Waktu Baca: 4 menit

Daud melawan Goliath, atau dalam versi bahasa Inggrisnya adalah David vs Goliath, sebuah duel bak Avengers melawan Thanos yang luar biasa kuat. Tuhan membantu Daud saat itu, setidaknya itulah yang tertulis dalam kitab. Tanpa Tuhan mungkin Daud hanyalah remah-remah di depan raksasa bertubuh 2 meter itu. Daud bagai sebuah waffle yang dihancurkan oleh gigitan seekor anjing. Hanya satu kali kunyahan Daud sudah berserakan di mulut sang cucu serigala.

Namun, bagaimana jadinya bila kenyataannya kemenangan Daud atas Goliath bukanlah sebuah keajaiban dari Tuhan? Berbeda seperti yang tertulis dan sudah terbiasa kita baca sekarang. Sayangnya, kenyataannya, kemenangan Daud atas Goliath bukanlah keajaiban dari Tuhan yang tiba-tiba datang di Lembah Tarbatin.

Daud Adalah Musuh Alami Goliath dalam Strategi Perang Kuno

Dalam perang jaman dahulu, terutama ketika masa Filistin dan Israel berseteru terdapat 3 pasukan yang biasa terjun dalam medang perang. Pertama, Infanteri, yaitu pasukan berjalan yang biasanya menggunakan baju yang berat. Kedua, para Kavaleri yang memiliki mobilitas tinggi dan biasanya menunggang hewan seperti kuda. Ketiga adalah artileri, para jagoan serangan jarak jauh nan cepat.

Ketiga pasukan ini bak gunting-batu-kertas, mereka saling kuat dan saling lemah di saat yang bersamaan bagai gunting yang mengalahkan kertas, kertas mengalahkan batu dan batu membuat gunting nggak berdaya. Infanteri akan dengan mudah dihancurkan oleh serangan cepat artileri, artileri memiliki kelemahan jika berhadapan dengan kavaleri yang bergerak cepat yang membuat para artileri kesulitan membidik namun para kavaleri dengan mudah dihancurkan oleh tombak-tombak para infanteri.

Jika melihat cerita Daud dan Goliath, ada sebuah pola yang kita lihat. Goliath adalah seorang infanteri, dia bertarung dengan pedang, dan lembing, dia juga menggunakan baju zirah layaknya seorang infanteri. Goliath juga memiliki ciri khas seorang infateri, lambat akibat beratnya baju yang dia kenakan. Apa yang tertulis menyebutkan berat baju zirah sang raksasa Filistin adalah 5000 syikal tembaga atau 50 kg lebih beratnya.

Sementara itu sang gembala adalah seorang artileri. Dia menggunakan batu sebagai senjatanya, dia adalah musuh alami Goliath sang infanteri. Serangannya cepat dan mobilitasnya jauh lebih baik daripada Goliath, bukan sesuatu hal yang mengejutkan bila Daud menang. Dia adalah musuh alami dari Goliath. Dia adalah artileri yang mengalahkan infanteri.

Baca juga: Kematian Shireen Abu Akleeh Dan Hukum Perang

Kecerdasan Sang Gembalalah Menumbangkan Gagahnya Sang Raksasa

Pada awalnya Saul memberikan baju zirahnya kepada Daud untuk melawan Goliath. Harapannya dengan baju zirah itu Daud setidaknya bisa sedikit mendekati level Goliath yang gagah perkasa.

Daud memang mencobanya. Dia mengenakan apa yang Saul berikan kepadanya. Tapi, karena dia merasa susah bergerak, Daud melepaskannya. Dia lebih memilih menggunakan batu-batu dari dasar sungai sebagai pengganti pedang yang dia lepaskan. Daud, karena cerdas, dia benar tahu bagaimana cara menghadapi Goliath.

Melihat Daud, Goliath menjadi seperti netizen kita, tersinggung. Dia merasa seperti dihina seperti anjing dengan tongkat gembala yang Daud bawa.

Berada di atas angin, Goliath dengan langkahnya yang seperti infanteri pada umumnya mendekati Daud sang artileri gesit. Daud memahami ini, dia mementingkan kecepatan daripada bertarung layaknya infanteri vs infanteri yang jelas akan bikin dia sendiri kalah dan merugikan bangsanya.

Daud memanfaatkan kelebihannya sebagai musuh alami Goliath, dia cepat, dia berpindah posisi, mengambil batu dan memutar umbannya. Umban ini adalah sejenis alat perang pada zamannya. Umban akan diputar untuk menghasilkan kecepatan serang yang tinggi lewat batu yang dia lempar, jika kamu pernah memainkan Stronghold Crusader kamu bakalan tahu umban seperti apa.

Pada dokumen-dokumen perang, umban ini memiliki kecepatan yang sangat tinggi, penggunanya juga terlatih untuk mengenai sasaran dengan tepat. Kecepatan umban bisa mencapai 90 km/jam dengan jarak 175 meter. Maka dari itu semakin dekat, semakin fatal juga jika terkena umban. Sama seperti nasib Goliath, umban bisa menghancurkan tengkorak siapapun yang terkena batu lemparannya.

Di sini benar-benar terlihat kecerdasan dari Daud. Dia memahami strategi perang bahwa baju zirah dan senjata yang berat milik Goliath akan membuat gerakan Goliath melambat. Secara otomatis, Goliath memiliki respon yang sangat lambat jika Daud menyerang. Daud memahami bahwa Goliath adalah infanteri yang cocok untuk dikalahkan olehnya, seorang artileri.

Daud menang karena cerdas. Jika Daud memutuskan seperti Saul, infanteri vs infateri, maka nama Daud nggak akan kita temui di kitab suci.

Baca juga: Stanislav Petrov: Ketika Kemampuan Berpikir Bisa Menyelamatkan Dunia

Lalu Apakah Kemenangan Daud atas Goliath Bukan Andil Tuhan? Kemenangan Daud Atas Goliath Bukan Karena Keajaiban Tuhan?

Daud saat itu berkata bahwa dia datang bersama Tuhan buat melawan Goliath. Apakah Tuhan benar-benar di sana membuat keajaiban? Apa Tuhan memang ada bersama Daud? Jawabannya iya, tapi nggak seperti yang kita bayangkan bahwa Tuhan datang untuk mencipta keajaiban begitu saja.

Tuhan datang bersama Daud bukan lewat keajaiban, tapi melalui apa yang ada di dalam kepala dan dada Daud yaitu keberanian dan kecerdasan, kemantapan dan kecerdikan. Tuhan bersama Daud lewat isi kepala Daud dan keteguhan hatinya bukan lewat keajaiban yang tiba-tiba datang di Lembah Tarbatin.

Daud, punya anugrah yang sama seperti kita, anugrah yang sama-sama Tuhan kasih ke kita, yaitu otak untuk berpikir dan hati untuk merasa. Namun, Daud berbeda dengan kita. Daud menggunakan pemberian Tuhan dengan maksimal sedangkan kita adalah Saul dan prajurit Israel lainnya yang rontok hatinya dan kurang dalam kecerdikan.

Cerita Daud adalah gambaran bahwa sebenarnya Tuhan bekerja lewat seluruh sistem tubuh kita. Lewat tangan, kaki, otak dan hati (rasa). Cerita Daud ini sebenarnya seperti cambukan untuk kita yang dikit-dikit berharap sebuah keajaiban, sebuah mukjizat yang datang begitu saja padahal Tuhan sendiri sudah mempercayai kita otak dan hati untuk melangkah secara mandiri, mencari solusi, cerdik dan punya kemantapan seperti Daud.

Sayang, kita sering kalah oleh Goliath yang terkesan besar dan raksasa karena kita bukan Daud yang menyadari seluruh hal yang Tuhan kasih termasuk logika dan rasa itu tadi. Kita hanya duduk dan berdoa tapi melupakan pemberian Tuhan yang nyata.

Daud sama dengan kita. Namun yang berbeda, dia tahu Tuhan ada bersamanya lewat isi hati dan pikirannya sedangkan kita tidak.

Memutuskan untuk menjadi seperti Daud apakah mustahil? Semua hanya perlu sebuah kesadaran. Jika kita nggak sadar, maka kita akan dihajar habis-habisan oleh Goliath.

Baca juga: Kontroversi Gelar Santa Bunda Teresa: Bunda di antara Tuhan dan Mafia

Sumber gambar: mrpatvincent.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini