Waktu Baca: 2 menit

Akhir-akhir ini, Friends With Benefit (FWB) menjadi primadona anak muda zaman sekarang. Bahkan, saking digandrunginya, muncul beberapa akun Twitter yang terang-terang berfungsi untuk mencari FWB. Lalu apakah banyak yang tertarik? Jawabannya adalah iya. Banyak orang yang menginginkan hubungan FWB dalam hidupnya. Padahal kalau kita berbicara soal hubungan, biasanya orang lebih cenderung ingin memiliki hubungan cinta atau romantis seperti pacaran. Apakah ini menjadi sebuah pergeseran budaya?

Apa sih Friends With Benefit Itu?

Merujuk dari “Negotiating a friends with benefits relationship” FWB adalah sebuah hubungan tanpa komitmen yang tidak memiliki hubungan cinta pula. Uniknya, hubungan komitmen ini melebihi (istilah di Indonesia) TTM alias teman tapi mesra. Jika di TTM maka orang hanya seakan lebih dari teman, FWB ini mencapai hubungan fisik alias hubungan seksual. Dalam menjalani hubungan FWB, biasanya sih pasangan FWB (yang biasanya 2 orang) saling menjaga kerahasiaan. Meskipun beberapa di antaranya mengumbarnya di media sosial walau biasanya menyensor wajah masing-masing.

Kenapa Orang Memilih Friends With Benefit?

Kenapa ya orang mau memiliki FWB dan berhubungan seksual tanpa komitmen? Kalau melihat gendernya, pria memang bisa saja melakukan hubungan seksual tanpa perasaan. Berbeda dengan perempuan yang harus melibatkan rasa cinta dalam berhubungan seksual (Why Men Want Sex and Women Need Love). Tapi, dalam konteks FWB, nampaknya hal ini menjadi anomali dari buku karya Allan dan Barbara Pease ini. Kedua belah pihak, termasuk perempuan mau berhubungan tanpa melibatkan perasaan cinta di dalamnya.

Ternyata, setelah saya membaca sejumlah artikel dan beberapa thread di Twitter dan Quora, alasan orang memilih hubungan FWB cukup masuk akal. Kecuali buat orang yang merasa bahwa berhubungan seks harus setidaknya saling mencintai satu sama lain. Beberapa bercerita bahwa hubungan FWB merupakan “pelampiasan” dari ketidakpercayaannya lagi dengan komitmen. Mungkin mereka pernah merasakan sakit hati atau yang sejenisnya.

Selain itu, beberapa yang lain mengatakan tidak mau kerepotan dengan aturan-aturan dalam hubungan romantis seperti pacaran. Mereka ingin memiliki seseorang yang menurut dia spesial tapi tidak ingin melibatkan perasaan dan batasan yang membuat mereka tidak bisa memiliki hubungan dengan yang lain. Banyak juga yang berkata bahwa karena mereka bebas berganti pasangan ketika bosan, mereka tidak perlu sakit hati lagi. Para pelaku FWB tidak perlu merasa patah hati ketika “pasangannya” memilih “mengganti” dirinya dengan yang lain.

Sehatkah Hubungan Friends With Benefit?

Apakah hubungan FWB sehat? Jawabannya mungkin beragam. Tapi, kalau kita mau menyorot kehidupan seksualnya, maka hubungan FWB ini cukup berbahaya. Terutama jika seseorang “luput” dalam menyeleksi FWB-nya. Bisa saja mereka mendapatkan “pasangan” yang memiliki penyakit seksual yang menular. Misalnya, HIV. Jika terbiasa bergonta-ganti pasangan tanpa mempertimbangkan kesehatannya, bisa jadi blunder buat diri sendiri. Apalagi jika mereka akhirnya memutuskan untuk hidup menikah bukan dari “pasangan” FWB-nya. Bisa saja ketika mengalami kehamilan dan berhubungan seksual dengan pasangan sahnya, penyakitnya akan menular. Baik ke si pria bahkan ke anaknya. Ya, menurut saya bisa saja FWB ini menjadi tidak sehat jika tidak benar-benar mempertimbangkan kesehatan reproduksinya.

Lalu bagaimana soal moral? (Tanpa judgement) pasti kalian punya pov nya masing-masing. Jadi bagaimana menurutmu?

Foto oleh Trinity Kubassek dari Pexels

Baca juga:

Kita Mempercayai Pasangan Kita dan Mencintai Selingkuhan Kita

Kok Orang Hobi Dokumentasi Kegiatan Seksual?

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini