Cerita ini adalah cerita keluargaku yang mendapatkan sebuah kiriman. Bukan kiriman makanan, barang atau lainnya, tapi merupakan jin kiriman tetangga!
Keluarga saya terdiri dari 4 anggota keluarga; ibu, ayah, adik, dan saya sendiri. Kami tinggal di sebuah desa di Jawa Timur, rumah kami sederhana dengan di belakang rumah terdapat lahan pekarangan yang cukup luas. Area belakang ini biasanya Ayah tanami. Ayah saya biasanya menanam dengan berbagai macam tanaman, seperti sawi, bayam, cabai, tomat, dll. Kemudian, di sebelah ujung barat ada lahan kosong tersendiri sebagai tempat pembuangan limbah cair.
Siang itu, Ayah sedang menggali tanah belakang rumah untuk nantinya akan dia tanami pohon. Semua keadaan baik-baik saja hingga suatu ketika Ayah menemukan sebuah bungkusan plastik hitam besar yang terkubur di tanah itu. Ayahku pun tersentak kaget dan bingung. Ayah langsung memanggil ibu untuk menanyakan perihal bungkusan itu. Mereka berdua sama-sama tidak merasa telah mengubur benda apapun di area pekarangan.
Sebuah Barang Aneh di Dalam Plastik
Setelah beberapa saat Ayah akhirnya membuka bungkusan itu. Spontan ayah dan ibu kaget melihat banyak pakaian laki-laki dan banyak barang-barang pribadi lainnya di dalamnya, merasa lebih penasaran lagi ibu mengangkat semua pakaian di plastik itu.
“Yah, ini bukan barang-barang milik keluarga kita. Ini kan kaos yang sering digunakan sama pak Yanto buat mbengkel” ucap ibu kepada ayah
“Nah, ini lihat banyak bercak oli kan dan ini juga topi yang sering dipake” lanjutnya.
“Wahh, iya bu. Kok bisa semua barang dikuburinnya di sini pdahal rumahnya gede, belakang rumahnya juga masih ada tanah kosong”
“Ini udah sangat kelewatan, yah!”
Ibuku menyadari bahwa seluruh pakaian tersebut bukan dari keluarganya melainkan keluarga tetangga yang suaminya meninggal belum genap 40 hari. Sangat tidak etis bukan jika baju seorang yang telah meninggal justru dikuburkan di tempat yang bukan haknya, apalagi itu dilakukan oleh istrinya sendiri.
Setelah kejadian itu, di hari yang sama timbul keributan antara ibuku dengan Bu Mina. Bu Mina adalah sosok yang telah menguburkan seluruh pakaian dan barang-barang suaminya di belakang rumah. Ibuku merasa tidak terima karena harga diri keluarganya sudah terlalu dipermaikan dengan orang-orang yang sosialnya lebih tinggi itu. Kalau aku pikir-pikir, sikap anggota keluargaku tidak pernah mengusik perihal urusan orang lain tapi kenapa mereka selalu semena-mena memang masih menjadi pertanyaan.
Setelah beberapa hari lamanya permasalahan kian mereda. Ibuku dan bu Mina sepakat untuk tidak memperpanjang keributan agar juga tidak lerlalu larut dengan kebencian. Setelah itu, mereka memutuskan untuk saling memaafkan dan kembali baikan.
Sakit Misterius yang Mamaku Derita
“Ahhh, sakitt sakittt” ibuku tiba-tiba merintih kesakitan sembari memegang perutnya, aku pun mengambilkan obat lambung untuknya karena mungkin saja karena telat makan asam lambung ibuku kumat, namun sakit itu ternyata menyiksanya hingga beberapa hari.
Ayahku yang tidak tega melihat ibuku sangat kesakitan langsung bertindak untuk membawanya ke RS daerah memeriksa apakah ada penyakit dalam yang ibuku derita. Harapannya, dengan pergi ke RS, penyakit ibu segera dokter tangani.
Setelah melalui pemeriksaan panjang, dokter menyatakan bahwa ibuku baik-baik saja. Dokter mengatakan semua normal tanpa ada luka, cacat, maupun penyakit lainnya, mendengar hal itu tentu membuat ayah dan ibuku heran,
“Lalu sakit perut ibu terjadi karena apa??” pada akhirnya, pertanyaan muncul ke permukaan.
Keluargaku bukanlah orang yang sangat skeptis akan hal-hal mistis, kami masih meyakini bahwa ‘mereka’ ada dan saling berdampingan. Hanya saja, keyakinan keluargaku selama kita tidak menganggu mereka, maka mereka pun tidak akan menganggu. Hingga pada suatu malam, seperti biasa kami semua berkumpul di ruang keluarga sambil menonton tv bersama, canda tawa dan keharmonisan keluargaku begitu terasa.
Tingkah Aneh Adikku
“Deepp….” sekitar setelah isya’, tidak ada angin dan tidak ada hujan, tiba-tiba lampu mendadak mati.
Yah, mungkin itu petugas PLN sedang memperbaiki konsleting listrik yang bermasalah sampai mereka harus melakukan pemadaman sementara, pikirku.
Anehnya pada saat mati lampu ini adikku yang masih berusia 3 tahun bertingkah tidak seperti biasanya. Dia mendadak sangat rewel dan terus menangis tanpa sebab.
Ibuku mencoba menggendongnya dan berusaha menenangkannya. Hasilnya? Tetap saja tangisan adikku semakin kencang. Ayahku juga sempat mencoba memberikan video dan game kesukannya melalui ponsel, tetap tak mempan.
“Bu, tolong ambilkan 1 botol aqua” seketika ayahku menyuruh ibuku
“Hwaa gak mauu gak mauu. Ayahh ayahhh….” Adikku terus menangis dan makin memberontak ketika diguyurkan air ke kepalanya yang telah dibacakan do’a oleh ayahku.
Adikku semakin menangis tidak karuan sambil tangannya menunjuk ke arah pintu belakang rumah, entah apa yang dia nampak namun terlihat adikku sangat ketakutan.
Ketokan Pintu Belakang Rumah
Ayahku masih terus membacakan doa tanpa henti. Namun, alih-alih mereda, tak lama kemudian muncul suara dari pintu belakang.
“Tok tok tok”, tiba-tiba pintu belakang rumahku ada yang mengetuk beberapa kali.
“Jangan di buka, jangan ada yang takut. Ibu sama kakak ikut bantu baca doa dalam hati ya,” kata ayahku.
Di situ jujur aku dan ibu mulai ketakutan tapi ayahku mencoba menenangkan. Setelah ketukan itu menghilang, tangis adikku mulai berhenti.
Anehnya, ketika adikku sudah benar-benar berhenti menangis lampu pun langsung hidup kembali, entah itu sebuah kebetulan atau isyarat apa aku juga tidak tau.
Keesokan Harinya
Keesokan harinya situasi telah kembali normal, namun tetap saja orang-orang rumah masih mengingat beberapa kejanggalan semalam. “Adek, adek semalem nangis kenapa?” tanya ayahku ke adik yang dipangku ibu dan aku duduk disampingya.
“Adek mau game tapi gak dikasih ayah”
“Kan sudah dikasih, tapi adek tetep nangis, kenapa? Semalem adek liat apa di pintu belakang. Adek takut?”
“Aku liat ada orang baju putih rambutnya panjang yah disitu, terus dia pergi ke belakang rumah. Pipi takut”
“Ohh, yaudah gausah takut orangnya kan sudah pergi”
“Gak mau, Pipi takutt” dan adikku menangis lagi dan benar-benar seperti bocah yang ketakutan ia pun langsung memeluk ibu.
Penjelasan dari Simbah
Banyak orang bilang bahwa anak kecil itu masih suci, sangat mudah bagi ‘mereka’ untuk menampakkan wujud. Anak kecil tidak bisa berbohong, semua apa yang dia rasakan dan dia ucapkan merupakan kenyataan. Mendengar pengakuan adik, ayahku langsung menanyakan perihal kejadian itu kepada mbah (ayahnya ayah) karena beliau memang paham mengenai hal supranatural.
Setelah menceritakan seluruh permasalahan dan beberapa kejadian aneh, Mbah pun mengiyakan jika memang ada seseorang yang ingin berusaha menganggu keluargaku, orang itu tidak jauh dari rumah bahkan sangat berdampingan.
Mbahku sedikit menyebutkan ciri-ciri pelaku tersebut, yah ternyata tidak lain dan tidak bukan adalah dia yang pernah menguburkan pakaian dan barang-barang suaminya yang sudah meninggal di pekarangan belakang rumahku. Jin yang mendatangi rumahku adalah jin kiriman dari tetangga rumahku!
Tidak hanya itu saja, banyak kejadian mistis dialami oleh keluargaku akibat ulah orang-orang yang tidak suka.
Foto oleh Lennart Wittstock
Baca juga: