas. Kalau sampai kita diketawain Vietnam ya wajar saja. Masa demi bangsa sampai masih memikirkan kepentingan klub? Apalagi klub klubnya masih klub Indonesia.

Misalnya saja aturan itu untuk klub Malaysia dan Thailand sebagai bentuk kompromi karena Piala AFF tidak termasuk agenda FIFA, ya sudahlah. Masalahnya, aturan ini untuk kepentingan klub lokal, kan ya nggak bisa kita terima. Suporter Indonesiapun mungkin kayak galau. Lha kalau timnasnya aja gak total, ngapain kita nyanyi nyanyi sampai serak demi mendukung timnas.

Masih Aja Ada Pengaturan Skor

Kalau mau bicara sakit hati. Mungkin kasus pengaturan skor yang Najwa Shihab bahas berjilid jilid menjadi salah satu sumber kekecewaan terbesar. Ya gila aja kompetisi yang harusnya menjadi wahana latihan pemain bola agar tampil garang di timnas malah menjadi ajang cari duit ilegal. Gimana kita mau bersaing melawan tim tim besar.

Lebih miris lagi konon pengaturan skor ini sempat mampir dalam pertandingan Piala AFF! Ya, harga diri tergadai di final Piala AFF 2010 yang sampai sekarang menjadi pertandingan timnas paling kontroversial dalam sejarah sepakbola kita.

Miris sekali suara serak kita yang hanya terguyur Aqua tanggung ini tidak menghasilkan apa apa.

Percaya Proses Matamu!

Kalau mau kasar, ya saya akan bilang bahwa ini sudah bukan saatnya proses lagi. Proses harusnya sudah terjadi di tingkat timnas tingkat umur hingga hasilnya kita nikmati saat pagelaran Piala AFF dengan prestasi minimal juaralah (kita sudah lima kali ke final Piala AFF dengan hasil amsyong semua).

Kalau memang perlu parkir bus ya parkir bus, kalau perlu strategi strategi negatif ya sebenarnya tak masalah. Indonesia harus juara Piala AFF supaya tradisi kalah mengenaskan di sepakbola bisa segera diberantas.

Baca juga :
Taruhan Bola Emang Asyk!

Membeli Saham Klub Bola, Kenapa Enggak!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini