Waktu Baca: 3 menit

Argentina muncul sebagai jawara Piala Dunia edisi 2022. Messi dan koleganya sukses menekuk Perancis lewat adu pinalti setelah menjalani pertandingan sengit selama 120 menit. Dalam laga ini tim asuhan Lionel Scaloni benar-benar menjalani final yang sangat berat. Dua kali tim Tango unggul, dua kali pula Perancis menyamakan kedudukan lewat Kylian Mbappe. Pada tulisan ini, saya akan membedah dan memberikan analisis kemenangan Argentina di final Piala Dunia 2022 yang sebenarnya sudah terendus sejak awal laga.

Pemilihan Marking yang Tepat

Pada laga ini Argentina menggunakan cara marking yang berbeda dengan tim asuhan Didier Deschamps. Mereka memilih untuk melakukan man marking dan double marking untuk memutus aliran bola Perancis ke sepertiga akhir mereka. Cara ini sangat sukses pada 80 menit awal laga. Perancis tidak bisa mengalirkan bola ke sisi kiri mereka karena Kylian Mbappe dan Theo Hernandez dijaga dengan ketat.

Pemilihan metode bertahan yang tepat inilah yang bukan hanya bikin Perancis keteteran dalam membangun serangan, sosok Olivier Giroud yang seharusnya menjadi pembeda dalam laga ini pun juga nggak berkutik. Pria yang kini membela I Rossonerri ini adalah tipikal striker murni yang butuh supply bola dari lini kedua. Sayangnya, Giroud nggak mendapatkan ini akibat permainan Argentina yang mengandalkan man marking dan pressing cepat.

Hal ini terlihat dari statistik Argentina pada laga final kali ini. Mereka melakukan total 20 kali clereances dan 10 kali intersep pada laga ini. Dalam statistik yang saya kutip dari Sofascorepemain Argentina mendominasi statistik pertahanan dengan Nicola Tagliafico sebagai pemain yang paling banyak melakukan intersep, 9 kali Romero melakukan clearances dan pemain muda terbaik pada gelaran ini, Enzo Fernandez, mencatatkan 10 kali tackles. Pada laga ini pula, Enzo menjadi pemain dengan kemenangan duel di lapangan terbanyak. Praktis dalam statistik pertahanan, Perancis hanya mampu memenangi duel udara saja lewat permainan dari pemain pengganti, Kolo Muani.

Pada statistik inilah dapat kita lihat bahwa memang Argentina memiliki kelemahan pada duel-duel udara. Jika saja mereka salah dalam pemilihan cara bertahan, nama Olivier Giroud benar-benar akan menjadi sebuah ancaman. Hal ini terlihat dari peluang-peluang yang bisa berbuah gol milik Perancis berkali-kali dari bola-bola lambung. Pasukan Scaloni sukses meredam kelemahan mereka dengan kelebihan mereka dalam aspek bertahan lainnya.

Statistik ini memperlihatkan bahwa permainan marking Argentina sukses meredam Perancis, setidaknya pada sampai Angel di Maria ditarik ke luar lapangan.

Baca juga: Giroud Menjadi Top Scorer Perancis di Masa Tua Mengalahkan Henry, Kok Bisa?

Bermain 4 – 3 – 3 Namun Berbeda Pada Pengaplikasiannya

Argentina bermain dengan formasi 4 – 3 – 3 di atas kertas. Namun pada saat pertandingan tim asuhan Scaloni menerapkan formasi yang berbeda. Dalam beberapa kali kesempatan, terutama saat Angel di Maria masih bermain di lapangan, nampak formasi Argentina bergeser ke 3 – 3 – 4 bahkan beberapa kali menyerang dengan 5 pemain dan meninggalkan duet Otamendi – Romero di belakang untuk menemani Emiliano Martinez.

Dalam formasi ini, Scaloni lebih memilih seorang Di Maria di sisi kiri, menemani Messi dan Julian Alvarez yang berada di posisi kanan dan tengah lini serang Argentina. Pemilihan ini sukses besar di mana aliran-aliran bola cepat dari sisi sayap selalu sukses mengeliminasi zone marking yang Perancis terapkan.

Serangan cepat nan berbahaya terutama dari sisi sayap sering membuat Perancis mengalami disorganisasi pertahanan. Perancis nampak tidak siap menghadapi serangan-serangan cepat dari sisi Di Maria yang memang bermain sangat baik pada laga ini. Berbeda dari Mac Allister yang sering ke tengah, pemilihan Di Maria sebagai starter jelas memperlihatkan bahwa Argentina ingin bermain di sisi sayap.

Beruntungnya mereka, pada laga ini, Kounde bermain sangat buruk. Kounde sering telat merespon, gagal melakukan intersep hingga sering salah dalam melakukan passing. Kounde yang berada di sisi kanan pertahanan Perancis benar-benar menjadi sasaran empuk Angel di Maria dengan pola serangan yang berasal dari sisi sayap.

Baca juga: Kontroversi Kemenangan Messi di Ballon d’Or

Bisa Menyelesaikan Laga Lebih Awal

Berada di atas angin, Scaloni menarik Angel Di Maria dan menggantikannya dengan Acuna. Niat hati ingin bermain lebih bertahan untuk menjaga keunggulan 2 – 0, masuknya Acuna justru membuat Argentina kesulitan.

Seakan membuktikkan bahwa ucapan Johan Cruyff benar adanya bahwa pertahanan terbaik adalah menyerang, Argentina lebih nyaman bermain dan lebih susah ditembus ketika menggunakan gaya bermain menyerang bersama si malaikat, Di Maria.

Acuna yang nggak memiliki kreativitas seperti Di Maria yang akan merepotkan pertahanan Prancis dan membuat sibuk Perancis justru malah sering kehilangan bola. Masih mengambil dari Sofascore, Acuna 15 kali kehilangan possesion dan hanya bisa melakukan 2 umpan kunci. Sementara itu, Di Maria yang notabene bukan pemain bertahan hanya kehilangan possesion 10 kali dan melepaskan 3 umpan kunci dan mencetak 1 gol.

Jika saja Scaloni tidak buru-buru mengganti Di Maria, bukan hal yang mustahil kalau Argentina bisa menjuarai Piala Dunia 2022 hanya lewat waktu normal.

Selain itu, PR besar yang menanti Argentina untuk menjalani laga-laga berikutnya terlihat dari pemain mereka yang rentan kelelahan jika menggunakan metode man marking dan highpress seperti laga tadi. Scaloni perlu menemukan formula yang tepat untuk menjaga kebugaran pemainnya terutama jika mereka berkali-kali harus menjalani laga lebih dari waktu normal.

Baca juga: Kenapa Sofyan Amrabat Gacor di Piala Dunia?

Penutup

Messi kini menasbihkan diri sebagai G.O.A.T yang sesungguhnya. Dia sudah berhasil menunjukkan bahwa permainannya bukan cuma moncer di klub, tapi juga di Timnas.

Namun, jika menyebutkan pemain terbaik pada laga ini, nama Emiliano Martinez yang seharusnya menjadi M.O.T.M. Tanpa kiper Aston Villa ini, bisa saja Kolo Muani memupuskan harapan La Pulga dan Timnas Argentina. Kredit yang luar biasa kepada sang penjaga gawang Argentina bernomor punggung 23 ini.

Congratz, Leo Messi dan Argentina yang muncul sebagai negara dengan tim sepak bola terkuat di dunia.

Sumber gambar: @afaseleccion

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini