Main hakim sendiri—siapa yang tak kenal dengan budaya anarkis yang masih tumbuh di masyarakat ini? Di jaman yang sudah maju ternyata masih menyimpan sekelompok manusia berakal dangkal yang masih nekat mengambil jalan pintas dalam menghadapi penindak kriminal: main hakim sendiri. Sering kita melihat berita di televisi yang melaporkan berita kejahatan di mana massa menghajar si pelaku tanpa melaporkannya ke pihak berwajib terlebih dahulu. Kecenderungan masyarakat untuk main hakim sendiri memang tak bisa hilang sepenuhnya. Ada beberapa alasan yang bisa mewakili kenapa mereka bertindak demikian. Pertama, perbuatan si pelaku yang terlalu keji sampai menyulut emosi massa dan membuat mereka kalap sampai hilang akal. Kedua, karena massa menilai menghakimi pelaku kriminal sendiri itu lebih cepat daripada harus melapor ke polisi.
Atau, bisa karena mereka terhasut oleh ajakan satu pihak saja.
Hanya Karena Satu Seruan
Apa yang akan kalian lakukan jika kalian mendengar seruan ‘Pencuri!’ di tempat umum? Beberapa dari kalian mungkin merasa kaget, panik, dan secara otomatis memeluk barang bawaan seperti tas sebagai bentuk perlindungan diri. Beberapa mungkin langsung berlari menghindar dari kemungkinan bertemu dengan si ‘pencuri’. Dan beberapa mungkin berinisiatif untuk ikut mengejar orang yang mendapat seruan ‘pencuri’ tersebut.
Wajar sih jika kalian refleks bertindak seperti skenario di atas, terutama untuk yang terakhir. Pencuri sebagai pelaku kejahatan lekat dengan simbol ancaman bagi orang-orang sekitar. Naluri untuk ikut mengejar dan menangkap si pelaku adalah salah satu respon otomatis bagi beberapa orang. Contoh inilah yang kurang lebih bisa menggambarkan situasi pengejaran mobil oleh sekelompok orang bermotor yang berujung pada main hakim sendiri beberapa hari lalu. Informasi dari beberapa artikel berita menyebutkan jika massa yang mengikuti mobil HM berjumlah puluhan dan kelompok orang-orang ini langsung tancap gas menghakimi orang yang bahkan belum jelas apakah ia seorang pelaku kejahatan atau tidak.
Hanya sebuah seruan dari seseorang mampu menggiring massa yang jumlahnya besar untuk melakukan aksi yang bahkan tak mempunyai alasan yang kuat dan valid. Ckck, gak tahan banget ya buat langsung menghakimi?
Valid Atau Enggak, Bukan Urusan Saya
Fenomena main hakim sendiri bisa mencerminkan lemahnya masyarakat sekitar dalam menyikapi sebuah informasi, dalam hal ini seruan ‘pencuri’ dan sejenisnya. Kecepatan masyarakat untuk mengambil tindakan dalam sekejap dapat menjadi bukti jika mengambil kesimpulan itu lebih penting ketimbang menggali kebenaran informasi yang ada terlebih dahulu. Jujur, kita belum terbiasa susah untuk mengecek kevalidan informasi dengan bertanya ke berbagai orang atau membaca informasi relevan dari banyak sumber. Kita terlalu gak sabaran untuk menunggu konfirmasi tentang berita yang berseliweran. Dengan kata lain, kita adalah makhluk gak sabaran dan suka ambil asumsi sendiri mentah-mentah.
Kalau karakter ini dikasih panggung, kemampuan kita untuk menjadi masyarakat yang cerdas bisa menurun. Dibisikin satu kali oleh orang asing aja langsung ikut-ikutan, gimana negara mau maju kalau kualitas negaranya serendah ini?
Baca juga:
Main Hakim Sendiri dan Trust Issue Masyarakat Soal Hukum dan Aparat
Meninggalkan Kebiasaan Penyiksaan Oleh Aparat