Waktu Baca: 2 menit

Lagi-lagi skandal, sepertinya memang sepak bola Italia nggak akan jauh-jauh dari masalah, seperti di negara kita. Setelah beberapa tahun silam muncul Calciopoli, sekarang muncul lagi skandal di negeri Pizza. Jika skandal calciopoli adalah penyogokkan kepada wasit/tim/manajemen agar tim yang bersangkutan menang, skandal terbaru adalah Plusvalenza di mana banyak klub yang memalsukan laporan finansial mereka dan menyeret salah satu klub yang sebelumnya mendapatkan sanksi terberat di masa calciopoli.

Lalu, kenapa Serie A bisa muncul skandal baru seperti ini?

Menyeret 6 dari Big 7 Serie A

Kasus Plusvalenza kali ini memang nggak main-main. Total ada 6 klub dari 7 klub terkuat di Serie A yang terseret kasus ini. Mereka masing-masing adalah Inter, Lazio, Roma, Atalanta, Napoli dan yang terparah adalah Juventus. Satu-satunya klub raksasa Serie A yang tidak atau belum terseret kasus ini hanyalah AC Milan saja.

FIGC mensinyalir klub-klub tersebut memalsukan laporan finansial mereka pada beberapa musim terakhir. Paling parah adalah Juventus yang membuat curiga FIGC karena mereka bisa menghemat uang mereka mencapai 90 juta euro di masa pandemi di saat klub lain mengalami kerugian yang fantastis. Bahkan, akibat kasus ini, Si Nyonya Tua terkena sanki pengurangan 15 poin di musim ini.

Sekarang tinggal 5 klub sisanya yang masih belum mendapatkan kepastian soal nasib mereka.

Baca juga: Gawat! Juventus Kena Pengurangan Poin, Posisi Mereka di Klasemen Terancam

Efek Gunung Es yang Menimpa Klub-klub Italia

Skandal ini sebenarnya adalah skandal yang tidak terlalu mengejutkan. Munculnya masalah COVID-19 memang memukul keuangan seluruh dunia termasuk klub-klub Italia itu sendiri.

Bisa kita katakan memang Italia menjadi negara yang sepak bolanya paling bermasalah. Hal ini sebenarnya bukan hal aneh mengingat klub-klub Italia sering terkena masalah keuangan. Salah satu yang menjadi faktornya adalah turunnya penjualan siaran mereka yang turun. Italia berbeda dengan negara eropa terutama Liga Inggris di mana mereka terus menggenjot pendapatan hak siar mereka jauh sebelum pandemi.

Hancurnya hak siar sepak bola Italia ini membuat banyak klub Italia mengalami kebangkrutan seperti Parma dan semakin hancur ketika COVID-19 melanda.

Selain itu, pemerintah dan lembaga politik di Italia juga menuai sorotan karena mereka kurang mendukung industri sepak bola Italia. Salah satu kritik ini terlontar dari salah satu manajemen Inter Milan, Beppe Marotta. Kasus sepak bola, pemerintah dan lembaga politik ini mirip seperti yang terjadi di tempat kita bukan?

Baca juga: Wajar Bila Sepak Bola Indonesia dan Politik Akan Terus Berdampingan

Perlu Waktu Panjang Buat Sepak Bola Italia Berbenah

Sepak bola Italia sama seperti Indonesia, memerlukan waktu yang panjang untuk berbenah. Pembenahan sepak bola Italia bukan cuma berasal dari klub-klubnya saja, tapi juga dari pihak pemerintah itu sendiri.

Skandal Plusvalenza ini memperlihatkan bahwa, pemerintah serta industri sepak bola Italia perlu bersinergi untuk meningkatkan pendapatan klub dari sektor hak siar sebagai pendapatan yang cukup krusial buat klub sepak bola.

Selain itu, Italia juga perlu meningkatkan nilai investasi dari sponsor baik itu untuk klub maupun liga itu sendiri. Jika tidak, ya kita sebagai pecinta Serie A akan selalu menikmati skandal-skandal yang muncul.

GWS buat sepak bola Italia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini