Mungkin tidak pernah terbayang di benak Kurt Zouma, bek klub bola West Ham United, bahwa ia akan mendapat masalah karena kucing. Kurt terekam melukai kucingnya di media sosial. Ia tampak kesal karena kucingnya mengganggu kegiatannya. Yang tidak ia sangka, masalah kucing ini menjadi persoalan besar. Kurt Zouma dan kucing nampaknya tidak berjodoh. Sama seperti halnya Pandji Pragiwaksono yang juga sempat kena masalah karena bercanda soal kucing. Kalau mau jujur, kucing ini memang luar biasa. Ia bisa menimbulkan polemik yang luar biasa. Ingat Danang Sutowijoyo? Pria ini juga mendapat masalah karena menembaki kucing dengan senapan angin. Ia bahkan sampai kehilangan pekerjaan. Jadi, urusan dengan kucing ini ternyata nggak sederhana. Lalu, kenapa kucing begitu disukai? Apa yang membuat pecinta kucing tergila gila pada hewan ini?
Sejarah Kontroversi Kucing
Berbeda dengan anjing yang sifatnya sederhana dan mudah ditebak, kucing adalah hewan misterius. Ia bisa muncul dan menghilang begitu saja. Bahkan, ia bisa membuat tempat ‘pemakamannya’ sendiri. Itulah mengapa kita seolah jarang menemukan kucing yang mati normal. Ia juga bukan hewan penurut dan memiliki independensinya sendiri. Tak heran orang dulu mengaitkan kucing sebagai hewan suci karena mereka percaya kucing memiliki kecerdasan layaknya manusia.
Salah satu pemuja kucing tertua adalah masyarakat Mesir kuno. Mereka menganggap sosok kucing yang datang dan menghilang sebagai hewan spesial. Ada aura mistis di sana yang membuat kucing begitu disukai.
Bahkan kucing memiliki pemakaman layaknya manusia. Ketika kucing mati, masyarakat Mesir kuno bahkan sampai menggunduli alis sebagai tanda kedukaan dan mereka baru berhenti berduka setelah alisnya tumbuh. Kenapa demikian? Selain dianggap mahluk suci, kucing juga dianggap bisa membawa keberuntungan. Kematian kucing adalah tanda sial.
Selain masyarakat Mesir kuno, penganut paganisme juga menempatkan kucing di posisi terhormat. Hal ini terjadi di Eropa. Ketika Kristen pertama berkembang, mereka berkompetisi dengan Paganisme untuk berebut umat. Saat itulah Paus Gregorius IX mengeluarkan dekrit ‘Vox Roma’ pada 13 Juni 1233 untuk menegaskan bahwa kucing sebagai hewan terkutuk. Hal ini salah satunya untuk mendiskreditkan paganisme.
Namun konon kabarnya, gereja meyakini bahwa kucing, terutama kucing hitam, adalah hewan yang bisa menjadi mata mata bagi gereja Kristen. Mereka dianggap sebagai perwujudan animality dari penyihir. Karena itulah, pembunuhan pada kucing merupakan pencegahan mata mata itu. Di dunia modern, hal ini berubah menjadi mitos bahwa kucing hitam membawa sial.
Kucing Sebagai Hewan Favorit
Lalu kenapa pecinta kucing cukup protektif pada hewan ini? Sebenarnya banyak alasannya. Ada yang mengganggap bahwa kucing mampu memahami perasaan manusia. Mereka sudah layaknya sahabat bagi beberapa orang. Sehingga, kematiannya akan terasa seperti kematian seorang sahabat. Hal ini jugalah yang dirasakan pemilik anjing. Bagaimanapun, kucing dan anjing merupakan hewan dengan intensitas interaksi antar manusia tertinggi jika kita bandingkan hewan lainnya. Dua hewan ini juga punya kemampuan sosial yang tinggi.
Berikutnya, bawaan pemikiran bahwa kucing adalah hewan yang penting dari masa lalu masih tertanam dalam pikiran masyarakat pada umumnya. Inilah yang membuat manusia tanpa sadar menghargai kucing dengan cukup tinggi. Dalam beberapa keyakinan, kucing juga sering disebut sebut sebagai hewan favorit Nabi/ tokoh suci seperti misalnya dalam Islam. Hal ini meningkatkan kecintaan pada kucing.
Karena itulah, melukai kucing bisa berakibat fatal secara sosial.
Gambar oleh : Marko Blazevic
Baca juga :
Eksploitasi Orang Utan Dalam Cerpen ‘Bulu Bergincu’