Aksi Rasmus Paludan membakar Al Quran membuat banyak pihak marah. Mereka juga kesal karena Swedia tidak memberikan hukuman pada Rasmus Paludan. Banyak pihak yang menganggap bahwa Swedia anti Islam karena sudah membiarkan pembakaran Al Quran itu. Namun nampaknya banyak pihak salah paham dengan apa yang terjadi di Swedia. Justru sebaliknya, kita tidak bisa menyebut Swedia anti Islam karena Swedia adalah negara yang sangat terbuka dengan perbedaan.
Mereka sangat terbuka dengan imigran terutama dari negara negara mayoritas Muslim. 14% dari total penduduk Swedia adalah imigran. 19% dari mereka datang dalam waktu lima tahun terakhir. Dari jumlah itu, kini angka penduduk Muslim di Swedia mencapai 8,1 %. Bahkan saking terbukanya, penduduk Swedia banyak yang kesal dengan kebijakan pemerintah yang seolah tidak memihak kepentingan warga asli. Karena itulah, muncul orang orang ‘sayap kanan’ yang menentang kebijakan pemerintah yang seolah mengistimewakan dan mendahulukan Migran Muslim. Maka dari itulah, di Oktober tahun lalu sudah mulai muncul usulan untuk membatasi imigran.
Sebenarnya, aksi Rasmus Paludan yang seolah menggambarkan Swedia anti Islam ini adalah aksi untuk menunggangi isu liar. Seperti kita tahu, Swedia ingin bergabung dengan NATO tapi ditolak oleh Turki. Alasan Turki menolak karena Swedia memberikan perlindungan pada anggota pemberontak Kurdistan. Jadi, alasan Turki menolak Swedia bukan karena anti Islam, melainkan karena politik. Kebetulan yang dihadapi oleh Swedia adalah negara mayoritas Muslim. Rasmus Paludan sebagai anggota sayap kanan memutuskan menunggangi isu ini untuk menyebarkan paham anti Islamnya sehingga terlihat seolah olah Swedia Anti Islam.
Lalu Kenapa Swedia Tidak Menangkap Rasmus Paludan ?
Karena Swedia tidak bisa. Konstitusi menjamin kebebasan berbicara termasuk hal hal yang kita kategorikan sebagai penistaan agama. Kebebasan berbicara ini jugalah yang sebenarnya melindungi Muslim Muslim Swedia. Sebab, tanpa adanya kebebasan berbicara ini, maka Muslim di Swedia tidak bisa berdakwah sebab banyak juga pihak pihak yang menganggap nilai nilai Islam tidak sesuai dengan nilai moral Barat yang menghargai perbedaan, kesetaraan gender dan juga perlindungan pada LGBT.
Karena itulah sebenarnya kebebasan berbicara ini juga jalan tengah supaya tidak ada perseteruan kedua belah pihak. Swedia juga telah aktif melindungi banyak aktivis Islam dari persekusi di negara asalanya. Meski tidak ideal, inilah mengapa Rasmus Paludan dapat terlindungi.
Bukti Adanya Moral
Swedia memilih tetap melindungi aktivis Kurdistan apapun resikonya. Hal ini menunjukkan bahwa Swedia mungkin mengorbankan kepentingan nasionalnya demi menjaga garda moral. Sudah lama kita ketahui bersama bahwa Kurdistan masih dianeksasi oleh negara negara lain termasuk Turki. Orang Kurdi justru tidak dihargai oleh saudara sesama Muslim. Sungguh mengejutkan karena malah Swedia yang peduli dan mau melindungi mereka.
Aksi Rasmus Paludan hendaknya jangan memancing emosi kita, apalagi kalau sampai kita membenci Swedia. Sebab sebenarnya Swedia sudah mencoba melakukan yang terbaik. Apalagi, wejangan dari Ketua PBNU, KH. Yahya Cohlil Stafuq sudah cukup jelas, jangan terpancing aksi Rasmus Paludan. Menurut Gus Yahya ini hanya aksi cari perhatian dari Rasmus Paludan semata.
Justru sebaliknya, kita juga harus mengapresiasi Swedia yang banyak melindungi Muslim Muslim yang terkena persekusi di negaranya sendiri. Swedia bagaimanapun telah bekerja keras untuk hal ini dan meskipun sistem negaranya memiliki kekurangan, namun sisi sisi positif yang telah mereka lakukan tidak boleh kita lupakan.
Gambar oleh : Alena Darmel
Baca juga :
Selebgram Pembela Islam, Andrew Tate Ditangkap di Rumania
Sandiaga Uno Kampanye Dengan PPP? Rasanya Tidak