Waktu Baca: 3 menit

Selalu menjadi pertanyaan besar mengapa kita jarang menemui orang Belanda atau keturunan Belanda di Indonesia. Menjadi pertanyaan juga kenapa kita tak bisa berbahasa Belanda meski dijajah selama 350 tahun (katanya). Pertanyaan ini sebenarnya terjawab dengan satu peristiwa. Kebetulan peristiwa itu terjadi pada 5 Desember alias hari ini di tahun 1957. Saat itu Soekarno mengusir Sinterklas sekaligus warga keturunan Belanda dan sisa sisa peninggalan budaya mereka. Kurang lebih 50 ribu orang Belanda meninggalkan Indonesia.

Sinterklas Hitam

Pada saat itu, Soekarno melakukan hal yang tidak biasa: mengeluarkan kebijakan diskriminasi ras. Padahal, Soekarno terkenal sebagai seorang nasionalis. Ia memiliki keluarga dengan latar beragam yaitu Bali-Jawa dan Sunda. Ia juga rela berdebat untuk memastikan tujuh kata tidak masuk dalam Pancasila agar Indonesia benar benar untuk semua. Namun semua berubah pada 5 Desember 1957. Soekarno resmi mendeklarasikan warga keturunan Belanda dan WNA Belanda sebagai obyek yang berbahaya.

Kebetulan, pengumuman itu dilakukan pada 5 Desember yang juga dikenal sebagai hari Sinterklas. Hari Sinterklas sendiri adalah perayaan Belanda dimana anak anak akan memasang kaus kaki di tepi jendela pada malam hari. Esoknya mereka akan bangun dan menemukan kado di dalamnya. Konon pemberian kado itu dilakukan oleh seorang misterius bernama Sinterklas. Saat itu, Hari Sinterklas dirayakan hampir oleh semua kalangan, terutama kalangan menengah ke atas.

Nah, karena deklarasi Soekarno diumumkan pada 5 Desember, saat itu mulailah terkenal istilah ‘Sinterklas Hitam’. Hari Sinterklas yang harusnya menyenangkan ini berubah menjadi kisah duka. Pada hari itu juga, Soekarno mengusir Sinterklas dengan melarang hari raya tersebut.

(Untungnya) Tidak Menimbulkan Gejolak Agama

Pelarangan Sinterklas itu sempat dikhawatirkan akan mengganggu umat Kristiani. Untungnya, umat Kristiani bersikap bijak dan menganggap hari Sinterklas lebih ke perayaan budaya, bukan agama. Merekapun lalu beradaptasi dan menerima Santa Claus sebagai sosok pengganti Sinterklas.

Pada akhirnya, 5 Desember ini menjadi hari biasa. Tidak ada perayaan seperti dulu lagi seperti era 50an. Lalu apa penyebab tindakan Soekarno ini?

Emosi Sang Bapak Bangsa

Soekarno saat itu merasa frustasi karena Belanda tak kunjung menyerahkan Irian Barat. Padahal, proses penyerahan Irian Barat ini sudah terjadi sejak Konfrensi Meja Bundar. Beberapa kali Soekarno mengajukan resolusi ke PBB tapi hasilnya nihil. Hal ini jugalah yang banyak pihak nilai sebagai titik perseteruan Soekarno dan PBB. Pada akhirnya, Indonesia keluar dari PBB pada Januari 1965 meski alasan utamanya karena Malaysia dan bukan Irian Barat.

Selain itu, Soekarno juga khawatir karena banyak perusahaan masih merupakan milik Belanda. Ia menilai hal ini berbahaya bagi kelangsungan ekonomi Indonesia ke depannya. Ya, visi Soekarno waktu itu adalah agar perusahaan perusahaan vital menjadi milik anak bangsa.

Pada akhirnya, seiring kejadian ‘Sinterklas Hitam’ banyak perusahaan Belanda dinasionalisasi.

Tepatkah Tindakan Soekarno?

Tindakan Soekarno saat itu jelas membuat ketegangan hubungan antara Indonesia dan Belanda meningkat. Indonesia dan Belanda sempat tidak memiliki hubungan dagang bertahun tahun. Sementara itu, sebenarnya Indonesia bisa meminta bantuan Amerika Serikat agar permasalahan Irian Barat segera rampung. Bagaimanapun saat itu Amerika Serikat pro pada Soekarno agar Irian Barat menjadi wilayah Indonesia.

Kebijakan ‘Sinterklas Hitam’ ini sesungguhnya terkesan impulsif. Orang orang Belanda di Indonesia banyak yang bekerja sebagai insiyur atau dokter, pekerjaan yang membutuhkan keahlian tinggi. Kepergian mereka meninggalkan lubang dan masalah. Akibat kebijakan Sinterklas Hitam ini juga, banyak pengetahuan dari Belanda yang hilang begitu saja.

Seandainya, ya, ini berandai andai saja, Sinterklas Hitam tak pernah terjadi, mungkin banyak orang Indonesia masih bisa berbahasa Belanda. Mungkin juga pengetahuan kedokteran kita lebih maju. Tapi ya di sisi lain bisa jadi kekuatan ekonomi orang Belanda di Indonesia masih cukup kuat.

Apapun itu, yang terjadi sudah terjadi. Kita hanya bisa mengambil pelajaran dari kejadian memilukan ini.

Sumber gambar : Instagram @nederlands_indie

Baca juga :
Pencitraan Basi Pejabat, Bukti 2024 Harus Ganti Strategi

Pahlawan Itu Politis, Suka Tidak Suka

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini