Beberapa waktu lalu kita melihat postingan Tik Tok yang menggambarkan betapa menggiurkannya bisnis asuransi. Katanya, kita bisa mendapatkan penghasilan minimal 600 juta Rupiah. Melihat hal ini, banyak yang tergiur dan juga skeptis. Saya termasuk yang skeptis. Beberapa artikel sudah membahas bahwa pemasukkan agen asuransi itu sekitar 5 juta sampai 20 juta per orang. Kalau ada yang sampai 600 jutaan, saya yakin itu sudah team leader atau kebetulan dia mendapat tender perusahaan. Karena logikanya, kalau kamu sendirian di bisnis asuransi, kamu ada keterbatasan tenaga dan waktu, sulit mendapatkan uang 600 juta Rupiah itu sendirian. Mungkin bisa, tapi jangan jangan yang kamu jual itu Red Tape Insurance. Apa maksudnya?
Definisi
Red Tape ini awalnya dari tahun 1736 walaupun Red Tape itu sudah eksis dari tahun 1690an. Asalnya dari Inggris. Biasanya, pengikat berwarna merah ini digunakan untuk mengikat dokumen dokumen penting yang jumlahnya banyak. Nah, lama lama Red Tape ini menjadi sindiran bagi negara atau organisasi yang meminta terlalu banyak dokumen untuk menyelesaikan sesuatu.
Baca juga : Dilema Pebisnis Indonesia
Jadi jelas, Red Tape Insurance adalah asuransi yang dengan sengaja mempersulit pencairan polis dengan alasan segudang dokumen. Red Tape ini memang tidak melanggar hukum, tapi mereka membuat pemilik polis malas untuk mencairkan dana mereka. Mereka juga berusaha menolak klaim.
Biasanya, asuransi yang memberi bonus terlalu besar untuk agennya, kemungkinan besar adalah agen agen asuransi nakal ini. Ya kalau klaimnya gampang, bagaimana asuransi bisa menangguk keuntungan yang sangat besar untuk agen agennya? Tidak masuk akal!
Baca juga : Investasi di Reksadana, Pilihan Terbaik Bagi Pemula
Kalau misalnya ada yang beralasan bahwa perusahaan asuransi memiliki underwriter jempolan dan atau pintar menginvestasikan uang, saya kira ini terlalu berlebihan. Bukan bermaksud meremehkan, sejago jagonya orang yang pintar berinvestasi, mendapat keuntungan di atas 10 persen secara konsisten itu terlalu berlebihan dan tidak realistis.
Jangan Tertipu
Menurut saya, tidak semua orang cocok menjadi agen asuransi. Kalau melihat enak enaknya saja, ya agen asuransi ini menjanjikan uang dalam jumlah menggiurkan. Namun harus diingat bahwa banyak agen asuransi yang makmur, tapi pelayanan post-servicenya sangat buruk. Pemilik polis kesulitan mengajukan klaim dan tidak mendapatkan manfaat.
Kalau kamu hanya mengejar number sebagai agen asuransi, mungkin kamu bisa menjadi kaya tapi hanya untuk waktu sebentar saja. Selebihnya citramu akan memburuk dan kamu akan kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau bisnis lain. Ini mirip dengan efek buruk MLM. Di MLM kamu bisa mendapatkan uang cepat, tapi kemudian kamu mengorbankan citra dan kepercayaan orang padamu. Komunitasmu terbatas hanya pada orang orang yang mencari uang panas atau money game.
Baca juga : Investasi Tanah Apakah Oke Buat Kita Lakuin?
Jadi jangan hanya diliat dari keuntungan di sisi Number, melainkan ada pada sisi lain juga.
Iya, cuan memang mengasykan, tapi sustainability juga penting.
Pemasukkan Agen Asuransi Yang Besar Itu Perlu Di’cek’ Lagi
Bagi saya, pemasukkan agen asuransi yang terlampau besar itu perlu mendapat audit lagi oleh OJK. Ini benar gak prosesnya? Jangan jangan ada investasi yang terlalu beresiko. Kalau terlalu beresiko bahkan ilegal, maka yang rugi adalah nasabah. Padahal banyak nasabah yang ‘mempertaruhkan’ uang mereka di asuransi asuransi pilihan mereka. Kalau sampai asuransi ini pailit atau gagal bayar, bisa kita bayangkan banyaknya kerugian yang terjadi.
Kerugian yang ada tidak hanya soal uang tapi juga kepercayaan pada bisnis asuransi itu sendiri. Kalau sudah begini, bukankah pemerintah harus intervensi agar tercipta lingkungan bisnis dan investasi yang baik.
[…] Untung Gede Bisnis Asuransi, Awas Red Tape Insurance! […]