Waktu Baca: 3 menit

Beberapa hari ini ada berita gembira buat para pengguna BBM non-subsidi. Lewat Erick Thohir, pemerintah mengumumkan harga BBM non-subsidi seperti Pertamax harganya resmi turun. Penurunan harga ini membuat banyak warga kaget di mana mereka mengatakan terkejut ketika beli Pertamax 30 ribu saja tangki bensin mereka sudah penuh.

Tapi, keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM non-subsidi bikin beberapa orang kebingungan. Pasalnya, jika harga BBM Pertamax dan kawan-kawannya turun, kenapa harga Pertalite masih tetap di angka Rp 10.000 per liternya?

Penurunan Subsidi di Kelas Pertalite

Sebenarnya, jika kita logikakan saja, seharusnya memang harga Pertalite ikut turun ketika BBM non-subsidi lainnya juga mengalami penurunan harga. Meskipun merupakan BBM bersubsidi, harga Pertalite pun juga akan mengikuti harga minyak dunia. Ketika minyak dunia turun maka Pertalite juga mengalami penurunan.

Satu hal yang memungkinkan harga Pertalite masih tetap meskipun ada fluktuasi harga di BBM non subsidi lainnya adalah pemotongan nilai subsidi untuk bahan bakar yang memiliki RON 90 ini.

Jika saja nilai subsidi tetap, misalnya Rp 3.000,00 per liter sebelum terjadi penurunan maka harga Pertalite akan turun. Namun, karena adanya pengurangan subsidi per liternya maka harga Pertalite akan tetap. Pengaruh harga minyak global pada akhirnya mempengaruhi anggaran pemerintah untuk menjaga harga Pertalite. Jika harga minyak dunia turun, maka subsidi untuk Pertalite akan diturunkan.

Baca juga: Subsidi BBM Adalah Ilusi Politik “Asal Rakyat Senang” yang Menjerumuskan

Menjaga Kestabilan Harga

Mungkin kalian-kalian semua sudah tahu kan kalau sekarang ekonomi global sedang nggak baik-baik saja? Banyak negara yang sudah mengalami inflasi besar-besaran sampai banyak masyarakat mereka yang sengsara. Contohnya seperti yang terjadi di Inggris beberapa bulan yang lalu. Akibat dari harga yang terus meningkat, nggak sedikit dari perempuan Inggris yang akhirnya beralih profesi menjadi pekerja seks komersial untuk menyambung hidup mereka.

Ketidakstabilan ekonomi di dunia sangat dipengaruhi oleh harga minyak dunia. Minyak dunia ini nantinya akan menjadi berbagai produk yang biasanya masyarakat konsumsi sehari-hari, contohnya jelas, menjadi BBM yang akan menentukan harga bahan pangan atau produk lainnya.

Maka dari itu, kestabilan harga BBM terutama yang masyarakat menengah kebawah gunakan haruslah stabil, terutama di tengah kondisi perang Rusia-Ukraina yang bisa saja suatu saat nanti akan semakin parah. Jika harga Pertalite yang notabene sangat menentukan harga pangan dan produk konsumsi kita. Semakin tinggi harga Pertalite, maka semakin tinggi pula harga kebutuhan pangan kita, begitu pula sebaliknya.

Namun, karena kita tidak tahu kapan konflik ini akan memuncak dan mempengaruhi stabilitas harga, maka pemerintah harus membuat harga tetap stabil, salah satunya adalah dengan membuat Pertalite tetap berada di angka Rp 10.000. Jika saja harga terlalu berfluktuasi karena harga Pertalite naik-turun, maka akan terjadi shock di masyarakat. Bisa jadi para pedagang akan mengalami kerugian akibat harga yang tidak stabil.

Baca juga: Kata Jokowi Ekonomi Dunia Tahun 2023 Gelap, Benarkah? Bagaimana Kira-kira Kondisi Indonesia?

Menggeser Konsumsi ke Pertamax

Alasan lain harga Pertalite tetap Rp 10.000 alias nggak ikut turun harga adalah untuk mengubah konsumsi masyarakat dari Pertalite ke Pertamax.

Dengan jarak harga yang semakin sedikit antara Pertalite dan Pertamax, masyarakat seperti kita akan merasa tanggung jika membeli Pertalite. Kita akan merasa bahwa mengkonsumsi Pertamax sebagai bahan bakar kita akan jauh lebih menguntungkan. Selain karena jarak harganya sedikit, kualitas Pertamax sebagai bahan bakar bisa dibilang lebih baik daripada Pertalite.

Penggunaan Pertamax sebagai bahan bakar bukan hanya membuat motor kita lebih nyaman tapi juga membuat polusi akibat dari pembakar BBM menjadi lebih sedikit. Bukan hanya di Indonesia, seluruh negara di dunia juga sedang mencoba menggeser konsumsi BBM ke RON 91 ke atas untuk mengatasi polusi yang makin menjadi-jadi.

Coba deh, bayangkan saja jika banyak masyarakat yang sudah berpindah ke RON 91 ke atas seperti Pertamax, kualitas udara kita akan bisa lebih baik daripada sekarang.

Karena alasan inilah, maka jangan kaget, jika besok BBM subsidi akan berpindah dari Pertalite ke Pertamax dan kita akan jarang menemukan Pertalite seperti yang pernah terjadi terhadap Premium dahulu.

Baca juga: Nyobain RON 92 di SPBU ExxonMobil, Apakah Bisa Menggantikan Pertamax?

Foto oleh Skitterphoto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini