Mau jujur? Peluang Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meninggalkan PDIP kini cukup besar. Pasalnya tanda tandanya sudah mulai terlihat. Ganjar sudah memberi pernyataan siap maju Pemilihan Presiden mendahului restu Megawati Soekarnoputri. Kemudian bahasa Jokowi yang meminta agar Koalisi Indonesia Bersatu segera mengumumkan calon presidennya adalah bahasa halus Jokowi meminta nama Ganjar Pranowo segera ‘diresmikan’. Jika memang akhirnya Ganjar Pranowo meninggalkan PDIP, ini akan menjadi akhir episode memilukan dari Ganjar Pranowo vs PDIP.
Yang jelas rugi adalah PDIP. Sebab, secara survey, Ganjar Pranowo berada di pole position dan kalau ia maju hari ini atau bahkan setahun ke depan, Ganjar Pranowo akan memenangkan pemilihan presiden. Pasangan terdekatnya Anies Baswedan masih berusaha meyakinkan kaum nasional bahwa ia tidak se-kadrun itu. Tapi Ganjar secara overall disukai pendukung Jokowi dan sosoknya bisa masuk dalam berbagai kalangan seperti nasionalis, umat agama lain dan juga kaum Islam Nahyidin maupun yang lebih tradisional-konservatif.
Ironis memang, akhir pahit Ganjar Pranowo vs PDIP sebenarnya tak perlu terjadi andaikan ada kedewesaan politik di tubuh PDIP. Bagaimanapun suara Puan Maharani terlalu jauh dari Ganjar Pranowo. Untuk menandingkan saja sebenarnya sudah tidak perlu lagi. Tapi inilah mungkin yang menjadi masalah di PDIP; sebuah partai yang secara tradisional kuat, namun masih terkungkung budaya oligarki.
Ini juga yang menjadi sumber konflik antara Nasdem dan PDIP karena banyak barisan sakit hati PDIP yang pindah kapal ke Nasdem. Ujungnya, Nasdem kini lebih memilih Anies Baswedan.
KIB feat. Ganjar Pranowo
Mari kita berandai andai, jika Ganjar Pranowo vs PDIP berakhir pahit dan Ganjar kemudian bergabung dengan KIB, apa yang akan terjadi?
Kalau mau jujur, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) adalah koalisi yang cukup seimbang. Ada sosok yang lengkap di sana yaitu Nasionalis (Golkar), NU (PPP) dan Muhammadiyah (PAN). Sebenarnya koalisi ini cukup kuat untuk memenangkan Ganjar. Tahun 2004, kendaraan politik SBY-JK malah jauh lebih buruk. Koalisi yang ini jauh lebih mendingan.
Kunci memenangkan Ganjar Pranowo kini tinggal ‘pasukan tambahan’. Besar kemungkinan kedekatan Jokowi dan para tokoh KIB dengan Prabowo Subianto membuat mereka memutuskan untuk bergabung dengan koalisi tetangga yaitu Gerindra dan PKB.
Kalau sudah begini, PDIP ditinggal sendirian. Mereka akan mencoba menang dengan mengandalkan diri sendiri lewat calon yang kurang potensial dibandingkan Ganjar. Ujung ujungnya bisa berakhir menjadi penggembira saja. Tapi itu kan pilihan hidup juga.
Lalu apakah Prabowo akan menjadi calon wakil presiden Ganjar Pranowo? Saya kira tidak. Dalam sejarah hanya Wiranto yang turun jabatan dari calon presiden menjadi calon wakil presiden.
Baca juga : Ganjar Manut PDIP Mawut?
Prabowo kemungkinan besar tidak akan menjadi cawapres. Malah sebaliknya Prabowo akan ngalah karena Ganjar Pranowo lebih membutuhkan sosok Islami sebagai pendampingnya. Prabowo kemungkinan akan mendapatkan posisi tertingginya sebagai menteri yaitu Menkopolhukkam.
Skenario Ganjar Pranowo vs PDIP Yang Berakhir Happy Ending
Meski arahnya agak mengkhawatirkan, konflik Ganjar Pranowo vs PDIP ini masih memiliki peluang Happy Ending. Syaratnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menjadi pemecah dead lock. Sabda ibu sangat ditunggu.
Seandainya akhirnya PDIP akhirnya mengusung Ganjar Pranowo maka peluang terciptanya koalisi raksasa sangat terbuka. Calon wakil presiden yang mungkin dipilih menjadi orang yang benar benar di luar sistem dan diterima semua kalangan. Persyaratannya dia Islami, Nasionalis dan mampu menyokong Ganjar Pranowo dalam masalah ekonomi terutama ekonomi keumatan yang membutuhkan perhatian lebih karena ekonomi model Islam bisa menjadi solusi dalam menghadapi resesi.
Baca juga : Elektabilitas Puan Mulai Naik, Jadi Lawan Atau Pasangan Ganjar Pranowo?
Kemungkinan lainnya, sosok ini juga akan mewakili sosok non-Jawa dan dia adalah seorang akademisi. Siapa dia? Patut ditunggu.
Kalau Puan Maharani bagaimana? Rasa rasanya koalisi besar tidak akan mau menyokong capres dan cawapres yang berasal dari satu partai kecuali dalam kondisi terdesak.
Tapi ya kembali lagi, apa yang saya analisa tadi mengandaikan Ganjar Pranowo berbaikan dengan PDIP.
Kesimpulan
Dinamika Pilpres 2024 jauh dari kata membosankan. Rasa rasanya skenario dua calon masih mungkin terjadi. Tapi tak menutup kemungkinan bahwa Pilpres akan diikuti tiga calon. Jujur saja, dari sudut pandang saya, semakin banyak kandidat semakin baik karena masyarakat memiliki lebih banyak pilihan.