Bagus tidaknya ‘Penyalin Cahaya’ rasanya tak perlu lagi menjadi perdebatan. Film dengan rekor Piala Citra terbanyak tentu secara kualitas luar biasa. Namun, justru kisah di balik film Penyalin Cahayalah yang jauh lebih menarik. Wregas memang bukan aktor, namun pria asal Yogyakarta ini menaruh ‘dirinya’ di film itu. Ya, seorang sutradara pasti meletakkan sisi pribadinya dalam karya karyanya. Nah, pertanyaannya, dimanakah Wregas berada dalam film Penyalin Cahaya?
Untuk mengidentifikasinya, kita bisa melihat karakter yang mendekati Wregas dalam film ini. Seorang sutradara berbakat dengan karya karya penuh simbolisme dan ‘tiket’ untuk memamerkan karyanya di negara Asia Timur. Siapa lagi kalau bukan Anggun yang diperankan Dea Panendra. Di sinilah, Wregas dengan kehati hatiannya, diduga telah menyelipkan curahan hatinya. Ya, Wregas memang tidak mengaku kalau ia curhat melalui sosok Anggun. Namun, terlalu banyak kesamaan dengan kehidupannya hingga kita sulit menyebutnya kebetulan.
Karakterisasi Anggun
Anggun dalam film ini merupakan seorang sutradara theater jempolan. Namun ia tidak begitu mahir dalam berkomunikasi. Ia orang baik, jangan salah, namun ketika emosinya meninggi ia meluncurkan kata kata kasar yang tidak pernah ia maksud. Tapi, semua kata kata kasar itu berakhir di mulut saja sebab Dea sangat care dengan semua anggota theaternya. Untuk kebutuhan berkomunikasi, ia mengandalkan Rama yang diperankan oleh Giulio Parengkuan.
Rama berbeda dengan Anggun. Ia tampak selalu tenang dan penuh perhitungan. Ia tidak pernah berapi api. Ia terukur. Tapi ia tahu cara berkomunikasi yang baik dan menenangkan tim yang sedang gundah karena ada dugaan kasus pelecehan seksual dan bullying di grup theater Mata Hari.
Berdua mereka adalah sepasang sahabat yang bisa menyelesaikan segala tantangan.
Pembahasan berikutnya mengandung spoiler alert dari film ini…
Wawancara
Hampir dua tahun lalu saya melakukan wawancara dengan terduga crew Penyalin Cahaya yang menjadi pelaku pelecehan seksual. Ia mengaku bahwa dalam timnya bersama Wregas, ia menjadi orang yang ‘membereskan’ hal hal non-teknis. Ia menjadi penghubung sutradara dan crew serta menjadi penulis dari film film Wregas. Hal ini tidak lepas dari kegemarannya membaca buku buku sastra. Ya, mirip sekali dengan Rama.
Ketika saya menyaksikan film Penyalin Cahaya, saya merinding dengan cara Wregas menyisipkan karakter Anggun dan juga Rama. Mungkin ada perbedaan latar belakang antara Rama dengan terduga pelaku tersebut. Tapi, peran yang dimainkan Rama untuk Anggun, adalah peran yang terduga pelaku mainkan untuk Wregas.
Petunjuk lain adalah ketika karakter Sur mendaftar ulang untuk kuliahnya, tertera bahwa latar waktu peristiwa film ini adalah 2019. 2019 adalah waktu ketika dugaan pelecehan seksual terjadi.
Kegilaan Rama
Wregas didampingi oleh terduga pelaku sejak awal karirnya. Mereka berdua merintis studi yang berbeda, tapi tak pernah melupakan apa yang menjadi mimpi mereka. Wregas menuju ISI, sementara terduga belajar sastra Inggris di sebuah kampus negeri terkenal. Setelah menyelesaikan studinya, Wregas tidak melupakan sahabatnya, ia melibatkan si terduga sebagai sahabat meski pengetahuan perfilmannya belum banyak.
Wregas tahu ia membutuhkan si terduga untuk menjadi penopang dalam timnya. Ia membutuhkan si terduga untuk membuat ide ide ceritanya makin solid. Ketika akhirnya kasus ini mencuat, bukankah tidak aneh jika Wregas sangat terpukul? Memang, kita harus mendengar pengakuan langsung dari Wregas tentang kemungkinan ‘curhat terselubungnya’ itu.
Meski demikian, sutradara berbakat ini mencurahkan perasaannya dengan elegan. Ia melakukannya sebagai seniman dengan mengungkap jati diri Rama sebagai salah satu villain terhebat dalam sejarah perfilman Indonesia sekaligus menceritakan keresahan hatinya lewat pukulan sakit hati dari Anggun pada Rama.
Baca juga :
Orang Terdekat Sangat Berbahaya (KDP)
Sebuah Eksploitasi Orang Hutan Dalam Kekerasan Seksual
[…] Curhat Tersembunyi Wregas Bhanuteja di Penyalin Cahaya (?) […]