Baru-baru ini Jogja Bay sempat jadi buah bibir terutama buat mahasiswa di DIY. Water park yang bertempat Maguwo ini tiba-tiba memberikan pengumuman mengejutkan. Promo nekad Jogja Bay yang seakan bekerja sama dengan salah satu kampus swasta DIY muncul di medsos. Bahkan sampai menempel logo kampus tersebut di poster pengumuman. Sontak aja kabar ini langsung menuai respon positif dari mahasiswa kampus yang bersangkutan. Bagaimana nggak, Jogja Bay menjanjikan tiket masuk gratis buat dosen dan mahasiswa dari kampus yang mereka tunjuk.
Tapi, seperti ada miss komunikasi, pihak BEM kampus yang bersangkutan langsung memberikan klarifikasi bahwa tidak ada kerja sama. Hal ini seakan gayung bersambut dengan momen penghapusan postingan oleh pihak Jogja Bay. Postingan diskon mereka ganti dengan tiket gratis buat kampus berinisial “S”. Hasilnya? Animo masyarakat malah tetap tinggi.
Tetap Dilirik
Kasus COVID-19 di Indonesia bahkan dunia baru naik akhir-akhir ini. Bahkan kasus baru yang muncul hampir menyentuh angka 30 ribu kasus. Tepatnya ada di 27 ribu kasus. Buat di daerah DIY sendiri kasus baru udah mencapai angka 219 kasus. Uniknya, kasus paling banyak muncul di kabupaten Sleman, tempat Jogja Bay berdiri.
Menariknya, dalam postingan promosi Jogja Bay mengenai kampus berinisial “S”, seenggaknya ada 935 komentar. Itupun nggak termasuk antusiasme yang muncul ketika pengumuman yang mencatut nama kampus swasta. Bahkan, saat itu mencapai 2 ribu lebih komentar. Belum juga yang muncul di story WA ataupun Instagramku.
Lelah Dengan Situasi Pandemi
Di sisi lain mendapatkan animo yang tinggi, promo nekad Jogja Bay menuai kontra juga. Nggak sedikit yang menilai Jogja Bay nggak peka sama kondisi. Terutama soal pencatutan nama kampus swasta yang berpotensi merugikan kampus tersebut. Bagaimana enggak, kalau akhirnya tiket tersebut membuat mahasiswa terkena COVID maka rektorat harus meregulasi ulang pembelajaran.
Tapi, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kita udah mengalami pandemic fatigue. Dalam bisa kita sebut dengan kelelahan pandemi. Beberapa faktor di antaranya adalah kita yang udah terbiasa dengan keberadaan COVID. Kita udah nggak melihat virus yang satu ini seberbahaya ketika awal kemunculannya. Bahkan banyak yang bertanya-tanya apakah COVID sudah hilang.
Pandemic fatigue juga terlihat dengan nggak awarenya kita terhadap keterbatasan yang harus kita terapkan. Hal ini karena kita udah terbatas sekian lama. Hampir 2 tahun lamanya kita dibatasi regulasi COVID-19. Pada akhirnya kelelahan yang muncul karena pembatasan membuat kita memberontak dan memilih melupakan segala batasan yang ada.
PeduliLindungi Kurang Optimal
Adanya promo nekad Jogja Bay membuat khawatir beberapa masyarakat. Sayangnya, kekhawatiran ini bisa semakin menjadi-jadi karena PeduliLindungi yang masih kurang optimal. Netizen di jagad maya mulai memprotes kemampuan aplikasi PeduliLindungi buat menginformasikan orang yang terdeteksi positif. Harapan mereka jika ada orang yang terdeteksi positif dan pernah ada di satu area dengan mereka maka PeduliLindungi akan memberikan notifikasi. Sayang, kenyataannya tidak seperti itu. Kita harus berharap pada informasi berantai yang entah bakalan sampai ke kita atau nggak. Sehingga bisa aja proses tracing nggak bisa berjalan seperti yang kita harapkan.
Baca juga:
Kasus Omicron Indonesia Melonjak, Pemerintah Diminta Perhatikan Faskes
Gelombang Ketiga Covid 19 Akan Datang. Ini Penyebabnya!
[…] Selengkapnya di http://www.pakbob.id. […]