Sebagai bentuk syukur atas ulang tahun Pakbob.id, kami memutuskan untuk melakukan aksi sosial yaitu menyelenggarakan diskusi bertema ‘Kekerasan Dalam Pacaran’. Jujur saja, kami menentukan tema satu bulan sebelum hari H acara. Inspirasi muncul saat kami sedang merampungkan tulisan mengenai kasus Laura Anna. Saat itu kami menyadari bahwa banyak wanita menjadi korban KDP atau Kekerasan Dalam Pacaran. Berembug sebentar dengan co-founder, Raditya Saputra, kami putuskan acara ini harus jalan pada tanggal 13 Februari 2022, satu hari sebelum Valentine’s day.
Untuk mengadakan acara ini, kami mengajak kontributor Pakbob.id, Theresia Grace. Grace sebelumnya berpengalaman dengan menjadi ketua komite dari Pakbob’s Class perdana. Grace kemudian setuju dan menghubungi ketua satgas anti kekerasan seksual Universitas Negeri Jakarta, Ibu Dr. Iriani Indri Hapsari untuk menjadi narasumber. Sementara itu saya menghubungi bapak Drs. Indra Wahyudi Msi. Atau Lik Wah. Kami juga beruntung karena dua orang narasumber kami bersedia membagikan pengalaman pahit mereka sebagai korban KDP. Untuk melakukan wawancara, kami meminta bantuan dari pihak BEMF Psikologi Sanata Dharma. Setelah itu, dimulailah proses yang serba cepat demi penyelenggaraan seminar online ini dengan total peserta mencapai lima puluh orang lebih.
Diskusi Hangat
Beberapa pihak yang menjadi peserta akhirnya memberanikan diri untuk sharing pengalaman mereka sebagai korban KDP. Kekerasan Dalam Pacaran nyatanya topik yang sangat serius. Bahkan bagi beberapa orang ini sudah menjadi tradisi dan norma biasa. Sungguh memprihatinkan.
Cara untuk menghindarinyapun cukup kompleks karena pelaku KDP biasa terlihat baik baik saja. Namun kita sebenarnya bisa melihat dari bagaimana cara mereka mendefinisikan cinta. Menurut Bapak Indra, kepekaan kita dalam memahami bagaimana para pelaku ini berpikir bisa menghindarkan kita dari bahaya pelaku KDP.
Sementara itu Ibu Iriani menyatakan bahwa kita memang harus menjadi pendengar yang baik dan menghormati posisi korban kekerasan dalam pacaran. Menurut bu Iriani, memaksa mereka untuk berkonsultasi ke psikolog atau bicara terbuka bukanlah sebuah solusi. Lebih baik jika korban dibiarkan tenang hingga mereka bisa berpikir jernih.
Pelaku Juga Korban
Ini adalah pandangan yang cukup rumit. Pelaku dalam beberapa aspek juga korban. Mereka biasanya lahir dari keluarga broken. Mereka juga tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan cinta dengan baik. Sebenarnya para pelaku ini juga mendapat pertolongan. Namun, menolong mereka bukan dengan menjadikan mereka pacar tapi membantu mereka melakukan berbagai macam terapi dan konsultasi sehingga mereka bisa melepaskan diri dari kebiasaan ini.
Refleksi Saya
Sebelum memulai pacarana, alangkah baiknya jika kita nyaman pada diri sendiri terlebih dahulu. Jangan memaksa orang lain mengerti kita. Kita juga harus menyadari bahwa kekerasan bukanlah kebiasaan. Kita harus menghindarinya. Jangan memaksa orang menciptakan rasa aman karena rasa aman itu memang seharusnya datang dari diri sendiri.
Berikutnya adalah, kamu berhak meminta yang terbaik untuk dirimu sendiri. Para korban KDP sering merasa ‘tidak layak’ menuntut atau mencari yang lebih baik. Menurut saya pribadi, tidak ada seorangpun yang layak menderita. Semua orang berhak mendapatkan apa yang terbaik bagi diri mereka.
Pengalaman menyelenggarakan diskusi Bob’s Talk ini begitu luar biasa. Dalam waktu dekat, kami akan kembali dengan topik topik yang lebih menarik. Salam!
Baca juga :
Orang Terdekat Sangat Berbahaya (Kisah KDP)
[…] Di Balik Layar Bob’s Talk : Kekerasan Dalam Pacaran di Sekitar Kita […]