Waktu Baca: 4 menit

Miskin, kalian pasti takut sama hal ini kan? Jujur saja, aku juga takut dengan hal yang satu ini. Mana ada orang mau dengan sukarela hidup miskin? Kecuali kalau kamu menganut kaul kemiskinan yang sebenarnya adalah hidup sangat sederhana, mungkin beda lagi ceritanya. Ketakutan kita makin parah lagi waktu para influencer-influencer ngomongin betapa kacaunya tahun 2023 besok. Banyak yang bilang kalau tahun 2023 kita akan jatuh miskin. Menakutkan? Jelasss… Tapi apakah bakalan benar demikian?

Ngomongin Soal Resesi

Nggak sedikit yang menitik beratkan alasan kemungkinan kita akan jatuh miskin pada tahun 2023 adalah karena munculnya resesi. Bisa dibilang jelas resesi ini akan mempengaruhi kita. Sebut saja kaya inflasi sekarang yang mulai berada di angka 7-an persen. Sebut saya saat kita makan nasi telur biasanya kita habis 7 ribu, maka karena inflasi harganya naik ke 7.500 atau 8.000. Kita kalikan aja selama satu bulan, tadinya kita habis 210 ribu buat makan nasi telur, sekarang jadi 240 ribu. Uang sebesar 30 ribu kita jadi korban akibat inflasi yang merupakan efek dari resesi.

Amerika Serikat pun, yang merupakan negara adidaya dengan ekonomi raksasa nyaris ambruk. Inflasi di sana jauh lebih gila-gilaan daripada di Indonesia. Mereka mencetak uang sebanyak mungkin buat menahan kemampuan warganya buat konsumsi. Kalau dari sisi ini saja Amerika ketar-ketir, gimana kita kan?

Jawabannya, kalau soal ini, kita sih sebenarnya aman-aman aja. Kok bisa begitu yaa? Alasannya karena, beda dengan Amerika, uang yang ada di Indonesia berputar di dalam negeri. Kita beli boba dari UMKM, kita beli makanan dari UMKM, beli produk lokal di online shop atau dari penjual lokal, beli leker di abang-abangan pasar, atau beli cireng dan seblak dari mas-mas di pinggir jalan sampai cari produk lokal di MiChat. Karena kebanyakan uang kita berputar di dalam negeri, makanya posisi kita relatif aman daripada Amerika Serikat.

Negerinya Joe Biden sendiri, seperti Jepang, sangat terpengaruh dengan ekspor-impor. Banyak kan produk-produk mereka yang diekspor macam iPhone, LV dan lain-lain. Jika ekonomi dunia sedang remuk, maka bukan hal yang mengejutkan kalau negera kaya raya macam Amerika bisa runtuh sedangkan kita relatif aman. Kemungkinan orang Amerika untuk tiba-tiba jatuh miskin itu besar, sedangkan kita nggak.

Jadi nggak usah takut-takut lagi kalau ada yang ngomong kita bakalan jatuh miskin karena resesi. Indonesia nggak sebesar itu kemungkinannya untuk hancur. Hehehe…

Baca juga: Kata Jokowi Ekonomi Dunia Tahun 2023 Gelap, Benarkah? Bagaimana Kira-kira Kondisi Indonesia?

Tapi Tetap Bisa Jatuh Miskin Dong Meskipun Kemungkinannya Jauh Lebih Kecil?

Kemungkinan jatuh miskin itu sebenarnya bisa terjadi kepada siapapun dan di masa apapun. Nggak usah lama-lama nunggu krismon atau resesi global agar kita punya peluang buat jatuh miskin. Keputusan-keputusan sederhana seperti resign tanpa pertimbangan, bikin bisnis ugal-ugalan tanpa perhitungan, sampai konsumsi gila-gilaan justru malah bisa bikin kita punya peluang jatuh miskin jauh lebih besar daripada masalah-masalah dunia. Jarak kita dengan kemiskinan itu setipis kertas.

Saya ingin cerita dulu soal ayah saya yang dulu sempat jadi audit senior bahkan hampir jadi manager. Saat itu uang ayah saya jelas gila-gilaan. Tapi, karena pertimbangan yang kurang apik, saat ayah saya keluar dari kerjaan karena “diminta untuk mundur” kondisi ekonomi berbanding terbalik.

Awalnya saya dapat apa-apa yang saya mau. Tapi tiba-tiba buat jajan aja susah. Bayar sekolah yang di pedesaan pun sampai hutang. Benar-benar repot pada saat itu. Kehancuran ekonomi keluarga saya nggak harus menunggu adanya krismon atau resesi ekonomi. Tahu-tahu hancur begitu saja. Perlu lebih dari 10 tahun agar ekonomi bisa membaik. Eit, membaik ya, bukan jadi kaya raya. Beli hp bekas 1 jutaan pun kepaksanya masih kredit, saya baru saja melakukannya 1 jam sebelum menulis artikel ini hehehe…

Cerita saya ini cukup menggambarkan bahwa kemiskinan itu tipis sekali jaraknya dengan kita. Mau kalian sekaya-raya apapun tetap saja kalian bisa punya kemungkinan jatuh miskin tanpa harus menunggu resesi dan masalah ekonomi dunia lainnya.

Teman-teman saya pun demikian. Ada yang jadi juragan tapi ketika ayahnya meninggal langsung amblas hidupnya. Ada pula yang mirip seperti saya, ayahnya kehilangan pekerjaan hidupnya langsung hancur secara ekonomi dan banyak sekali teman-teman saya yang kondisi ekonominya berantakan tanpa harus nunggu adanya resesi sama krismon.

Maka dari itu, kemungkinan jatuh miskin itu akan selalu ada dan akan datang kapan saja ketika sudah waktunya.

Baca juga: Bisa Nggak Sih Kita Bahagia dengan Hidup Tanpa Duit?

Menghindari Kemiskinan Itu Bukan Cuma Teori Semata, Perlu Kedewasaan Dalam Bertindak

Nggak sedikit yang mengatakan bahwa kita harus investasi, kita harus beli saham, kita harus main crypto, kita harus ini-itu-ina-inu biar nggak miskin. Well, secara teoritis mungkin seperti itu, tapi ekonomi bukanlah hal-hal yang berbau teori semata.

Dalam mengurus ekonomi kita memang harus punya kedewasaan. Memperhitungkan pendapatan kita, dan kebutuhan kita. Kita pun juga harus mempertanyakan sebutuh apa kita dengan barang yang kita beli? Atau apakah kita harus menahan semua barang yang kita miliki dengan alasan “takutnya nanti kepakai” atau ikut standar TikTok yang ngomong kalau jemput cewek atau (buat cewek) harus dapat cowok yang motornya koplingan?

Dengan punya kedewasaan kita pasti akan menghitung hal-hal yang tepat guna. Membeli apa yang benar kita perlukan, spending uang dengan bijak dan lain-lain. Kita pun bisa saja menganggarkan pendapatan kita secara lebih efisien.

Sempat saya melihat video TikTok yang mengatakan bahwa nabung itu sulit. Di akhir dia menjelaskan punya 800 ribu dan kalau kecelakaan bagaimana? Minus kan uangnya? Karena ketidakdewasaan inilah kita jadi terlalu overthinking dalam menganggarakan uang dan spending uang kita. Kalau merujuk dari video tersebut jelas nggak mungkin kita kecelakaan rutin sebulan sekali kan? Ya bisa saja sih kalau kamu naik motornya yak-yakan kalau kata orang Jawa.

Kedewasaan dalam mengelola ekonomi keluarga maupun pribadi jelas sangat penting juga untuk mempertimbangkan apakah kebutuhan kita sama dengan orang lain? Kalau saja orang lain butuh barang “A” apa iya kita butuh? Misal saja ada yang butuh iPhone buat mengurus bisnis videografinya, apa iya kita yang kerjaannya sebagai akuntan butuh menganggarkan uang buat beli iPhone? Kan nggak ya! Hehehe… Begitu pula sama barang-barang lainnya.

Baca juga: Beli Barang Non-Produktif Pakai Paylater Nggak Sepenuhnya Salah Lho!

Penutup

Apakah kita akan jatuh miskin di tahun 2023? Benarkah kita akan separah itu sampai benar-benar jatuh miskin di tahun 2023? Jawabannya ya nggak!

Selama kita punya perencanaan ekonomi yang matang, paham cara menjual skill, tahu kebutuhan kita bahkan punya perhitungan saat mau resign adalah kunci kita keluar dari kemungkinan kemiskinan yang setipis kertas.

Kalau kita spending uangnya sembarangan, perencanaan ekonominya malah menghitung hal yang tidak-tidak dan resign sembarangan, ya kita nggak perlu nunggu 2023 buat hancur. Bisa kok ekonomi kita berantakan hanya dalam 1 minggu saja.

Jatuh atau nggaknya setiap orang pada jurang kemiskinan bukan masalah soal ekonomi dunia atau sejenisnya. Kejatuhan kita terhadap kemiskinan seringkali karena kesalahan pribadi dan kesalahan mindset. Ingat, kesalahan dan ketidaktepatan mindset dalam mengelola uang nggak perlu menunggu krismon atau resesi buat memperlihatkan konsekuensinya.

Justru tingkah laku dan mindset kitalah yang paling mengancam kesehatan finansial kita daripada krisis-krisisan itu sendiri. Selama kita punya mindset dan tingkah laku keuangan ya nggak perlu nunggu tahun 2023, kita akan jatuh miskin segera!

Baca juga: Tips Mengurangi Budaya Konsumtif yang Kaum Hawa Wajib Pahami

Cheeerrs!

Foto oleh Pixabay

3 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini