Siapa yang keluarganya sudah dapat BLT BBM? Soalnya, BLT BBM kabarnya sudah cair. Saya bersyukur karena pemerintah masih peduli sama rakyat kecil yang kesulitan dengan naiknya harga BBM. Namun ya ada ganjalan karena kok saya jarang menemukan Pertalite di desa. Padahal kita ini sedang butuh butuhnya.
Apalagi ya saya dengar, BBM bersubsidi, yaitu pertalite dan solar, katanya selama ini sudah salah sasaran. Yang pakai sebagian besar justru orang-orang mampu.
Baca juga : Geruduk DPRD DIY, Ojek Online Yogyakarta Protes Kenaikan BBM: Susah Mencari Nafkah Keluarga
Kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Pertalite memang banyak digunakan oleh kalangan rumah tangga, yaitu sebesar 86 persen. 14 persennya adalah kalangan dunia usaha.
Namun, dari kalangan rumah tangga, 80 persennya merupakan rumah tangga mampu, sedangkan rumah tangga kurang mampu yang menikmatinya cuma sebanyak 20 persen.
Solar Juga Sama Aja
Gimana dengan solar? Solar selama ini dinikmati oleh 89 persen dunia usaha dan 11 persen kalangan rumah tangga.
Namun, dari kalangan rumah tangga tersebut, 95 persennya merupakan kalangan rumah tangga mampu. Sisanya baru kalangan rumah tangga kurang mampu, seperti petani dan nelayan.
Dari data ini, sudah jelas kalau BBM bersubsidi salah sasaran. Duh, rasanya saya sebel lihatnya. Lalu, karena gak mau terus-terusan salah memberi subsidi, akhirnya pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM.
Baca juga : Fraksi PKS Tegas Menolak Kenaikan BBM Dengan Aksi Walk-Out Yang Emosional
Gak bisa kita bantah, kenaikan harga BBM itu ngaruh banget. Harga Pertamax naik sebesar Rp2.000, Pertalite sebesar Rp2.350, dan solar sebesar Rp1.650. Walaupun kelihatannya cuma naik sedikit, tapi lumayan kerasa lho buat orang-orang non-sultan, apalagi orang-orang kurang mampu.
Kenapa kok bisa gitu? Soalnya, naiknya harga BBM belum tentu lalu kita menikmati bertambahnya penghasilan. Belum lagi, biasanya kenaikan harga BBM akan bersamaan dengan kenaikan harga barang kebutuhan lain. Terpaksa, uang makan harus kita irit, uang jajan harus kita potong buat beli bensin. Hiks….
Tapi, tenang…. Kita bisa simpan uang jajan kita lagi karena walaupun harga BBM naik, pemerintah kasih bantuan sosial buat orang-orang kurang mampu. Apalagi, baru-baru ini Pak Jokowi minta penyaluran BLT BBM dipercepat biar daya beli masyarakat terjaga.
Pemerintah sampai keluar triliunan lho buat BLT ini. Walaupun Rp150.000 sebulan belum tentu bisa menutupi semua kebutuhan kita, tapi tindakan pemerintah ini patut kita apresiasi.
BBM Bersubsidi Salah Sasaran, Salah Siapa?
Ada yang bilang, BBM bersubsidi selama ini salah sasaran karena penggunanya tidak pemerintah batasi dengan tegas. Harusnya ada aturan berisi keterangan jenis kendaraan yang pantas menggunakan BBM bersubsidi.
Untuk alasan ini, ada juga yang memberi solusi agar ada daftar khusus yang berisi data masyarakat yang layak menggunakan BBM bersubsidi. Jadi, mereka tinggal memperlihatkan beberapa hal waktu mau beli bensin bersubsidi.
Baca juga : Sri Mulyani vs DPR : Mana Yang Benar Dalam Subsidi BBM?
Selain itu, ada pula yang bilang, BBM bersubsidi bisa salah sasaran begini karena ada perbedaan harga BBM. Contohnya, karena harga Pertamax dan Pertalite beda, orang-orang akan cenderung beli Pertalite yang lebih murah. Bahkan ada yang bilang, malaikat saja pasti akan beli Pertalite. Waduh, jokes-nya gak main-main ya….
Kedua alasan itu memang masuk akal dan mungkin saja benar. Tapi saya rasa, masih ada yang mengganjal.
Saya pikir, mau ada aturan tentang pembatasan jenis kendaraan yang bisa menggunakan BBM bersubsidi, ada daftar khusus pengguna BBM bersubsidi, atau menyamakan harga BBM, kok rasanya masih gak akan menyelesaikan masalah BBM bersubsidi yang salah sasaran.
Begini…. Saya tinggal di salah satu kota kecil di Kabupaten Magelang. Di sini, di sekitar jalan raya utama atau “kota”-nya memang adanya rumah-rumah dan toko-toko. Tapi, sebenarnya di sini masih banyak sawah kalau kalian masuk ke desanya sedikit saja.
Nah, karena saya tinggal di “kota”, saya gak lihat ada yang aneh. Walaupun gak ada mal dan gedung-gedung raksasa seperti di kota-kota besar, tapi setidaknya pom bensinnya sama. Ada Pertamax, Pertalite, dan solar. Aman, masih bisa beli bensin yang murah.
Anehnya, di daerah tempat teman saya di desa, pom bensin yang tersedia adalah Pertashop. Pertashop ini isinya cuma 1 jenis BBM, yaitu Pertamax. Saya pikir, ini fakta unik yang lucu.
Gimana gak? Jenis BBM yang pemerintah subsidi kan Pertalite dan solar. Tapi, di desa yang tersedia hanya Pertamax. Ya jelas gak tepat sasaran.
Bagi saya, penjelasan Bu Sri Mulyani di atas jadi make sense. Mungkin, inilah sebabnya rakyat kecil seperti petani yang bisa menikmati BBM bersubsidi sangat sedikit, cuma 5 persen dari 11 persen kalangan rumah tangga pengguna solar.
Masalah BBM Gak Bisa Diselesaikan dengan BLT
Perkara BBM bersubsidi salah sasaran ini harus segera dicari solusinya. Lho, kan ada BLT dari pemerintah? Gak! Menurut saya, BLT bukan solusinya.
Saya baca-baca, BLT BBM ini diberikan 4 kali sebesar Rp150.000 per bulan. Ini mungkin bisa jadi solusi jangka pendek. Tapi gimana kalau BBM gak juga turun setelah 4 bulan?
Baca juga : Subsidi BBM Adalah Ilusi Politik ‘Asal Rakyat Senang’ yang Menjerumuskan
Ya kita sih berharapnya harga BBM sudah turun sebelum 4 bulan. Tapi, kita aja belum tahu apakah harga BBM akan turun atau gak dan kapan turunnya. Ini berarti, rakyat gak bisa bergantung sama BLT BBM yang diberikan pemerintah saat ini.
Oleh karena itu, menurut saya, pemerintah masih punya PR untuk mencari solusi jangka panjang agar BBM bersubsidi gak salah sasaran lagi.