Waktu Baca: 2 menit

Siang ini (16/12) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengumumkan kasus pertama COVID-19 varian Omicron. Setelah kita sekian waktu menunda kehadiran Omicron lewat formalisme ala Indonesia, akhirnya dia masuk juga. Varian dengan kode B.1.1.529 ini terdeteksi melalui proses Whole Genome Sequencing (WGS) pada tiga kasus positif COVID-19 yang terdeteksi pada petugas kebersihan di Wisma Atlet. “Ada tiga orang pekerja kebersihan di Wisma Atlet yang pada 8 Desember lalu dites dan hasilnya positif (Covid-19). Kemudian pada 10 Desember dikirim ke Balitbangkes untuk dilakukan genome sequencing,” ujar Menkes Budi Gunawan, dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (16/12).

Ketiganya kini sudah menjalani PCR swab yang kedua, dan hasilnya telah negatif. Mereka masih menjalani karantina sesuai protokol kesehatan. Kemenkes juga mendeteksi lima kasus kemungkinan (probable) Omicron. Dua kasus terkait warga Indonesia yang kembali dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris yang kini dirawat di Wisma Atlet.

Siapa kurir pertama?

Perjumpaan kita dengan kasus pertama varian Omicron itu menimbulkan pertanyaan. Darimana penularan itu terjadi? Masak iya petugas kebersihan tiba-tiba dapat Omicron tanpa ada transmisi virus dari orang lain? Tentang ‘siapa’ yang pertama kali membawa Omicron masuk ke Indonesia, kita tidak belum tahu.

“Pesan dari kami tidak usah khawatir, tidak usah panik hidup seperti biasa. Jaga kewaspadaan, kewaspadaan prokes jangan kendor. Jangan kurang disiplin terutama memakai masker dan menjaga jarak. Pastikan tidak berkerumun,” kata Budi Gunawan.

Efek Samping Omicron

Varian Covid-19 Omicron diyakini berkembang 70 kali lebih cepat dari versi asli corona dan varian Delta dalam 24 jam. Mayoritas penderita Covid-19 varian Omicron terbukti mengalami gejala batuk, mudah lelah, dan pilek atau hidung tersumbat. Sejauh ini belum ada temuan orang meninggal karena kasus varian Omicron. Meski gejalanya boleh kita sebut ringan karena tidak beda dengan flu biasa, tetapi siapa sih yang betah dengan flu lebih dari sehari? Gejala yang sekiranya paling menyebalkan dari varian Omicron ini adalah stamina tubuh yang drop. Badan jadi mudah lelah.

Bagi kaum pekerja, ini jadi gejala yang menyebalkan, karena produktivitas harian jadi menurun. Bayangkan, orang yang tadinya kuat beraktivitas dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam tanpa tidur siang, lantas staminanya turun hingga 50 persen. Betapa repot dan sedihnya ketika pekerjaan yang sebetulnya bisa selesai dalam sehari, harus dikerjakan 2 hari karena badan tidak mendukung.

Sambutan hangat

Kehadiran Omicron di Indonesia mendapat sambutan hangat. Masyarakat kita seolah sudah lupa dengan kepanikan di bulan Mei – Juli 2021 lalu ketika berhadapan dengan varian Delta. Apalagi ketika kini ada penjelasan bahwa risiko paparan varian Omicron tidak sampai pada kematian layaknya varian Delta, masyarakat kita makin selow. “Oh, cuma capek-capek aja? Ya istirahat kan cukup.” Kalkulasi bahwa kemampuan penyebaran varian Omicron 70 kali lebih kuat ketimbang varian Delta, tampaknya hanya akan jadi catatan saja.

Kita tinggal menunggu pola persebaran dalam 1 bulan ke depan. Kini kasus harian konfirmasi positif Covid-19 tidak lebih dari 1% bila dibandingkan hasil skrining. Bila pola ini masih terus menerus sama, sementara banyak kasus pasien dengan gejala mirip Omicron, itu artinya penyebaran Omicron bisa tembus skrining. Itu artinya juga, suatu saat proses skrining dengan swab Antigen atau PCR Swab akan jadi nggak guna. Mungkin tetap berguna, hanya sedikit saja.

Mari kita menyambut kehadiran Omicron di Indonesia dengan protokol kesehatan. Tetap kita pakai masker, menjaga jarak, dan jaga kebersihan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini