Waktu Baca: 3 menit

Tidak pernah terbayangkan di benak orang awam bahwa Prabowo Subianto akan menjadi sahabat dekat dari Presiden Joko Widodo. Bagi orang awam, kedua tokoh ini adalah rival keras di dua pemilu. Bahkan saking kerasnya, Indonesia terbelah karena mereka. Namun kini mereka bersahabat dekat. Terbaru, Prabowo mendapat empat bintang penghargaan ketika perayaan kemerdekaan. Tidak hanya itu saja, kini Prabowo lebih terang terangan mengungkapkan ambisinya untuk menjadi presiden. Beda sekali ketika di 2019 Prabowo terus mengulur waktu untuk mengumumkan pencalonannya. Ada apa sebenarnya? Apakah Prabowo sudah mendapat endorsement dari Joko Widodo? Apakah Prabowo sudah yakin ia tidak memiliki saingan? Atau jangan jangan, ada langkah kuda Prabowo Subianto yang gagal kita pahami? Nah, mari kita bahas!

Gerindra Nomor Satu

Salah satu sumber anonim saya menyebut bahwa dari kacamatanya, Prabowo Subianto sebenarnya lebih mengutamakan Gerindra ketimbang rencana pencapresannya. Menurut saya, hal ini masuk akal karena Prabowo telah kalah berulangkali dalam usahanya menjadi Presiden. Pada 2004 ia kalah di konvensi capres Golkar. 2009 ia kalah bersama Megawati. Lalu 2014 dan 2019 ia kalah dari Presiden Jokowi. Dengan hasil seperti itu, tampaknya maju sebagai capres adalah langkah yang tidak strategis. Iapun menyadari hal itu. Karena itulah pada 2019 ia terus mengulur ulur waktu untuk pencalonannya.

Namun, saat itu ada masukkan dari petinggi Gerindra agar Prabowo tetap maju. Alasannya adalah coattail effect. Saat itu, meski jaraknya jauh, hanya Prabowo yang dianggap seimbang dalam melawan Jokowi. Jika Prabowo naik sebagai capres, otomatis orang yang berseberangan dengan Jokowi kemungkinan memilih Prabowo plus memilih partai yang menaunginya. Harapannya, Gerindra juga terkerek suaranya karena popularitas Prabowo sebagai capres. Hitung hitungannya, capres lawan Jokowi pasti menjadi media darling. Gerindra dianggap bisa menumpang agar namanya juga terkerek naik. Hasilnya? Perolehan suara Gerindra memang sangat baik di Pemilu 2019.

Kini muncul dugaan. Jangan jangan Prabowo naik lagi di 2024 untuk menikmati coattail effect bagi Gerindra. Kalah menang tampaknya Prabowo tidak lagi peduli. Tapi apakah benar begitu?

Tempo Pencalonan

Kalau mau jujur, keputusan Prabowo Subianto untuk mengajukan diri sebagai capres sangat tidak tepat. Masih dua tahun lagi sampai Pemilu 2024. Siapapun yang mendeklarasikan diri sekarang, atau kelihatan berambisi di hari hari ini, akan lebih mudah dikalahkan. Kenapa? Di satu sisi capres yang deklarasi hari ini bisa membangun popularitas, di lain sisi waktu bagi musuhnya untuk ‘menyerang’ dengan negative campaign dan black campaign juga semakin banyak.

Apalagi, Prabowo sudah berulangkali kalah. Artinya negative/black campaign ke Prabowo ini selalu efektif. Tema tema seperti Prabowo bersalah di insiden Mei 1998 dan dirinya diskriminatif ini terbukti menggerus suaranya. Masalahnya, hingga hari ini, Prabowo belum menemukan solusi meredam black campaign ini. Karena itulah, survey membuktikan kekalahan Prabowo seringkali bersumber dari dua titik itu.

Malahan, sejak 2014, Prabowo diserang dengan isu bahwa dirinya mendukung konservatisme Islam. Sebuah tuduhan yang sebenarnya dibuat buat karena banyak petinggi Gerindra yang non-Muslim plus adik dari Prabowo sendiri seorang Kristen.

Jadi apa yang berubah dari Prabowo di hari ini?

Langkah Kuda

Langkah Kuda Prabowo

Harus kita pahami bahwa kita sedang melihat langkah kuda Prabowo Subianto. Menurut prediksi saya, kecil kemungkinan Prabowo akan maju dalam pencapresan 2024. Lebih masuk akal jika Gerindra mengajukan calon baru yang fresh seperti Sandiaga Uno ataupun kader di luar partainya macam Erick Thohir dan Ganjar Pranowo.

Kalau begitu, kenapa hari ini Prabowo Subianto mencalonkan diri? Hal ini sebenarnya sudah pernah saya bahas dan saya meyakini bahwa kemungkinan ini sangat besar terjadi. Prabowo Subianto sedang memainkan permainan yang menjadikannya ultimate sacrifice; pengorbanan paling besar.

2024 akan terasa indah jika suara Gerindra bagus di parlemen dan memenangkan Pilpres. Caranya bagaimana? Salah satunya adalah melindungi calon asli dari Gerindra. Saya kira Gerindra cukup punya banyak kader populer dan berkualitas, tidak sulit untuk mencarinya. Namun kalau mereka ‘dikeluarkan’ sekarang, peluang mereka diserang dan dihabisi dengan negative/black campaign menjadi besar.

Karena itulah, sebaiknya mereka jangan muncul dulu. Akan ada waktunya mereka muncul. Calon calon presiden yang munculnya hari ini akan lebih mudah mendapat serangan dan tekanan. Ujung ujungnya mereka tidak akan sukses di Pilpres.

Lalu kapan waktu ideal pengumuman capres ini?

Menurut saya satu tahun sebelum Pilpres adalah waktu paling ideal. Tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. Membangun momentumnya juga tidak terlalu ngoyo dan yang pasti membuat musuh cukup kesulitan untuk membangun black/negative campaign.

Karena itulah mengutip kata Jokowi. Ojo kesusu!

Semua akan indah pada waktunya.

Bisa Gak Prabowo Maju Sendiri?

Bisa jadi! Ya bisa saja Prabowo tetap akhirnya maju capres seperti yang ia deklarasikan hari ini. Namun menurut saya, perlu ada peristiwa besar yang membuat ia memutuskan untuk maju Pilpres lagi. Tanpa momentum dan keberuntungan, Prabowo rawan dijegal lagi dengan isu lama. Kalau sudah begitu, sebaiknya langkah kuda Prabowo untuk menyiapkan calon sesungguhnya dari Gerindra adalah strategi yang jauh lebih tepat.

Baca juga :
Kala Lidah Anies Baswedan Menolong Joko Widodo

Kenyataannya, Janji Janji Anies Memang Manies Tapi Gak Jelas

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini