Masih ada yang percaya bahwa Kiky Saputri cukup independen dalam meroasting Anies? Entahlah, kalau yang meroasting Anies itu Ernest Prakasa mungkin kita percaya percaya aja kalau Ernest cukup independen. Kalau Kiky? Bukannya meragukan Kiky sebagai komedian, tapi Kiky jelas bukan tipe yang melek politik atau seenggaknya gak senafsu itu mengejar kepolitikan duniawi seperti rekan rekan komedian lainnya. Saat meroasting Anies Baswedan, Kiky pasti seenggaknya kulo nuwun dulu sama yang mau kena roasting. Bisa jadi ide roasting Kiky juga berasal dari Anies Baswedan. Lho, sudah gila apa? Anies merancang ejekan untuk dirinya sendiri? Bentar bentar, Justru diroasting ini adalah bagian dari strategi Anies Baswedan terhebat.
Ilmu Marketing Politik : Lebih Beda Lebih Oke Dari Lebih Baik
Dalam ilmu politik, gak ada namanya kerja lebih bagus terus lebih mungkin kepilih. Kata siapa? Lihat itu Ahok yang kalah dari Anies Baswedan. Justru sebaliknya lebih beda lebih oke dari lebih baik. Susah lho meyakinkan pendukung Ahok ada yang lebih baik dari Ahok. Ibarat beli obat nyamuk, mereka ini adalah penggemar obat nyamuk Hit. Mereka meyakini tidak ada yang lebih baik, kalau lebih mahal (harga yang harus dibayar) banyak.
Nah, Anies itu tidak bodoh. Makanya ia tidak mencari pendukung dari ceruknya Ahok. Mengubah pendukung Ahok menjadi pendukung dirinya itu sia sia. Maka, Anies yang dulu terkenal sebagai rektor kampus bercap ‘liberal’ (tanda petik ya biar gak bikin geger) bernama Paramadina dan mendapat cap pendukung LGBT, bisa perlahan menyebrang menjadi ikon kelompok konservatif. Disengaja atau tidak, yang jelas usaha Anies untuk tak satu pasar dengan Ahok terbukti ampuh meski akhirnya brandingnya berganti.
Terserah kalian menyebut Anies Baswedan apa, yang jelas strategi politik briliannya itu toh berhasil mengantarkannya di kursi DKI 1, sebuah kursi panas yang mana politisi politisi kelas kakap putih macam Hidayat Nur Wahid dan Alex Noerdin gagal mendudukinya.
Rela Mendapat Hinaan Membentuk Brand Anies
Apa sih kelemahan Presiden Jokowi hari ini? Tukang bakso? Iya, anda tepat sekali. Hanya di era Jokowi saja profesi Tukang Bakso mendapat pandangan nyinyir. Bukan karena baksonya mengandung babi meski ada juga yang iya, tapi karena mereka dipandang pengkhianat demokrasi. Para tukang bakso mendapat tuduhan sebagai intel.
Artinya apa? lebih jauh lagi, di jaman Jokowi ini kebebasan berpendapat terasa terbatasi. Salah ngomong sedikit bisa jauh akibatnya. Nah, muncullah Anies Baswedan ini yang menjawab kerinduan anda yang ingin mencemooh pemimpin sendiri.
Lagi lagi Anies menciptakan strategi brilian dengan cara membiarkan sosoknya diolok diolok. Inilah positioning seorang Anies Baswedan, pemimpin yang demokratis! Ia tidak ada bedanya dengan SBY yang santai santai saja melihat kerbau lewat di depan wajahnya dengan tato SBY. Inilah yang oposisi Jokowi inginkan, seseorang yang setia pada demokrasi dan tidak anti kritik. Seseorang yang bisa tersenyum meski mendapat label Wan Abud.
Brand Demokratis Ini Bakal Terus Bertahan
Nah, kemungkinan besar Anies justru akan terus memupuk branding sosok demokratnya (bukan partainya). Toh, ia membuktikan bahwa sistem demokratik mampu mengantarkan orang menjadi pemimpin tanpa perlu repot menjabarkan program program yang..yah..sukur sukur bisa (ada yang) jalan.
Sederhana tapi tajam, itulah strategi Anies terhebat. Untuk Kiky Saputri gimana? Yah, saya rasa dia senang senang saja program Lapor Pak! menjadi viral dan mudah mudahan masih bisa membantu keuangan para pemainnya untuk beberapa waktu ke depan. Eh kalau nanti ternyata Anies Baswedan menang pilpres gimana? Boleh dong para komedian Lapor Pak! berharap mendapat posisi komisaris meski hanya kecil kecilan aja. Tul gak?
Baca juga :
Corona dan Idul Adha: Soal Empati dan Tanggung Jawab
Pahlawan itu Politis, Suka Tidak Suka