Waktu Baca: 2 menit

Layaknya film-film horror lainnya yang sengaja ingin membuat para penonton tidak nyaman dan bergidik ngeri, aku akui Sinister sangat cukup mendapat poin yang para pecinta horor inginkan. Film dengan durasi 110 menit itu cukup untuk membuat kalian bergidik ngeri di beberapa bagian yang film ini sajikan. Bahkan untuk bagian pembuka, bisa jadi kalian menyerah untuk melanjutkan filmnya. Yang selanjutnya muncul dapat ternyata jauh lebih kacau, malahan tak perlu bersimbah darah untuk membuat para penonton terperangah.

Oh iya ini ada spoiler ceritanya ya.

Cerita yang Sederhana

Meski punya kemasan yang sederhana, topik serta konflik yang diangkat film tersebut—yaitu pembunuhan berantai keluarga—sangat cukup mencuri perhatianku. Pesan moral yang sangat tersirat pun sempat menyentilku—karena semua masalah itu berawal dari keegoisan satu insan. Yaa … walau tak cukup ‘mengganggu’ seperti The Hereditary, film keluaran 2012 ini bisa jadi film horor terbaik (dan terkeji) yang aku rekomendasikan.

Gambaran Filmnya

Film ini menceritakan tentang seorang penulis novel yang sedang naik daun dan berusaha menyelesaikan novel barunya, berhubung penggemarnya juga telah menunggu. Dia tak ingin membuat para penggemar juga media kecewa, jadi dia mengambil ide gila ketika mengerjakan novel yang tengah dia tulis—yaitu dengan pindah rumah ke lokasi di mana pembunuhan brutal satu keluarga sempat terjadi. Gilanya lagi, Ellison Oswalt—penulis tadi sama sekali tidak membiarkan Istri dan kedua anaknya mengetahui fakta itu. Dia menyeret keluarga tercintanya ke dalam suatu petaka.

Awalnya segalanya berjalan dengan lancar, Deputi Sherrif juga membantu di daerah sana, Ellison Oswalt memulai sesi risetnya. Tanpa pikir panjang, seolah kasus itu hanya candaan belaka, dia mengambil barang bukti kasus pembunuhan tersebut—yakni kamera vintage dan rekaman footage dalam bentuk kaset. Dia menonton footage-footage yang ada satu-persatu seraya mengamatinya, meski harus menghadapi ketakutannya sendiri.

Berbagai rekaman dengan durasi yang tak lebih dari empat menit itu selalu berhasil membuatnya ketakutan. Ia jadi gelisah, tetap terjaga tiap hari, kerap minum minuman keras, sampai-sampai mulai ‘berhalusinasi’ yang berkesinambungan.

Dalam beberapa hari saja, perubahan besar terjadi dalam keluarganya. Sikap dan perilaku anak bungsunya menjadi aneh, seolah ada anak lain di rumahnya. Ia pun sering bertengkar dengan sang Istri lantaran perbedaan pendapat. Istrinya hanya tidak nyaman ketika anak pertama mereka kerap sleep walking dan makin tak terkendali. Istrinya juga merasa jika Ellison Oswalt melakukan semuanya untuk ketenarannya semata—bukannya keluarga. Suasana rumah itu makin tidak nyaman dan Oswalt menyadari kalau sesuatu selalu mengawasi dan menunggunya lengah.

Dengan adegan-adegan yang menurutku mengganggu, mind-blowing di sepanjang film, Sinister sangat bisa masuk ke golongan genre horor psikologis. Terseram ketiga setelah Gonjiam Haunted Asylum dan Hereditary—menurutku pribadi.

Sinematografi yang Ciamik

Untuk segi senimatografi, aku sangat suka bagaimana kameramen menempatkan angle di setiap scene dan bahkan sudut di mana penampakan muncul tidak terduga. Tone juga detail cahaya juga cukup epik. Film tidak terkesan buru-buru dan bisa cukup dinikmati, jika saja mengabaikan sisi meresahkan/menganggu tadi. Meski jujur untuk masalah jumpscare sangat mudah ditebak. Endingnya juga cukup mengecewakan, klise dan monoton.

Meskipun Ratingnya Rendah, Tapi…

Film yang disutradarai Scott Direction ini mendapat rating yang cukup rendah, menurutku, untuk segala sensasi yang bisa kita dapat. Kalian harus menontonnya! Meski sebelumnya kalian harus memastikan kalian cukup mental untuk menontonnya kemudian.

Selamat menonton Sinister!

Sumber gambar: detik.com

Baca juga:

Review A Classic Horror Story : Sebuah Kisah Penebusan Berbasis Eksploitasi

Alasan Jelangkung Adalah Film Horor Terlegendaris Indonesia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini