Waktu Baca: 3 menit

Setelah lima tahun, Pengabdi Setan (2017) akhirnya punya sekuelnya, yakni Pengabdi Setan 2:Communion. Setelah nonton film tersebut, netizen terbagi dua. Ada yang memuji sekuelnya, ada yang bilang sekuelnya biasa saja. Dari puluhan tahun lalu, yang namanya film horror ya gitu-gitu aja. Pasti nampilin setan yang bentuknya menyeramkan dibarengi visual effect dan musik scoring yang bikin jumpscare. Tapi saya gak akan bahas hal itu.

Ada satu hal yang sangat menarik perhatian saya dari film ini. Bukan sosok Ibu. Bukan sosok Bapak, pula juga sekte pengabdi setannya. Bahkan bukan juga akting Ratu Felisha sebagai Tari yang ciamik banget. Tapi lagu scene Rayuan Pulau Kelapa yang kerap Joko Anwar perlihatkan lewat film ini.

Apa Itu Rayuan Pulau Kelapa?

Bagi yang belum tahu, lagu berjudul Rayuan Pulau Kelapa ini selalu RRI dan TVRI gunakan sebagai lagu penanda berakhirnya siaran mereka di malam hari. Seketika, lagu tersebut bikin saya anemoia, yakni merasa nostalgia pada sebuah peristiwa yang nggak pernah saya alami sama sekali. Seolah-olah saya pernah hidup di Indonesia pada era 80an dengan segala serba-serbinya, padahal saya sendiri lahir pada tahun 1992.

Entah kenapa, saya merasa sangat sedih ketika saya mendengarkan lagu tersebut. Saya langsung teringat masa kecil saya di mana saat itu suasananya betul-betul membuat saya damai. Saat-saat dimana ujian terberat dalam hidup adalah PR matematika. Saat-saat dimana saya bisa bermain sesuka hati tanpa harus mikirin berbagai macam tagihan dan pajak yang bikin saya pusing tujuh keliling.

Di saat yang bersamaan, saya langsung teringat sosok Ayah saya yang sudah meninggal dunia dua tahun yang lalu. Saya juga teringat dengan sosok paman, bibi, sepupu, dan teman-teman saya yang sudah mendahului saya ke alam kubur. Mudah-mudahan mereka semua diampuni segala dosanya oleh Yang Maha Kuasa.

Dampak Dari Era Soeharto

Saya pikir, lagu Rayuan Pulau Kelapa adalah elemen paling super yang Joko Anwar tampilkan lewat filmnya, melebihi elemen horrornya itu sendiri. Melebihi seramnya sosok Ibu, maupun berbagai misteri yang masih belum ada titik terangnya sama sekali dari film ini yang sangat menarik untuk dibahas.

Bagi orang yang lahir dan tumbuh di masa Orde Baru seperti saya, lagu Rayuan Pulau Kelapa ini bikin saya resah sekaligus sedih. Pada masanya, lagu ini seolah-olah mengantarkan jutaan rakyat Indonesia ke alam mimpi. Pasalnya, lagu ini RRI dan TVRI gunakan sebagai penanda berakhirnya siaran. Di masa Orde Baru, ketika lagu ini diputar, artinya waktu sudah larut malam banget.

Kenapa? Ya jalanan sudah sepi, gak kayak sekarang, jam 12 malam aja masih ramai. Jalanan juga udah gelap banget karena lampu PJU gak sebagus dan sebanyak saat ini. Saat itu, jam 10 malam aja udah banyak yang tidur pulas soalnya TV udah gak bisa ditonton karena sudah tidak bersiaran lagi. Saat itu juga belum ada laptop, video game, dan juga internet yang bisa bikin kita bela-belain untuk begadang semalaman sampai kurang tidur.

Nostalgia Karena Pengabdi Setan 2

Saat lagu Rayuan Pulau Kelapa ini saya dengar di bioskop, saya langsung berpikir, “Saya rela mengorbankan segala hal yang saya miliki saat ini agar bisa kembali ke masa itu. Rasa-rasanya hidup saya jauh lebih bahagia di masa lalu meskipun dari sudut pandang ekonomi, jauh lebih sengsara daripada sekarang”

Pada film ini, perhatian saya bukan pada seramnya berbagai macam setan yang masih terus mengganggu Rini dan keluarganya. Perhatian saya juga bukan pada bagaimana Joko Anwar mengemas film horor yang gak sekadar jualan jumpscare belaka. Perhatian saya tertuju pada keberhasilan Joko Anwar mereka ulang atmosfer Indonesia tahun 80an lewat kendaraan bermotor yang berlalu lalang, siaran radio dan televisi khas Orde Baru, serta kondisi sosial, polidik dan ekonomi saat itu.

Kalau saya jadi juri Piala Citra, saya berani ngasih Piala Citra untuk kategori Penata Musik Terbaik atas kiprah film ini lewat sajian lagu Rayuan Pulau Kelapa ini! Pasalnya, lagu Rayuan Pulau Kelapa ini jauh lebih punya dampak bagi saya daripada sosok tokoh-tokoh utama film ini, termasuk setan-setan di dalamnya, dan saya yakin, jutaan orang yang sudah nonton film ini pun merasakan hal yang sama.

Penutup

Terakhir, saya ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya untuk Alm. Ismail Marzuki yang telah membuat lagu ini. Tanpa kehadiran Alm. Ismail Marzuki, Indonesia gak akan punya lagu seikonik ini yang selalu diputar lewat siaran radio dan televisi nasional miliknya yang abadi hingga akhir hayat nanti. Saya juga harus mengucapkan terima kasih pada Addie MS yang telah mengarasemen lagu tersebut jadi lebih ciamik dengan orkestranya. Saya juga harus mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk Joko Anwar yang telah berhasil recreate scene Rayuan Pulau Kelapa tersebut dalam karyanya tersebut.

Artikel ini juga terbit di wisnu93.com

Baca juga:

Terungkap Jawaban Misteri Herosase di Pengabdi Setan!

Sesnsasi Berkunjung ke ‘Rumah Ibu’ Pengabdi Setan di Pangalengan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini