Waktu Baca: 4 menit

Haloo, saya ingin berbagi sedikit cerita horror yang dialami oleh teman saya. Ia pernah tinggal di kos horor di Bangkalan. FYI, Bangkalan itu di kota Madura ya teman teman.

Untuk diketahui, kebetulan kami merupakan mahasiswi di suatu perguruan negeri. Jarak rumah dengan kampus yang teramat jauh serta tugas kuliah selalu menumpuk akhirnya kami memutuskan untuk menyewa kamar kos, namun kami berdua tinggal di kos yang berbeda.

Singkat cerita, teman saya Ika mendapat kamar kos yang terbilang murah dengan fasilitas lengkap, namun terlihat dari luar jika bangunan kos itu sangat suram. Jadi memang dari awal kelihatan bahwa ini calon kos horor di Bangkalan.

Gangguan Konstan

Selama menjadi penghuni kos, Ika kerap mendapat gangguan oleh penunggu tak kasat mata. Apalagi ketika itu, hanya ada tiga orang saja yang menempati kos tersebut. Pernah kejadian, suatu ketika ia sedang berada sendirian di kos, sekitar jam sebelas malam, hawa suasana kosan berubah sangat mencekam.

Ika berusaha positive thinking dan menenangkan dirinya sendiri yang sudah mulai merasa gelisah. “Dukk duk duk” secara tiba-tiba terdengar suara bak cuci seperti ada yang memukul serta juga ada suara berisik dari belakang.

Merasa ketakutan, Ika tidak berani keluar kamar, ia meringkuk tidur menghadap tembok dengan menutupi kepalanya dengan guling, do’a-do’a ia panjatkan sebisanya hingga pada akhirnya suara itu hilang. Dentang Jam dua belas pun berdenting namun dua penghuni kos yang lain masih belum pulang, akibat rasa parno bunyi bak tadi, akhirnya dia sendiri tidak bisa tidur.

Rasa ketakutan itu sangat menguras energi Ika, jadi ia merasa sangat kehausan. sedangkan galon air ada berada di luar kamar, tepatnya ruang tengah sebelah dapur yang diapit dua kamar kosong tanpa penghuni. Setelah melalui banyak pertimbangan, ia baru berani keluar mengambil air minum.

Nenek Nenek…

Stelah selesai minum dan mengambil air untuk dimasukkan botol, Ika langsung kembali
ke kamarnya dengan rasa tenang. Namun, belum sempat sampai di depan pintu kamar, langkah Ika terhenti.

Matanya menuju suatu orang yang berdiri di antara kamar dan gudang kosong, sesosok wanita tua berbadan kurus dengan tubuh terbungkuk, wajahnya tertutup rambutnya yang putih menjulur hingga paha.

Keringat dingin Ika bercucuran seketika itu, ia hafal betul para penghuni kos disana. Tidak ada seorang nenek maupun para tukang kebersihan kos yang biasa bertugas waktu pagi. Lagian, siapa juga yang berani keluar sendirian di jam tengah malam begini?

Dengan tangan yang masih gemetar sembari membawa botol minum yang dia isikan tadi, Ika memberanikan diri bicara pada sosok wanita tua itu.

“Siapa kamu, saya disini ngga gangu tolong nenek pergi dari sini!”

Sosok itu masih diam tidak bergerak, hingga akhirnya ia tertawa cekikikan sangat
lantang.

Saat Ika mendengar suara itu, ingin rasanya ia langung lari keluar tapi sayangnya badannya tidak bisa digerakkan, badannya tiba-tiba ngefreez pandangannya pun masih tertancap pada sosok nenek itu.

Pemandangan Mengerikan

Pelan pelan sosok wanita itu memperlihatkan wajahnya, mengerikan! wajahnya hancur, penuh darah, bibirnya lebar menyeringai hingga nyaris sampai telinga, mulutnya menganga mengeluarkan banyak darah bercucuran, lalu ia menatap Ika dengan meringis seketika itu Ika akhirnya jatuh pingsan.

Ika terbangun sekitar pukul dua di atas ranjang kamarnya dengan ditemani banyak teman-teman penghuni kos, ia langsung menangis dan menceritakan kejadian yang dia alami. Setelah kejadian itu, Ika tidak mau ditinggal sendiri di kosan.

Lanjutan Gangguan
Ternyata gangguan tidak berhenti disitu, pernah suatu ketika Ika izin pulang larut karena
ada beberapa urusan organisasi yang harus ia selesaikan.
Ika lalu menelpon salah satu penghuni kos yang bernama mbak Naya untuk membukakan gerbang jika nanti dia pulang, mbak Naya pun mengiyakan.
Setelah lama mbak Naya menunggu kepulangan Ika akhirnya dia mengantuk dan memutuskan untuk tidur.
“Nanti kalo pulang, Ika pasti nelfon” batinnya.
Jam menunjukkan pukul setengah satu dini hari, Ika baru pulang. Ika masih duduk di atas jok motor di depan pagar, belum sempat Ika menelfon mbak Naya ternyata mbak Naya sudah keluar menghampiri dia dan membukakan pagar untuknya.
Ketika itu dia cuma diam dengan memakai kudung selimut garis-garis seperti yang ada di rumah sakit menutupi kepala hingga wajahnya, jadi yang terlihat hanya area bibir.
“Kok belum tidur mbak, mau juga tak telfon. Kamu ngelembur ta?” tanya Ika ke mbak
Naya sambil memasukkan motor, mbak Naya tidak mengeluarkan kalimat sedikitpun, dia cuma tersenyum, ku pikir oh mungkin dia ngantuk jadi ga mood buat basa-basi.
“Makasih ya mbak,” lanjut ucapanku ke mbak Naya yang masih di depan dan Ika langsung pergi ke kamar untuk tidur.

Ternyata..

Pagi itu, ketika Ika keluar kamar untuk membeli sarapan “Loh ka, kamu kok udah pulang, maaf ya aku semalem ketiduran eh, soalnya nunggu kamu lama banget yaa tak kirain kamu nginep di kosannya temenmu” ucap mbak Naya.
“Hah? apaan si mbak, kan mbak sendiri tadi malem yang bukain gerbang.”
“Bukain? kapan? orang aku tidur dari jam 11 Kaa, aku juga ga ada notif panggilan dari
kamu, trus kamu bisa masuk gimana caranya prasaan udah tak kunci deh itu gerbang, kuncinya juga masih ada tuh di mejaku. Kamu semalem pulang jam berapa coba?”

“Halahh, gausah becanda deh mbak, orang semalem mbak Naya sendiri yang bukain gerbang kok pake selimut nutupin kepala, cuma semalem yaa emang ga banyak omong aja”

“Ya Allah kaa, sumpah aku tidur dan ga ngerasa bangun di jam segitu”

“Lah terus siapa semalem yang bukain pintu, tapi rada aneh sih mbak soalnya mbak Naya tak ajakin ngomong ga pernah nyaut cuma diem tok sambil senyum”

“Mukanya emang bener-bener aku? kamu salah liat kali”,

“Nggak mbak, itu kamu, orang selimutnya sama persis kek punyamu kok, cuma mukanya ditutupin pake selimut semua jadi aku ya gak keliatan, keliatan area bibir tok, yaa tak kira karena mbak Naya ngantuk jadi gitu”

“Ihh, sumpah bukan aku kaa, berarti kamu semalem dibukain setan tuh” ucap
mbak Naya sambil nakutin.

“Alahh jangan gitu lah mbak, merinding sendiri ini masa iya semalem
aku dibukain setan, dah wes makin ngeri kalo diungit-ungit lagi, besok-besok kalo aku pulang malem tak nginep di kosan temenku aja wes, dah ciut nyaliku di sini”.

Itulah tadi pengalaman pengalaman Ika di kos horor Bangkalan. Sampai sekarangpun Ika masih sering merasa merinding. Tapi karena bingung mau tinggal dimana, ia setia di kos itu. Kamu mau menemani Ika?

Gambar oleh : Pixabay

Baca juga :

The Midnight Club, Serial Netflix Horor Terbaru Karya Mike Flanangan

Mengenal Sisworo Gautama Putra: Tokoh di balik Pengabdi Setan dan Legenda Film Horor Indonesia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini