Penulis Inggris, Michael Ridpath pernah menulis novel berjudul Trading Reality. Novel ini terbit pada tahun 1996 dan bercerita mengenai seorang broker saham yang tiba tiba harus mengurus bisnis virtual reality (VR) milik kakaknya yang meninggal secara misterius. Dalam novel ini, usahanya mendapat halangan dari sebuah kelompok fanatik. Kelompok ini meneror si broker karena percaya teknologi VR pada ujungnya akan menjadi pintu bagi pelacuran berbasis virtual reality.
Nah, kenapa pelacuran berbasis virtual reality menjadi momok kelompok ini? Ada penyebabnya, mereka percaya bahwa fantasi seks terburuk bisa saja terwujudkan dalam teknologi ini. Dengan demikian, insting purba manusia bisa saja muncul dan fantasi mereka di dunia virtual reality rawan dipraktekkan di dunia nyata.
Peluang Pelacuran Berbasis Virtual Reality
Pada hari ini, virtual reality makin berkembang dan Mark Zuckerberg menginvestasikan banyak uang pada Metaverse. Bahkan konser di virtual realitypun sudah diadakan ketika Justin Bieber mengadakan virtual concert pada 18 November 2021. Pada konser itu, penikmat musik Bieber dapat menggunakan alat khusus dan bisa merasakan seolah olah hadir pada konser itu. Mereka bahkan bisa merasakan berinteraksi langsung dengan idolanya.
Pihak ahli memperkirakan, dalam sepuluh atau lima belas tahun ke depan, dunia virtual ini makin membuka banyak kemungkinan. Kendala saat ini memang masih ada pada proses render dan juga alat bantu virtual reality yang harganya tidak murah. Namun, dalam sepuluh atau lima belas tahun ke depan, problem ini rasa rasanya akan dapat teratasi.
Bisnis Esek Esek
Salah satu peluang penyalahgunaan yang mungkin terjadi adalah untuk jalannya bisnis esek esek. Sejarah membuktikan bahwa bisnis pelacuran ini sudah berjalan sejak jaman purba dan tak pernah benar benar bisa dihentikan; hanya bisa diregulasi saja. Itupun kadang pengaturannya mendapat tentangan kelompok moral dan agama. Nah, akibatnya pengendalian bisnis ini menjadi makin runyam.
Ketika dunia VR makin berkembang, kemungkinan besar bisnis esek esek ini lebih kacau lagi. Sebab, VR ini pada puncaknya kemungkinan akan menjadi bisnis Over-the-top (OTT) yang melewati batas batas negara. Di situ pemerintah akan semakin kesulitan untuk melakukan pengaturan.
Yang lebih gilanya lagi, di bisnis pelacuran berbasis virtual reality ini yang terlibat dalam transaksi seksual ini bukan lagi manusia. Bisa jadi yang menjadi obyek adalah produk model rendering humanoid yang bisa melakukan apa saja, termasuk fantasi tergila manusia yang melibatkan aksi aksi seksual berbahaya.
Nah, jika sudah begini, apakah tidak mungkin yang awalnya fantasi di dunia virtual ini akan beralih menjadi aksi kriminal di dunia nyata? Apakah bayangan Michael Ridpath lebih dari 25 tahun yang lalu itu akan menjadi kenyataan? Hanya Tuhan yang tahu.
Sekelumit Sisi Positif
Kalau misalnya kita mau melihat dari sisi yang agak positif, pelacuran di dunia maya ini mungkin solusi untuk mengurangi persebaran penyakit menular seksual. Di sisi lain juga mengurangi kemungkinan kaum hawa terjerumus ke bisnis haram ini karena mereka akan tergantikan dengan model render humanoid tiga dimensi. Namun, hanya sampai situ saja efek positif pelacuran berbasis dunia VR.
Yang lebih buruk bisa jadi akan datang. Bayangkan manusia bisa berhubungan intim dengan keinginan apapun di dunia maya. Mereka mulai meninggalkan hubungan intim yang lebih realitis. Dalam jangka panjang, hal ini makin memperburuk kualitas hubungan antar manusia dan membuat manusia makin teralienasi dari sesamanya.
Gambar oleh : Tima Miraschinenko
Baca juga :
Cari Duit Makin Sulit, BO makin sopan
Ciri Ciri Love Bombing Yang Harus Kita Waspadai
Jangan lupa tonton video seru Pakbob. id di sini!
[…] Pelacuran Berbasis Virtual Reality Semakin Mungkin […]