Waktu Baca: 3 menit

Rasa rasanya baru kemarin Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, ‘dipermalukan’ oleh Harisson Ford terkait isu penebangan hutan masif. Kalau sudah begini, banyak politisi susah untuk comeback dari kampanye senegatif itu. Namun Zulkifli Hasan membuktikan bahwa ia adalah politisi ulung berkepala dingin. Zul memang berbeda dengan pimpinan parpol lain yang berapi api dan kadang emosional dalam menyampaikan pesannya. Zul lebih sering merendah dan meninggikan orang lain. Ambisinya sebagai politisi juga tidak kentara. Berbeda misalnya dengan Muhaimin Iskandar yang sering terang terangan menunjukkan ambisinya. Apa yang Zul capai luar biasa. Setelah kejadian itu, ia berhasil menjadi ketua MPR sebelum kemudian mengalahkan Hatta Rajasa dalam pencalonan Ketum PAN hingga akhirnya berhasil ‘menyingkirkan’ Amien Rais sebelum kembali menjadi Ketum PAN untuk kedua kalinya. Kini, ia begitu dekat dengan posisi menteri meski belum jelas menteri apa. Lalu apa rahasia Zulkifli Hasan memiliki karier secemerlang ini?

Jawabannya sederhana : kesabaran dan kepala dingin. Ibarat ahli strategi, Zul sangat realistis dan tidak mau memukul lawannya dari depan. Berbeda dengan Amien Rais yang kerap menggunakan jargon provokatif dan jelas jelasan menaruh posisi berseberangan dengan penguasa, Zul memilih netral. Bahkan ketika perseteruannya dengan Amien Rais mulai tercium, ia memilih merendah dan ogah dibandingkan dengan besannya itu.

Saat ditanya wartawan, ia menyebut bahwa dirinya tidak ada apa apanya jika dibandingkan dengan Amien Rais yang bisa melakukan amandemen UUD beberapa kali.

Gagal Jadi Cawapres

Zulkifli Hasan menghadapi situasi sulit di 2019. Bukan rahasia lagi ia punya target menjadi Cawapres seperti Hatta Rajasa di 2014. Namun, posisinya memang serba salah. Kalau maju sendiri, PAN terhalang oleh Presidential Treshold 20 persen. Kalau ia berharap pada Jokowi, persaingan terlalu ketat dan sedari awal Jokowi tampaknya ngaboti Cawapres dari NU. Terbukti Mahfud M.D. menjadi kandidat kuat sebelum Maruf Amin menjadi pemenangnya. Nah, paling mungkin adalah bersanding dengan Prabowo Subianto. Namun elektabilitias Prabowo tidak cukup baik dan anggota koalisi Prabowo juga berambisi duduk di kursi Cawapres.

Di sinilah ujian besar untuk Zulkifli terjadi. Jelang akhir akhir pendaftaran Capres Cawapres, Zulkifli tampaknya sudah legowo menjadi koalisi pendukung saja. Arahnya dia menuju ke Jokowi. Tapi di kubu PAN ada Amien Rais yang entah kenapa, berseberangan sekali dengan Jokowi. Padahal Zulkifli Hasan paham benar PAN sudah mendapat jatah menteri di kabinet Jokowi. Pun peluang Jokowi menang jauh lebih besar sebagai petahana. Ikut koalisi Prabowo malah menyulitkan PAN.

Di sinilah Zulkifli bijak. Ia memberikan lampu hijau untuk PAN agar bisa bergabung dengan koalisi Prabowo sesuai keinginan Amien Rais. Zul memilih tidak melawan daripada internal bergejolak. Hasilnya sudah tertebak. Prabowo kalah, tebakan Amien Rais terbukti salah dan Zul pun akhirnya bisa mengekspose kelemahan Amien Rais tanpa harus ‘terlihat kotor’.

Kepercayaan Ke Zul

endgame zulkifli hasan

Paska kekalahan di Pilpres 2019, diadakan kongres V PAN. Amien Rais seperti biasa mengusung jago baru meski di 2014 mendukung Zulkifli. Kali ini nama Mulfachri Harahap dijadikan jago oleh Bapak Reformasi ini. Di sinilah kepiawaian Zulkifli terlihat. Sikap legowonya mengorbankan Pilpres 2019 terbukti berhasil menguatkan kepercayaan pada dirinya. Tak hanya itu saja, rival beratnya, Hatta Rajasapun bergabung dengan dirinya. Hal ini berujung pada kekalahan calon Amien Rais untuk pertama kalinya setelah sekian kongres PAN.

Amien Rais tak percaya bahwa ia kehilangan pengaruh di partai besutannya. Iapun keluar dan kini PAN menjadi partai yang lebih egaliter dan demokratis dengan Zul sebagai pemimpinnya. Keluarnya Amien bahkan lebih menarik karena anaknya, Mumtaz Rais, lebih memilih tinggal di PAN ketimbang mengikuti bapaknya. Dua kekalahan menyakitkan untuk Amien.

Endgame, Menteri Lalu Cawapres?

Zul berhasil keluar dari krisis 2019 sebelum kemudian pelan pelan merapat kembali ke kubu Jokowi. PAN kini menjadi partai yang lebih terbuka dan reputasi Zul cenderung semakin baik. Apakah ini berarti peluang Zul menjadi cawapres di 2024 cukup baik? Bisa jadi, toh 2024 masih cukup panjang dan bursa Capres masih seru.

Namun seandainyapun Zul tidak menjadi cawapres, hal itu bukan masalah besar. Yang pasti, kini Zulkifli Hasan bisa lebih leluasa mengarahkan PAN sesuai logika politik ketimbang persepsi ego pribadi. Dengan demikian, peluang PAN merangsek ke atas jauh lebih baik.

Jika pada siang nanti akhirnya Zul resmi mendapatkan jabatan menteri untuk PAN, sempurnalah strategi Zul dalam menyelamatkan PAN dari konflik internal dan dinamika  politik liar secara eksternal.

Baca juga :
Diroasting Kiky adalah Strategi Anies Terhebat

Pahlawan itu Politis, Suka atau Tidak Suka

Tonton :
Menjadi Wartawan, Hidup Sering Terancam

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini