Waktu Baca: < 1 menit

Tahun 2021 silam, siswa siswa Lombok, Gorontalo dan Madina menggegerkan kita dengan keputusan menikah muda. Alasan yang mereka lontarkan pun membuat geleng-geleng kepala. Salah satu dari mereka beralasan bosan sama pembelajaran daring.

Pemberian hukuman denda dua juta dari pemerintah ternyata nggak berpengaruh. Permasalahannya ada di mindset mereka sebagai generasi muda. Kebanyakan dari mereka—muda-mudi Indonesia—tampak kurang berambisi atau tak memiliki semangat yang kuat untuk menyusun masa depan mereka. Justru malah memilih menikah tanpa memikirkan bagaimana kehidupan mereka ke depannya.
Padahal di kurikulum 2013 dalam pelajaran kelas 8 IPA telah membahas P.U.P—Pendewasaan Usia Pernikahan— yang menjelaskan bahaya menikah muda. Menikah muda—bagiku pribadi adalah pemikiran dangkal. Memilih menikah bukan hal selazim pacaran. Kehidupan pernikahan merupakan tahap kehidupan yang mewajibkan tanggung jawab penuh. Kehidupan pernikahan juga membutuhkan mental yang kuat.
Menikah muda memiliki banyak resiko, dan hal negatif yang mendominasi. Dalam P.U.P. disebutkan, pernikahan membutuhkan banyak persiapan. Harus ada kesiapan fisik dan biologis, kesiapan mental, dan kepastian bahwa mempelai lelaki mempunyai pekerjaan mapan. hingga dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga—yang pastinya tak sedikit jumlahnya. Nggak jarang pernikahan muda berakhir KDRT bahkan perceraian.
Oleh karena itu, kita haris ingat kalau pernikahan adalah hal yang sakral. Kita lebih baik menikmati masa muda terlebih dahulu, menata/menetapkan masa depan, memilih jodoh yang tepat. Semua itu demi menempuh hidup baru yang jauh lebih tertata.
Baca juga:

1 KOMENTAR

  1. Kenapa mereka memutuskan menikah hanya karna bosan pembelajaran daring? Apa karna kurang jelasnya sama penjelasan guru? Atau bosan karna banyak tugas? Namanya juga belajar, buat masa depan. Itu menikah bukan solusi, tapi makin memberatkan, diusia segitu sudah memikul rumah tangga

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini