Begini, mungkin banyak yang heran. Kok kemenangan Anies Baswedan ditentukan oleh Puan Maharani? Apa hubungannya? Erat sekali! Jujur kalau pemilihan presiden dilakukan hari ini, kemungkinan besar Anies Baswedan kalah. Iya, walau elektabilitas lumayan, tapi Anies punya banyak kelemahan. Jujur, sulit Anies Baswedan Menang pemilihan presiden. Nah, kecuali kalau lawannya yang sebenarnya unggul jauh nih..(atau cukup memimpin), membuat banyak kesalahan. Kesalahan seperti apa?
Salah satu kesalahannya ya memaksakan diri. Menurut pengamat politik Yunanto Widjaja, lawan sepadan Anies Baswedan adalah Gubernur Jawa Tengah dan sosialita media sosial, Ganjar Pranowo. Pendapat Yunanto juga bukan ramalan cenayang. Wong elektabilitas Ganjar memang tinggi.
Menjadi aneh ketika elektabilitas Ganjar tinggi, tapi PDIP malah sibuk mendorong nama Puan Maharani. Dapat kita lihat bahwa Puan Maharani terus rajin melakukan safari politik kemana mana dengan tujuan yang gak mungkin cuma bersilaturahmi semata. Karena itulah, menilik keadaan ini, dapat saya sebut Anies Baswedan menang pemilihan presiden (misal terjadi), ya karena Puan Maharani.
Baca juga : Mencoba Berfantasi Menjadi DPR dan Memahami Perayaan Ulang Tahun Puan Maharani
Lha iya, wong sebenarnya kalau pragmatis mendorong nama Ganjar, PDIP bisa tenang. Tapi dengan sibuk mempermak sosok Puan, Anies Baswedan seolah mendapat voor. Kalau PDIP tidak hati hati, ya malah Anies yang menang pemilihan presiden!
Seru kan?
Ribut Ribut Internal
Anies Baswedan memang diuntungkan. Ia sebenarnya punya pekerjaan rumah besar. Seperti yang sering saya sebut, citra Anies melekat sebagai tokoh perwakilan Islam konservatif. Posisinya sangat kanan. Padahal, untuk memenangkan Pilpres, Anies harus bisa merangkul tokoh tokoh swing voters di tengah.
Jelang habisnya masa jabatan yang ia emban, ia terus menerus menunjukkan sisi nasionalismenya. Yang terbaru, ia bergabung dengan Pemuda Pancasila. Bukan sebagai anggota kehormatan, ia benar benar menjadi anggota. Ada dua pesan yang mau ia sampaikan menurut hemat saya. Yang pertama, ia mau menyapa lapisan masyarakat sampai akar akarnya. Yang kedua, ia ingin menegaskan bahwa ia seorang Pancasilais dan tak melulu mewakili kubu Islam yang sangat religius.
Baca juga : Benarkah Anies Baswedan Menunggangi Gerakan 212?
Nah, saat dia bekerja keras untuk membuat namanya diterima di semua kalangan. Kubu ‘yang sebelah’ malah mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak perlu: mendorong nama Puan Maharani.
Menilik polarisasi yang terjadi, seharusnya PDIP mengajukan nama Ganjar Pranowo dan berusaha agar nama Ganjar ini bisa diterima di kalangan Islam. Sebab, jika nama Anies perlu mendekatkan diri pada karakter karakter nasionalis, nama Ganjar harus mendekat ke kubu Islam. Sebab, tak bisa kita pungkiri, sejak kasus Pilkada DKI 2017, pandangan miring beberapa kalangan Muslim pada rezim saat ini cukup tinggi. Karena itulah, harus ada inisiatif untuk meredamnya.
Tapi ya itu tadi, ketika harusnya fokus memperbaiki citra di kalangan Muslim. Yang terjadi malah ribut-ribut internal yang kelihatan sekali di publik.
Anies mendapat keuntungan.
Koalisi
Pekerjaan rumah Anies tinggal menyusun koalisi yang kuat. Saat ini setidaknya ada tiga partai yang tertarik mengusung Anies Baswedan. Tiga partai itu adalah Partai Nasdem, Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera. Secara angka, sudah cukup memenuhi. Tapi mesin partai ini tidak cukup kuat untuk memenangkan Anies Baswedan.
Nah, kecuali, pada akhirnya PDIP tetap ngotot mengusung Puan Maharani. Kemungkinan besar, partai partai yang lekat di pemerintahan seperti Golkar akan berpikir logis dan memilih merapat ke Anies Baswedan.
Dengan demikian benar prediksi saya: Anies Baswedan menang ya karena Mbak Puan.