Waktu Baca: 3 menit

Ketika mendengar cuan berlimpah bisnis asuransi, rasa rasanya cukup aneh kalau mendengar bisnis asuransi ambruk. Tapi kenyataannya sudah banyak bisnis asuransi ambruk. Beberapa merek asuransi sudah pailit, misalnya saja AIG, Jiwasraya dan Bumiputera. Bangkrutnya usaha asuransi ini tak lepas dari model usaha asuransi yang high-risk dan memberikan janji janji yang tidak masuk akal bagi konsumen.

Misalnya saja kita lihat janji asuransi unit-link. Ini adalah salah satu jenis asuransi yang menurut saya cukup jauh dari ekspetasi. Banyak orang mengira unit-link memberikan kemudahan karena investasi sekaligus mendapat asuransi. Padahal, konsepnya tidak seperti itu. Benar ada uang yang diinvestasikan di unit link, tapi unit link bukanlah sebuah bentuk investasi. Karena, keuntungannya ya sering terpakai untuk premi asuransi. Akibatnya, orang yang terlanjur berharap uang kembali dari unit link merasa tertipu, kalau sudah begitu, emosilah mereka. Itu wajar saja.

Red Tape Insurance

Kemarin sudah kita bahas soal asuransi jenis ini. Kebanyakan asuransi di Indonesia masih seperti ini, klaimnya sulit dengan metode reimburse. Buat saya ini membuat kepercayaan pada bisnis asuransi menurun. Saya pernah melihat di Bangkok betapa mudahnya klaim asuransi. Saat itu teman saya sering sekali masuk ke rumah sakit. Tapi ketika ke rumah sakit, kita tidak perlu membayar, cukup membawa kartu asuransi, kita serahkan ke pihak rumah sakit, selesailah sudah. Apakah kita melakukan itu di Indonesia? Rasa rasanya ada di Indonesia, tapi belum banyak.

Baca juga : Untung Gede Bisnis Asuransi, Awas Red Tape Insurance!

Masalahnya, dengan banyaknya model asuransi yang susah klaim, bisa jadi ini menurunkan kepercayaan konsumen pada asuransi di Indonesia. Mereka merasa tidak mendapatkan manfaat dan beralih ke model pembayaran pribadi saja kalau misalnya sampai terkena penyakit tertentu. Makin remuklah potensi bisnis asuransi di Indonesia.

BPJS

Gong kematian bisnis asuransi bisa terjadi kalau BPJS diperkuat. Asuransi dari negara ini kalau memang berhasil mengcover hampir segala jenis rawat jalan dan penyakit penyakit umum, bisa membuat asuransi model swasta kalah. Kalau menurut saya, iuran BPJS lebih baik ditambah tapi manfaatnya juga diperbaiki. Ini malah lebih penting dan masyarakat juga merasa aman.

Baca juga : Penipuan Keuangan Tidak Akan Pernah Hilang

Efek buruknya? Ya untuk asuransi swasta akan semakin kesulitan menjual produknya. Mereka juga semakin ketat dalam menyusun polis. Mungkin takkan lagi kita dengar ada agen asuransi penghasilannya 1 Milyar Rupiah Per bulan. Tapi buat saya sejujurnya ini bagus untuk mengembalikan fungsi bisnis asuransi sebagai bisnis helper dalam keamanan masyarakat dan bukannya jadi sumber cuan.

Masalahnya, kalau asuransi itu berfokus pada cuan, asuransi malah menjadi bisnis money game. Padahal kan bukan itu tujuannya bisnis asuransi secara umum. Cari untung, iya, tapi bukan dengan jalan money game pastinya.

Nah, balik lagi ke pembahasan apakah bisnis asuransi bangkrut itu memungkinkan? Ya mungkin saja. Syaratnya, BPJS diperbaiki. Klaimnya dipermudah, iurannya ditambah (no problem) dan fasilitasnya mengalami improvisasi. Ini jelas akan membuat bisnis asuransi dan agen asuransi yang ‘menyombongkan’ penghasilan Milyaran Rupiah ketar ketir.

Harapan Bisnis Asuransi

Memang agak gak bener juga pandangan saya soal bisnis asuransi. Tapi, buat saya, agen asuransi yang kelewat kaya menunjukkan masalah bisnis asuransi di Indonesia. Enggak sehat dong kalau ada orang berduit di atas kekhwatiran dan penderitaan orang lain. Negara harus hadir dan menertibkan regulasi bagaimana profit dan standar minimum pelayanan perusahaan asuransi harus diatur sedemikian rupa.

Baca juga : Suku Bunga Acuan BI Meningkat, Apa yang akan Terjadi?

Tidak salah juga untuk pelayanan dasar asuransi negara ‘membunuh’ bisnis asuransi dengan BPJS. Rakyat toh memang membutuhkan agar mereka mendapatkan rasa aman dan tidak cuma jadi obyek dalam perputaran uang bisnis asuransi. Ini juga peringatan dan motivasi bagi bisnis asuransi agar meningkatkan pelayanan dan tidak cuma beriklan bombastis.

Lalu dimana asuransi swasta bisa bermain? Menurut saya, asuransi swasta sebaiknya lebih fokus pada paket penyakit penyakit kritis. Sebabnya, penyakit kritis di Indonesia masih menjadi masalah banyak orang dan membahayakan kondisi ekonomi bagi pihak yang mengalami penyakit kritis. Inilah lubang yang bisa diisi asuransi swasta.

Yang pasti, pada akhirnya, kalau tidak mau bisnis asuransi bangkrut, maka asuransi asuransi swasta perlu berhenti mengglorifikasi keuntungan di bisnis asuransi yang sebenarnya tidak pantas dan tidak sopan karena mengais keuntungan dari kesulitan dan rasa takut orang.

Gambar oleh : Karolina Grabowska

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini